Hari ini akhirnya juga kita bisa menemukan hal yang sama kendatipun sebabnya adalah berbeda. Orang-orang tidak lagi berani mencemburkan diri untuk sekedar mandi di sungai. Kenapa? Karena semua sungai sudah terkontraminasi dengn limbah industri kimia tentu saja akan sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Limbah dari berbagai industry merupakan kombinasi yang hebat untuk melahirkan penyakit jenis baru, termasuk penyakit yang paling menakut sekalipun yaitu kanker.
Lalu kembali hari ini kemudian kita bertanya: Alam mengamuk, what Went Wrong, Is it a sign of a judgment day? Kita semua sadar dan mengetahui dengan baik bahwa kehidupan kita sebenarnya adalah sangat bergantung pada alam. Kita makan, minum dan rumah tempat kita berlindung segalanya adalah dari alam, kita melakukan apapun adalah di alam ini.
Tuhan sebenarnya sudah memperhitungkan dengan sangat sempurna sebelum kemudia IA menciptakan alam raya ini, bahkan dengan sangat bijaksana Ia memepercayakan kita sebagai “Manusia” sebuah nama yang diciptakanya sebagai mahluk atau kasarnya sebagai hewan yang berakal, berakhlak dan bermoral yang membedakan kita dari mahluk lain, sebagai yang paling berkuasa dari sekian juta organisme yang pernah ada di planet ini.Tetapi pada kenyatanya perlakuan manusia sekarang sungguh menunujkan sikap kebinatangan.Hampir tidak ada lagi nilai kemanusiaan yang tersisa, rasa memiliki dan mencintai berubah pada ketamakan.
Tuhan sepenuhnya sudah memberikan surat kuasa kepada manusia untuk menguasai alam ini. Lantas, kita lalu terbuai oleh kekuasan dan terlena dengan kegelimangan kekayaan bumi, samapi sampai kita lupa akan diri kita sendiri, sipakah kita sebenarnya? apakah kita masih layak untuk menyandang nama sebagai "manuisia". Kita mabuk kepayang, kata Ahamad Dani, Komposer ternama Indonesia, seakan hidup untuk hari ini saja.jadi nikmatin sepuasnya.
Di manakah anak cucu kita nantinya berteduh, bermain dan mengekspresiakn hidup mereka. Kalau bumi ini tidak lagi seasri dahulu, tiada lagi kicauan burung di pagi hari, udara yang segar menjadi suatu yang sangat mahal untuk diperoleh. Semua ini bisa saja hanya merupakan sebuah cerita dongeng belaka bagi anak cucu kita dikemudian hari. Generasi kita hanya bisa merindukan sebuah alam yang sejuk, asri dan nyaman; dunia romantisme.
Dalam usaha membangun kembali dan memeprbaiki segala kerusakan yang terjadi rupanya kita perlu memahami kembali pola hubungan dengan lingkungan. Membangun kembali semangat nilai kemanuisan yang semakin hari semakin terkikis oleh kemutahiran ilmu dan teknologi. Kemajuan yang seharusnya demi kejayan hidup manuisa bukanya manusia untuk kemajuan, untuk kemudian kita merajut kembali relasi yang sehat dengan alam.
Manusia perlu menyadari bahwa alam ini bukanlah milik kita sepenuhnya. Kita hanyalah petani penggarap; Menjaga dan menanam adalah tanggung jawab kita sebagai penggarap, hasilnyapun adalah untuk kita bisa survive. Sedangkan Tuan tanah kita(TUHAN)? Dia hanya perlu bagaimana sikap kita menghormati karya-Nya yang telah diciptakanya dengan sangat indah. menjaganya untuk tetap indah sudah cukup memebuat Tuhan senag.
Menjadikan alam ini aman dan asri seperti sedia kala, agar orang orang dengan bebas menikmati udara yang bersih, burung burung kembali bernyanyi dikala pagi dan petang memuji keaggungan Sang Pencipta dan pada akhirnya kita meraih kemabali persahabatan yang sejati yaitu saling menjaga, mengerti dan saling menghormati. Maka dengan demikianpun hubungan kita dengan Tuhan, kita dengan alam menjadi langgeng dan tetap awet sampai waktu bisa berhenti.
Sumber; cari kesana kemari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H