Tentu saja Midah mencak-mencak dan menyuruh suaminya segera menyelesaikan urusannya di kamar mandi. Mas Tono diomeli habis-habisan sampai tak berkutik.
Setelah Midah kelelahan mengomel barulah Mas Tono berani beringsut dan melihat chat dari Mas Dahlan.
"Maafkan aku, Dik," kata Mas Tono.
Midah diam. Ia masih ingin marah, tapi tak tahu harus bicara apa lagi.
"Bagaimana dengan uangnya? diambil atau tidaknya?"
"Memangnya dapat berapa sih, pasang buntut?" Midah mengeras lagi.
"450 ribu, Dik."
Raut muka Midah yang merah keruh mendadak bening dan ujung bibirnya membentuk pola senyum.
"Kalau menurutmu jangan diambil, aku tak akan mengambilnya."
"Tidak diambil bagaimana? Memangnya kita tidak butuh uang!"
"Jadi diambil, Dik?"