Untuk memerangi kemalasan kita harus bangkit dan komitmen. Ikut merasa iba dengan kondisi mutu yang diberikan PISA 2018 untuk siswa Indonesia. Bagi penulis yang jadi guru,pegiat literasi sekolah, dan masyarakat, walaupun sederhana telah membentuk dan menggerakan karakter literasi dasar bagi sekolah, masyarakat, kabupaten, provinsi bahkan nasional. Dimulai dengan membaca 15 menit, membentuk komunitas literasi, mengikuti festival literasi nasional 3 kali, serta menghasilkan buku antologi puisi "Surat untuk Sahabat".
Penulis menggerakan literasi dasar membaca dan menulis di SMPK Frater Maumere bersama media cetak dan online. Media itu antara lain; Media Pendidikan Cakrawala NTT (jadi wartawan daerah Maumere), Surat Kabar Harian Pos Kupang, Surat Kabar Harian Flores Pos, Surat Kabar EKORA NTT, Media Online (Flores Postco, VOX NTT), Majalah OIKOS, dan Kompasiana.
Penulis telah membuat penelitian untuk enam rombongan belajar di SMPK Frater Maumere-Flores-NTT pada bulan Oktober 2019. Kegiatan ini penulis laksanakan setalah mengalami sebuah masalah yaitu sebagian besar siswa dalam kelas kurang mempunyai gemar membaca pada kelas. Penilitian dilakukan untuk 6 rombongan belajar dengan tiap-tiap rombongan 35 siswa.
Penulis membuat grafik pengamatan dengan kriteria serta skor angka untuk pengamatan selama satu bulan setiap hari. Setiap minggu penulis membuat laporan untuk setiap kelas. Tujuan saya untuk mengetahui karakter gemar membaca pada siswa serta membedakan kecakapan siswa satu dengan siswa lain dalam membaca.
Aspek yang diamati adalah waktu dengan jumlah kata/kalimat yang dibaca, keseriusan/ketenangan, menentukan ide pokok, menyimpukan isi bacaan, merangkum isi teks secara tertulis, menceritakan kembali isi teks, menggunakan tanda baca, huruf kapital, kalimat efektif.
Hasilnya untuk satu kelas dalam satu minggu dari 35 siswa, hanya 7 siswa dengan kemampuan literasi di atas rata-rata 75 %. Maka satu bulan dari 210 ditemukan penulis 42 anak yang punya kemampuan literasi membaca baik.
Upaya memacu gerakan karakter gemar membaca untuk siswa tidak selamanya menunggu regulasi atau petunjuk dari pusat. Kita bergerak melalui pengalaman untuk pacu karakter gemar membaca. Pepatah mengatakan pengalaman adalah guru yang terbaik. Penulis sekaligus guru dengan tugas utama pengajar namun peduli literasi. Hobi membaca dan menulis.
Saya tergerak dengan iba pada anak-anak sekitar rumah yang hanya bermain. Diajak membaca setiap sore jam lima sampai jam enam di teras. Sumber bacaan awalnya surat kabar dan majalah bekas yaitu; Pos Kupang, Flores Pos, EKORA NTT, Cakrawala NTT, Buku Komik. Satu dua orang memberikan donasi beberapa buku yang selama ini menjadi teman diskusi literasi di media sosial.
Untuk mendapat buku-buku fiksi baru penulis akhirnya membeli sendiri ke toko buku Gramedia Maumere dan tokoh buku lainnya. Jika ada obral saya selalu mampir membelinya untuk menambah koleksi bacaan bagi anak-anak di teras rumah. Mari kita jadi guru penggerak literasi untuk Indonesia maju.
Oleh Adrianus Bareng (SMPK Frater Maumere)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI