Mohon tunggu...
Adri Wahyono
Adri Wahyono Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Pemimpi yang mimpinya terlalu tinggi, lalu sadar dan bertobat, tapi kumat lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Melupakan Perempuan

24 Oktober 2016   21:29 Diperbarui: 24 Oktober 2016   21:31 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Aku seringkali membanggakan daya ingatku yang tajam. Itu adalah sesuatu yang hebat. Nilai-nilaku dulu di sekolah bagus antara lain karena ketajamanku dalam urusan ingat-mengingat,” kata Jun.

Aku kurang tertarik untuk memperhatikannya. Setiap saat ia hampir selalu memiliki bahan pembicaraan yang, membosankan.

“Aku pelupa,” sahutku, sekedar agar aku terlihat menanggapi, “terkadang aku setengah mati mencari sesuatu seperti, pensil yang bahkan sedang kupegang. Daya ingatku payah. Dulu aku hampir selalu lupa mengerjakan PR, makanya masa sekolahku tak begitu menarik untuk diingat.”

“Sekarang ini aku selalu berpikir, alangkah senangnya menjadi seseorang yang pelupa sepertimu,” ungkap Jun. Kali ini aku sedikit terusik. Dia sedang akan meledekku.

“Hmmm?”

“Ya, menjadi seseorang yang memiliki ingatan tajam itu menyakitkan.”

“Kenapa?”

“Semuanya ada dalam ingatanku, termasuk perempuan yang pergi meninggalkanku, untuk menikah dengan pria lain.”

Aku ingin tertawa sekeras-kerasnya. Tapi aku mengurungkannya, walaupun mungkin aku pantas, karena ia sering mengolok daya ingatanku yang payah.

“Maksudmu, dengan daya ingat yang lemah, kau akan dengan mudah melupakan perempuan yang meninggalkanmu itu?” aku bertanya.

“Ya, tentu dengan daya ingat lemah, aku bisa lupa dengan sendirinya, dan tak perlu merasakan sakitnya ditinggal pergi karena terus teringat.”

“Begini, ada seseorang yang bisa membantumu melupakan perempuan itu, kau bisa minta tolong pada dia,” ujarku.

“Siapa?”

“Seorang perempuan yang lain. Dekati seorang perempuan lain, jadikan dia kekasihmu. Kalau kau berhasil, dia akan membantumu melupakan perempuan yang meninggalkanmu itu tanpa perlu kau kehilangan daya ingatmu yang tajam.”

Jun memandangku.

“Perempuan lain, bukan aku. Aku laki-laki!” sahutku sambil meninggalkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun