Orang-orang itu berbondong-bondong memenuhi halaman
Mereka menuntut para pemimpin bijak bestari
Mereka menghabiskan tinta dan kertas berhalaman
Sebab hati mereka resah oleh kekuasaan lalim
Â
Kata-kata dan hanya kata memenuhi langit kerumunan
Awan bahkan runtuh bersama hingar bingar suara
Tuntutan jelata tertindas oleh sebab ketidakjujuran
Tetes-tetes langit remuk dalam derai air mata dahaga
Â
Orang-orang mengitar runduk dalam jerami
Sebab kaki mereka enggan pelangkah pergi untuk sebuah tanya
Tanya tentang hari depan jalan berliku hidup berstari
Tentang sebuah kata hilang tentang keadilan
Â
Hak-hak mereka dilanggar oleh ketidakjujuran sang penguasa
Nafas hidup mereka terengah timpaan beban meremuk
Bara api di tapak kaki terseok dalam wajah penuh lara
Sebab keadilan begitu jauh panggang dari api dan ranah
Â
Kejujuran dan keadilan menjadi buah bibir kaum tertindas
Kejujuran dan keadilan menjadi sejoli semantis pada mimpi
Semalam datang secercah bayangan ketika lidah pejam pedas
Sebab sirna pula bayangan itu terempas dan dibawah pergi
Â
Orang-orang berbondong menapak prahara ketakpastian
Kehancuran bagaikan sontak sambar kilat menghujam
Tersisa kini tanya tak pasti mengharu-birukan langit itu
Ke manakah perginya kejujuran dari lubuk nurani?
Â
Ke manakah berlabuhnya keadilan yang telah tersulam?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H