Mohon tunggu...
Adri Wahyono
Adri Wahyono Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Pemimpi yang mimpinya terlalu tinggi, lalu sadar dan bertobat, tapi kumat lagi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber] Bulan Mati dan Jiwa-jiwa Mati yang Pergi

27 November 2015   17:37 Diperbarui: 27 November 2015   18:16 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Kurasa itu benar,” sahutku menyela.

“Memang benar,” lanjut James lagi.

“Lalu?”

“Lalu? Heh, kalau Nugie tak terlalu kaku yang membuat dia terkesan tak menginginkan pengaruhku di perusahaan, aku tak akan melakukan ini semua. Dengar ya, aku terkadang ingin menolong beberapa orang yang tak punya pekerjaan dan mencoba menawarkannya pada Nugie. Tujuanku hanya agar mereka mendapat pekerjaan, tapi tanggapan Nugie mengesankan ia enggan ada pengaruhku di perusahaan. Kau pun akan berpikir seperti itu jika kau jadi aku, Anna.”

“Kalau begitu, bagaimana kemudian kau bisa membawa Ran?”

“Aku bertemu dengan dia di sebuah kafe. Tiba-tiba saja dia mendekatiku dengan lagak gaya yang menjijikkan untuk seorang laki-laki yang mendekati laki-laki. Setahuku itu seharusnya dilakukan seorang pelacur perempuan yang ingin menawarkan ‘hiburan’ pada laki-laki. Jadi aku berkesimpulan, mungkin dia adalah laki-laki yang mempunyai ‘banyak hiburan’ untuk laki-laki. Aku katakan padanya bahwa aku menyukai perempuan, karena semakin lama ia semakin menjijikkan. Aku baru dipecat dari perusahaan, katanya. Ia butuh uang untuk membayar sewa apartemennya. Saat itu Nugie datang untuk pertemuan bulanan denganku. Bisa kukatakan bahwa pertemuan itu selalu kulakukan dengan Nugie untuk membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan perusahaan. Sebenarnya lebih banyak pembicaraan santainya daripada serius, karena segala urusan teknis dan tanggung jawabnya adalah urusan Nugie. Aku bisa dikatakan terima bersih.”

“Ran tetap ada di situ ketiga Gie datang?”

“Ya, menurutku ia orang yang tak tahu malu. Nugie bertanya, ini siapa? Lalu kujawab, aku baru mengenalnya sekitar sepuluh menit sebelumnya. Rupanya ia mengalihkan sikap menjijikkannya pada Nugie. Aku kemudian menganggapnya wajar saja karena Nugie jelas lebih tampan dan tidak botak sepertiku. Tanpa diminta ia mengenalkan namanya pada Nugie. Dari situ aku tahu namanya Ran. Tanpa berpikir sebelumnya aku mengatakan pada Ran bahwa Nugie adalah pemilik perusahaan, mungkin ia punya tempat di perusahaannya. Ran kemudian bercerita tentang kehilangan pekerjaan. Anehnya Nugie tampak bersimpati padanya. Apalagi ketika ia tahu perusahaan tempat Ran bekerja sebelumnya adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang IT, dan kualifikasi Ran sendiri lumayan meyakinkan.”

“Apakah memang ada tanda-tanda ketertarikan Gie pada Ran waktu itu?”

“Aku tak tahu. Tapi boleh jadi begitu, karena Ran memang cukup genit. Aku sudah ceritakan tadi, Nugie tak pernah mau memasukkan orang-orang yang kutawarkan, tapi tiba-tiba saja ia mempersilakan Ran untuk datang ke kantor pada hari yang mereka sepakati. Ia juga memperkenalkan aku pada Ran sebagai investor di perusahaan. Setelah itu pembicaraan tentang perusahaan tetap aku dan Nugie lakukan dengan Ran berada di tengah-tengah kami. Hari itu Ran mendapat pekerjaan kembali dan mendapat makan malam gratis.”

Cinta pada pandangan pertama? Antara seorang tampan dengan seorang tampan lainnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun