Jaman now, istilah anak Milenial saat ini adalah ungkapan yang menyiratkan makna kekinian atas baharuan dari segala aspek-aspek kehidupan, mulai dari Digitalisasi dengan era 4.0 nya, yang diwarnai dengan online style penduduknya, ada lagi teknologi laser dalam bidang medis yang digunakan dalam pembedahan.
Begitu pula dengan teknologi hujan buatan yang digunakan dalam pemadaman kebakaran hutan, kendaraan yang bersileweran di jalanan juga sudah dominan dengan teknologi matic nya, belum lagi tawaran tur "jalan-jalan ke Bulan" yang ditawarkan oleh Golden Spike salah satu perusahaan yang didirikan oleh mantan petinggi NASA.
What going mike?? Saya jadi ingat logat teman bule saya waktu masih stay LN, kalau dia tiba tiba bingung dengan sesuatu.
Yah, sedikit intermezo saya gambarkan dengan beberapa contoh di atas, namun seperti itulah kehidupan global saat ini, kita sedang berada di pusaran globalisasi yang tidak bisa terelakkan lagi, suka atau tidak, hal itu sudah menjadi Sunnatullah di penghujung kehidupan yang fana ini.Â
Seperti yang diceritakan oleh Rasulullah saw, ketika melakukan isra mi`raj, beliau melihat wanita tua yang semakin bersolek, kira kira demikianlah gambaran kehidupan dunia saat ini, semakin tua, semakin menjadi 😊
Kembali ke laptop, kombinasi atas berbagai perubahan (shifting) membuat kita sesaat tertegun, begitu cepatnya perubahan perubahan itu terjadi. Sehingga kita mau tidak mau dituntut untuk awareness menyikapi perubahan di sekitar kita apapun profesi kita.
VUCA atau volatility, unconsistantly, complexity, ambiguity adalah kondisi dimana terjadi ketidak pastian dan membingungkan
Semua bisa terjadi secara tak terduga dan di luar dari prediksi. Tak terkecuali di bidang ekonomi.
Campbell (1997) dalam teorinya, menyatakan bahwa harga obligasi dan tingkat suku bunga perbankan memiliki korelasi negatif, hal itu benar. Namun seiring berjalannya waktu dengan diwarnai berbagai isu dan fenomena di bidang ekonomi, khususnya perekonomian dunia, di antaranya ialah isu perang dagang (trade war) antara Amerika Vs China, diperparah lagi isu Corona, menyebabkan teori Campbell menjadi kurang absolut lagi. Kenapa? Karena saat ini perekonomian dunia berada dalam dimensi yang sangat sensitif dan saling mempengaruhi tanpa jarak dan waktu.
Mari kita flashback apa yang terjadi pada bulan Juli, September dan Oktober 2019 terkait keputusan penurunan suku bunga yang dilakukan The Fed dengan memangkas FFR nya rerata 25 basis poin menjadi 1.5 - 1.75 hingga akhir tahun 2019.
Lalu apa korelasinya dengan obligasi? Sejatinya jika suku bunga perbankan turun, maka harga obligasi akan naik. Kenyataannya, pada periode yang disebutkan di atas, khususnya bulan Agustus 2019 harga US treasury (obligasi pemerintah Amerika) tenor 2 tahun memeliki spread yang berdempetan dengan suku bunga The Fed, yaitu di range 2-2.5% yang membawa pada titik keseimbangan positif, Sekaligus terjadinya inversi imbal hasil (yield) antara US treasury  tenor 10 tahun dengan tenor 2 tahun.Â
Artinya apa? Ini menyiratkan bahwa investor khawatir tentang masa depan perekonomian Amerika jangka pendek terkait ancaman resesi ekonomi khususnya, dan perekonomian dunia pada umumnya. Yang tercermin dari pergerakan yield obligasi 2 tahun Amerika yang biasanya rendah, dan yield obligasi 10 tahun yang biasanya tinggi, tapi saat itu posisinya justru terbalik alias bertolak belakang.
Beranjak dari kejadian itu, setidaknya kita semestinya sudah bisa legowo untuk bisa menerima perubahan-perubahan di era yang sangat dinamis, cepat dan unpredictible. Era dimana saat ini kita sedang berada, era VUCA.
era dimana dibutuhkan speed, knowledge, skill, experience and mind out of the box. Sehingga kita tidak hanya menjadi follower dari teori-teori yang kurang relevan lagi era kekinian. Karena jaman sudah berubah.
Sebenarnya masih ada beberapa teori yang perlu di recurrent lagi agar kekinian, apalagi yang terkait perekonomian. Perekonomian dunia saat ini ibarat pedang bermata dua, apalagi yang terkait ekspor import. Dan bagaikan permainan catur yang membutuhkan seni dan strategi, karena permasalahan dan tantangannya yang semakin kompleks sehingga penangannya pun tidak dengan cara yang biasa-biasa saja.
Dengan melakukan kontemplasi, diharapkan agar kita, khususnya yang sedang menuntut ilmu maupun pengajar, agar tidak bosan bosannya untuk terus meng explore diri dengan keilmuan keilmuan yang baharu karena sudah demikianlah kondisinya, agar muncul pembaharu pembaharu di bidangnya, dan tidak sekedar menjadi follower dari teori teori puluhan tahun silam... Now is 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H