Tidak hanya itu, pada pertandingan Liga 2 terjadi laga MMA dengan tendangan kungfu pemain PSG Pati ke pemain Persiraja, selain itu aksi brutal pemain juga terjadi di Liga 3. Saat laga PPSM Sakti Magelang kontra Persak Kebumen, pemain PPSM Santino Berti diinjak oleh pemain Persak Tri Hartanto.Â
Dari kejadian itu, Santino pun kabarnya dilarikan ke rumah sakit, dan ajaibnya wasit yang memimpin laga itu hanya menghukum Tri dengan kartu kuning. Sungguh mulia sekali wasit di Indonesia.
Sebetulnya, aksi UFC para pemain bisa dihindari apabila wasit berlaku tegas, sayangnya  mengharapkan hal itu  sama seperti berharap Lionel Messi bermain di PSG Pati. Bisa jadi sih, tapi kemungkinannya hanya 0,99 persen. Wasit Indonesia sering kali ngawur dalam memberikan keputusan.Â
Contohnya saja ketika laga Persebaya vs Persela, 21 Oktober 2021, pada menit ke 35 Â gol Persebaya dari Jose Wilkinson dianulir padahal bola sudah melewati garis gawang. Sementara, gol pemain Persela, Ivan Carlos beberapa saat berselang disahkan, padahal Ivan Carlos terlihat berada di posisi offside. Akibatnya, ultras Bajul Ijo, Bonek bahkan punya rencana untuk melakukan demo besar-besaran apabila wasit yang memimpin pertandingan tersebut tidak disanksi.
Puncaknya, munculnya skandal pengaturan skor di Liga 2 yang menyeret beberapa pemain bagai punchline di sebuah pertunjukan stand up comedy, dengan PSSI sebagai komikanya. Kasus match fixing semacam ini sesungguhnya sudah lama terjadi.
Baru-baru ini kabar tentang pemecatan pelatih Timnas Shin Tae Yong juga membuat penggemar sepak bola Indonesia bertepuk tangan atas kinerja PSSI.Â
Squad Timnas yang berisikan pemain muda yang dibangun untuk masa depan sepak bola Indonesia oleh Coach Shin panggilan umum Shin Tae Yong, seakan itu menjadi hal yang sia-sia jika kabar pemecatan itu benar-benar terjadi.Â
Masyarakat Indonesia yang kebanyakan  mengapresiasi kinerja Coach Shin pun geram dan membuat #saveSTY dan #harunaout bergema dalam media sosial di Indonesia.Â
Penggemar sepak bola Indonesia menilai bukan pelatih yang butuh evaluasi tapi PSSI lah yang butuh evaluasi dan meminta petinggi PSSI adalah orang yang paham dengan sepakbola dan apa yang dibutuhkan oleh sepakbola Indonesia.
Para petinggi PSSI juga sudah gonta-ganti, tapi kasusnya masih belum berhenti. Bahkan program televisi Mata Najwa sudah menguliti PSSI sampai 6 jilid. Meski begitu, PSSI nggak usah cemas berkepanjangan. PSSI bagaimanapun masih tetap di hati pencinta sepak bola tanah air. Walaupun masyarakat mencintainya sebagai sekumpulan komika, bukan induk sepak bola.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H