Mohon tunggu...
Adri Wahyono
Adri Wahyono Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Pemimpi yang mimpinya terlalu tinggi, lalu sadar dan bertobat, tapi kumat lagi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber] Bulan Mati dan Jiwa-jiwa Mati yang Pergi

27 November 2015   17:37 Diperbarui: 27 November 2015   18:16 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

James memandangku dengan raut muka dingin. Aku berharap akan mendapatkan penjelasan mengenai ini, jadi aku masih bisa mengutukmu sebelum mati. Sesudah itu, kau boleh pecahkan kepalaku.

“Kau tak pernah bersalah kepadaku. Sedikit pun. Bahkan kau menolak cintaku itu juga bukan suatu kesalahan buatku, karena itu hanya bagian dari rencana besarku. Itu cuma untuk membantu Nugie yang ingin melenyapkanmu, demi mimpi asmara konyolnya dengan Ran. Kau tahu, bahkan monyet jantan tak akan mau bercinta dengan monyet jantan lainnya. Tapi mereka? Entah apa yang mereka pikirkan. Karena Nugie sendiri tak sanggup, maka dia menyusun sandiwara dengan Ran. Tapi rupanya Ran adalah ‘wanita’ Gie, dan terlalu ‘lembut’. Maka lantas ada Nugha, si tambun tanpa otak yang obsesi hidupnya hanya ‘fly’ dengan narkoba, yang diminta Ran untuk menyingkirkanmu. Dan, kau tahu, dia pun gagal. Maka aku menawarkan pada mereka, bagaimana kalau aku yang melakukannya. Tentu saja mereka menerima tawaranku,” jelas James panjang lebar.

“Itukah kenapa tiba-tiba aku berada di sebuah bangsal dengan suster-suster yang mengitariku seperti nyamuk-nyamuk penghisap darah?”

“Ya, dan muncullah dokter Jalal yang kharismatik itu, dengan segala sandiwara dia mengenai keadaanmu,” James menyeringai lagi.

“Bingo!” serunya dengan mimik muka mengejek.

Sepertinya James begitu menikmati detik demi detik kemenangannya. Kesuksesan dari rencana besarnya yang berjalan sesuai keinginan.

“Semua  ini benar-benar terkonsep, hanya saja tak dituliskan seperti skenario film. Tapi meskipun begitu semua berjalan secara alami, dan jika ada kendala, maka kami membuat plan A, plan B, Plan C, dan seterusnya agar semua ini tetap berjalan, skarena tak ada, “Cut!”, seperti dalam membuat film,” James terus mengacungkan pistolnya. “Nugie dan Ran sudah menjalankan semua plan A, plan B mereka, tapi dari kesemuanya mereka tak berhasil melenyapkanmu. Maka aku sendiri, di tengah skenarioku sendiri yang kujalankan sejak semula, di mana Ran adalah aktor arahanku, aku mengambil inisiatif untuk menuntaskan keinginan mereka yang terus tertunda. Karena itu akan mempermudah tujuanku sejak semula.”

“Nugie ingin aku lenyap, itu aku sudah tahu dan tak penting lagi. Sebelum aku mati, aku ingin tahu tentang kau sendiri, siapa pun namamu, J, James, Jalal, Jahanam, apa yang kau sendiri inginkan dari ini semua?”

“Ah, pertanyaan yang kutunggu-tunggu. Hohoho, Aku benar-benar tak sabar untuk menjawabnya, seperti anak kecil yang gelisah tak sabar menunggu pagi, di mana ia akan pergi bertamasya,” kata James dengan raut wajah lucu, tapi tetap dengan pistol mengacungi wajahku.

“Perusahaan IT yang dibangun Nugie benar-benar memiliki prospek lebih dari sekedar terang benderang di masa depan, itulah makanya kenapa aku tak ragu untuk menginvestasikan dana yang sangat besar. Ide dan kemampuannya membuat perusahaan berkembang dan aku tak pernah menyangka jika dalam waktu yang tak terlalu lama, investasiku mulai ‘menghasilkan’. Ia terlibat langsung dalam perekrutan karyawan, dan kejelian membawanya mendapatkan orang-orang terbaik,” James mengangkat tangan kirinya untuk menggantikan tangan kanannya memegang pistol. Kurasa tangannya mulai pegal. Kuharap ia bertahan sedikit lagi sampai semua ia ‘beberkan’.

“Aku membiayai perusahaannya, ia mengendalikan perusahaan dan berhasil. Aku punya dua jempol untuk Nugie dalam hal itu. Perusahaan itu semakin maju, semakin dikenal, dan menguntungkan. Pembagian keuntungannya cukup adil menurut perjanjian kami sejak awal. Tapi memang ada sesuatu yang mengganjal, Nugie solid bersama semua orang yang bekerja, sementara aku, si pemilik modal tak punya pengaruh apa-apa dalam perusahaan. Padahal, dalam nota kesepakatan aku adalah pemegang lima puluh persen saham perusahaan. Semua ini karena Nugie menyeleksi sendiri orang-orang yang akan direkrut. Ia selalu menolak orang-orang yang aku tawarkan. Seakan aku tak diberi hak untuk menempatkan orang-orang. Alasannya, perusahaan tak akan solid, karena orang-orang yang merasa bahwa bergabungnya ke perusahaan karena pengaruhku akan lebih mendengarkan ‘orang yang berjasa’ memberinya pekerjaan. Tak baik jika ada dua pengaruh dalam satu perusahaan. Katanya, sebaiknya aku duduk manis menikmati hasil investasinya dan tak perlu repot-repot. Toh, aku mendapatkan apa yang seharusnya kudapatkan,”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun