Mohon tunggu...
Adrian Ramdani
Adrian Ramdani Mohon Tunggu... -

I like to read, write, and traveling....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

“Cerpen Raudal Tanjung Banua” Kisah Fakta di Peta Fiksi

12 Oktober 2010   00:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:30 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rasa humoris lainnya banyak mewarnai cerpen Raudal lainnya. Cerpen"Seekor Kambing Mati Tergantung" mengisahkan seorang lelaki yang mau gantung diri. Tapi dia tidak berhasil karena ketika baru menggantung, sepasukan tentara menyergap, menyuruh menyerah, dan mengangkutnya ke penjara. Cerpen "Bus Berhenti di Kampung Lengang" juga mengisahkan seorang sopir bus yang berhenti akan menemui ibunya, busnya dikepung sepasukan tentara. Cerpen "Tanah Harapan" mengisahkan serombongan imigran gelap dari daerah Lombok, bermaksud menyeberang ke Malaysia, tapi ditipu makelar, akhirnya mereka mendarat tengah malam di wilayah Nusa Tenggara Barat juga.

Selain ceritanya yang humoris, kekuatan cerpen Raudal lainnya adalah bahasanya yang puitis. Ketika trend menulis cerpen mengarahkan para cerpenis muda menulis kekosongan makna dengan "kemegahan bahasa yang meliuk-liuk", cerpen Raudal seperti menghindari hal itu. Bahasanya puitis, meliuk-liuk juga, tapi masih mengikuti jalur cerit. Artinya, ada plot, ada konflik, dan kecenderungan sebuah cerita lainnya. Kalaupun dianggap sedikit melelahkan, kadang semangat berpuisi sering kepanjangan. Tapi barangkali harus dimaklumi bahwa Raudal adalah seorang penulis puisi juga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun