"Saya percaya kemenangan akan datang pada kita!"
Benar, kan? Dia sangat menyukainya.
Telepon ditutup dari seberang dan seketika itu mataku menangkap perempuan itu. Dia tetap tersenyum.
"Bagaimana? Kau masih menginginkan surgaku?"
"Aku sudah kehilangan selera," aku menyambar pakaianku yang sedari tadi sudah bertebaran di atas ranjang.
"Jadi ke surga atau tidak, kau tetap harus membayar tarifnya. Surgaku tidak gratis seperti surga yang kau janjikan pada orang-orang mengelu-elukanmu. Jadi, sekedar melihat jalan menuju surgaku pun kau harus membayarnya!"
"Ambil saja uang itu, dan jangan sampai aku melihatmu lagi!"
"Kau ingin bertobat atau, mencari surga lain seperti yang ada padaku?"
"Pergi! Bawa uangmu dan pergi!"
"Baiklah tuan wakil rakyat yang terhormat, satu saja pesan saya, si pelacur. Kalau tuan sedang berbicara di depan sidang yang terhormat dengan kata-kata terhormat, ingatlah saya. Kalau tuan sedang berceramah dengan kata-kata suci, ingatlah saya!" Melinda memakai kembali pakaiannya, mengambil dua ikat kertas di bawah lampu itu dan berkemas.
"Selamat malam menjelang pagi!"