Mohon tunggu...
Adriastama Nugraha Priajati
Adriastama Nugraha Priajati Mohon Tunggu... Wiraswasta - MBA Management dan Banking Expertise

Spesialis Komunikasi dan Pengembangan Bisnis dengan gelar MBA di bidang Manajemen serta berpengalaman di industri Perbankan lebih dari 13 tahun.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Akankah The Fed Turunkan Suku Bunga Guna Hindari Resesi Pengaruh Terhadap IHSG?

7 Mei 2024   10:00 Diperbarui: 7 Mei 2024   10:02 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anonim, Jerome Powell, 2024

Jakarta, Mei 2024 - Dalam wawancara singkat bersama seorang Pengamat Senior Pasar Modal Nasional, Edhi Adhyanugraha Pranasidhi (Edhi) menyampaikan mengenai kondisi makroekonomi khususnya di negara Amerika Serikat (AS) serta kebijakan The Fed dan pengaruhnya terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia.

- Bagaimana tanggapan Anda (Edhi) terkait perkembangan makro ekonomi terbaru khususnya dari Amerika Serikat (AS) ?

Perkembangan terkini dari rilis data makro ekonomi dari AS selalu mengejutkan dan tentunya terkadang merubah paradigma dan cara pandang kita dalam menentukan kebijakan berinvestasi baik itu dipasar saham maupun dipasar komoditas dan uang. Kita baru saja membahas tentang kemungkinan bahwa the Federal Reserve atau bank sentral AS tampaknya tidak akan dapat menurunkan suku bunga selama tahun 2024 karena keukeuhnya laju inflasi pada level sekitaran 3% atau yang masih diatas target the Fed pada kisaran 2%.

Tahan bantingnya laju inflasi di AS tentunya semua tahu karena hebatnya pertumbuhan tenaga kerja disana yang setiap bulannya rata-rata menambah 242 ribu tenaga kerja baru selama 12 bulan terakhir. Namun apa yang kita bahas sebelum pengumuman data tenaga kerja disektor selain pertanian (non-farm payrolls/NFP) yang dirilis pada 3 Mei lalu, tampaknya harus berubah secara signifikan.

anonim, Bendera USA, 2024
anonim, Bendera USA, 2024


Menurut data terbaru, ekonomi AS pada April lalu hanya menambah 175 ribu tenaga kerja baru atau jauh dibawah konsensus ekonom pada angka 240 ribu dan juga dibawah rata-rata bulanan pada 242 ribu dalam 12 bulan terakhir. Penurunan terjadi terutama karena pemerintah federal AS hanya menambah delapan ribu tenaga kerja baru atau jauh dibawah rata-rata bulanan sebanyak 55 ribu dalam 12 bulan terakhir. Disisi lain, penambahan tenaga kerja disektor konstruksi juga gak kemana mana, sementara perubahan sedikit lebih rendah terjadi disektor teknologi informasi, pertambangan, ekstrasi minyak bumi dan gas, layanan professional dan bisnis serta rekreasi dan perhotelan (pariwisata).

- Apa yang menarik dari data tersebut menurut Anda (Edhi) ?

Yang menarik untuk dicermati tentunya adalah tiga sektor utama seperti teknologi informasi (IT), pariwisata dan gas dan minyak bumi. Sektor IT: pertumbuhan tenaga kerja baru yang melandai di sektor ini tentunya idak mengejutkan setelah mengalami booming tenaga kerja selama tahun-tahun berakhirnya pandemi Covid-19. Penurunan tenaga kerja baru disektor ini juga diperkirakan akan diperparah dengan semakin masifnya penggunaan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang dapat menggantikan pekerjaan yang slama ini dilakukan oleh manusia.

Sektor gas dan minyak bumi: Melemahnya Harga minyak bumi bulan April lalu sebanyak 7% kelevel $79,33 perbarrel dan kemudian pada 3 Mei kemarin turun lagi ke level $77,99 per barrel ditengarai akan menurunkan keinginan perusahaan-perusahaan disektor ini untuk menambah tenaga kerja baru dan jika Harga minyak bumi turun terus jelang pilpres AS pada 5 November mendatang akan tidak menutup kemungkinan akan adanya pemutusan hubungan kerja (PHK).

Sektor rekreasi dan hospitality (pariwisata). Sektor ini merupakan sektor yang paling banyak mempekerjakan tenaga kerja baru dan juga menyumbang kepada belanja konsumen yang besar yang selama ini memberikan kontribusi kepada laju inflasi. Jika tenaga kerja baru disektor ini menurun maka tentunya tingkat inflasi juga akan menurun.

Penurunan tingkat penambahan tenaga kerja baru ditiga sektor diatas tentunya juga akan menambah tingkat pengangguran di AS akan meningkat dan ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi AS yang pada kuartal pertama tahun ini hanya tumbuh 1,6% atau atau kurang dari setengah angka pertumbuhan ekonomi AS dikuartal empat 2023 dilevel 3,4%.

Sementara itu, tingkat pengangguran di AS pada April lalu meningkat dari 3,8% menjadi 3,9% akibat hanya adanya penambahan tenaga kerja baru sebanyak 175 ribu itu.

- Sepertinya situasinya kurang begitu baik bagi AS dan juga bagi para pelaku investasi secara global. Apa tanggapan Anda?

Jika kondisi-kondisi diatas berlanjut, maka ekonomi AS pada kuartal dua sampai empat tahun 2024 kayaknya berpotensi terkontraksi yang berujung kepada resesi ekonomi. Secara teori, sebuah negara dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya terkontraksi atau minus selama dua kuartal berturut-turut.

Anonim, Jerome Powell, 2024
Anonim, Jerome Powell, 2024

Situasi ini telah menimbulkan ekspektasi bahwa The Fed pada rapat komite kebijakan bank sentral AS atau Federal Open Market Committee (FOMC) dibulan 17-18 September dan 6-7 November mendatang akan menurunkan suku  dua kali untuk mencegah terjadinya resesi ekonomi.

Pelaku pasar tampaknya akan mengkhawatirkan potensi resesi ekonomi di AS di sisa tahun 2024 yang dapat menurunkan sentiment berinvestasi secara global. 

Namun yang patut dicermati tentunya adalah bahwa ekspektasi the Fed akan "terpaksa" menurunkan suku bunga akan menyemangati mereka untuk tetap dalam posisi membeli dalam jangka pendek semisal mulai besok Senin 6 Mei 2024 sampai beberapa hari kedepan untuk kemudian kembali mengambil posisi jual atau profit taking akibat ketakutan terhadap resesi ekonomi.

- Kini beralih ke Indonesia, sejauhmana akan terpengaruh?

Secara ekonomi AS menyumbang 25,2% kepada pertumbuhan ekonomi dunia. Namun untuk jangka pendek IHSG kayaknya masih bisa berpotensi menikmati kenaikan karena menguatnya rupiah sebagai akbat melemahnya dolar AS terhadap semua mata uang utama dunia dan menurunnya harga minyak bumi yang ujungnya diharapkan juga dapat menurunkan harga BBM dalam negeri sehingga dapat mengurangi beban subsidi BBM dalam APBN Indonesia. Selain itu tentunya Bank Indonesia juga diharapkan akan menurunkan suku bunga untuk mengantisipasi langkah kebijakan moneter The Fed.

Secara umum resesi ekonomi di AS akan berpotensi mempengaruhi Harga emas yang diperkirakan masih akan berpotensi menyentuh angka $2.500 per troy ounce. Disisi lain, penurunan Harga minyak bumi juga diperkirakan akan berpotensi membawa penurunan harga batubara dan gas alam.

Sedikit saran dari Anda (Edhi) bagi para pelaku Investasi saat ini?


Tetaplah... Berjualanlah ketika semua rakus dan belilah ketika semua takut....

---ooOoo---


Mengenai Narasumber: Edhi Adhyanugraha Pranasidhi

Adriastama, Edhi A. Pranasidhi, 2024
Adriastama, Edhi A. Pranasidhi, 2024

Edhi Adhyanugraha Pranasidhi, adalah seorang profesional dengan karir luar biasa selama 26 tahun di bidang Pasar Modal Nasional dan Internasional. Karir Edhi disektor pasar keuangan dan pasar modal dimulai dengan menjadi seorang journalist/ analyst di Dow Jones Newswires-Wall Street Journal. Pemikirannya yang kritis dan strategis khususnya dalam bidang keuangan, membawanya bertemu dan melakukan sesi wawancara dengan beberapa tokoh di dalam dan di luar negeri.

Antusiasnya dalam bidang keuangan membawa Edhi memasuki babak baru dalam perannya di bidang sebagai Commodity and Stocks Experts. Kecintaannya terhadap di dunia tersebut kemudian menarik Edhi untuk dapat membuat suatu wadah Komunitas Pelaku Pasar Modal dengan mendirikan (Founder) Indonesia Stock Community, sebuah platform yang mempertemukan para peminat dan pakar untuk menumbuhkan komunitas pasar saham yang dinamis. Inisiatif awal ini menunjukkan semangat kewirausahaan dan pandangan ke depan dalam menyadari pentingnya berbagi pengetahuan kolaboratif dalam bidang investasi.

Dalam kapasitas ini, Edhi menunjukkan pemikiran analitis yang tajam, memberikan wawasan yang penting bagi investor dan dunia usaha dalam menavigasi kompleksitas pasar keuangan. Perjalanan Edhi terus menanjak saat ia mengemban tanggung jawab sebagai Head of Market Intelligence di Bloomberg TV, sebuah jaringan berita keuangan terkemuka. Dalam peran ini, Edhi memainkan peran penting dalam menyampaikan informasi pasar real-time kepada publik.

Ketajaman editorialnya terlihat ketika ia kemudian menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Indonesia Finance Today, posisi yang menunjukkan kemampuannya menyaring informasi keuangan yang kompleks menjadi konten yang mudah diakses dan informatif untuk pembaca secara luas. Perspektif global Edhi semakin diperkaya selama masa jabatannya sebagai Head of Cogencis Information Services Ltd. untuk Indonesia. Paparan internasional ini memungkinkannya untuk memperdalam pemahamannya tentang dinamika rumit lanskap keuangan global, memperkuat statusnya sebagai seorang profesional yang berpengetahuan luas di bidangnya.

Sepanjang kariernya yang gemilang, Edhi Adhyanugraha Pranasidhi secara konsisten menunjukkan minatnya terhadap bidang keuangan, pemahaman mendalam terhadap tren pasar, dan komitmen untuk membina komunitas investasi yang terinformasi dengan baik. Pengalamannya yang beragam menekankan kemampuannya untuk menavigasi kompleksitas dunia keuangan dengan kemahiran dan wawasan strategis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun