Tapi aku salah. Makan malam kembali dingin. Rasa-rasanya seperti masing-masing dari kami harus menghabiskan makanan yang paling tak kami sukai.
"Aku setuju kalau mulai bulan ini, pemakaian listrik dan internet di rumah kita dibatasi. Aku tak bisa membiarkan ini. Ayah dan ibu saling diam karena salah kami juga. Kami sudah sepakat dengan keputusan ini, ya, kan?" aku melihat Lani untuk memastikan apa yang kami sepakati tadi siang.
Ayah dan ibu berpandangan. Kaku. Sepertinya mereka masih memendam kemarahan.
"Ayolah Bu, ayah, apa pun, mengurangi makanan, jika perlu. Kita sudah melewati hari-hari aneh ini hampir empat bulan, dan kita kuat. Tapi kita jadi kehilangan keseruan kita karena tagihan listrik dan internet?"
"Ayah sudah melupakan tagihan listrik dan internet," kata ayah, "Itu risiko kita."
"Lalu apa?"
Ayah dan ibu saling pandang lagi.
"Masalah orang tua ya? ah, kalau begitu, kami tak ikut campur. Maaf, kami kira ini masih tentang tagihan listrik dan internet."
Aku memberi isyarat pada Lani untuk meninggalkan ayah dan ibu berdua. Syukurlah, untuk anak SD, dia terlihat berusaha untuk paham isyaratku.
"Ini memang masalah orang tua," kata ibu, "tapi ini masalah yang kalian boleh tahu."
Aku dan Lani kembali duduk.