Mohon tunggu...
Adrian Gilang Bahiscara
Adrian Gilang Bahiscara Mohon Tunggu... Nelayan - Mahasiswa

Hobi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pengaplikasikan Reward and Punishment dalam Isu Pendidikan Berkualitas di Indonesia

1 November 2024   07:56 Diperbarui: 1 November 2024   08:06 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misalnya, siswa yang berperilaku mengganggu bisa dilarang mengikuti waktu istirahat atau harus tinggal setelah jam sekolah selesai. Siswa yang sering mengganggu temannya mungkin akan merasa kecewa jika tahu bahwa di akhir bulan ia tidak akan mendapat apresiasi dari kelas.

Menurut Jones dan Skinner (1939), terdapat dua jenis hukuman: yaitu hukuman positif dan hukuman negative. hukuman positif bertujuan untuk mengurangi frekuensi perilaku yang tidak diinginkan. Konsep ini bekerja dengan memberikan dampak negatif tertentu kepada individu begitu perilaku yang tidak diinginkan muncul.

Hukuman negatif adalah bagian dari cara pencegahan yang juga membantu mengurangi frekuensi perilaku yang tidak diinginkan. Hukuman ini bekerja dengan menghilangkan objek atau aktivitas yang disukai dari kehidupan individu.

Punishment dalam pendidikan seharusnya memiliki tujuan untuk memperbaiki perilaku murid dengan cara yang tetap menjaga martabat mereka sebagai individu. Hukuman positif dan negatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan ini tanpa menyentuh aspek kekerasan. Guru perlu berhati-hati agar punishment yang diberikan bersifat konstruktif, seperti menugaskan siswa membersihkan fasilitas umum sebagai konsekuensi keterlambatan, bukan menghukum dengan cara yang merendahkan atau menyakitkan.

Selain punishment, pendidik juga dapat menggunakan teknik reward kepada peserta didiknya. Reward diartikan sebagai tindakan atau sikap penghargaan untuk memastikan siswa berpartisipasi dengan baik dan mencapai hasil yang memuaskan Slavin (1997). Siswa diberikan reward atas pencapaian yang diinginkan, sedangkan perilaku yang tidak sesuai dibiarkan.

Reward untuk beberapa perilaku bisa berupa benda konkret. Reward ini dapat membuat siswa merasa senang, karena seperti yang disebutkan oleh Jones dan Skinner (1939), ada berbagai manfaat dari memberikan reward pada siswa dalam kegiatan belajar mengajar, antara lain: pertama, siswa akan merasa bahagia belajar dan secara tidak langsung berusaha menjadi yang terbaik. 

Kedua, hubungan antara guru dan siswa menjadi lebih baik, sehingga siswa merasa nyaman belajar. Ketiga, melatih siswa untuk lebih antusias dalam belajar. Keempat, meningkatkan kemampuan dan keterampilan belajar siswa.

Baik reward maupun punishment keduanya memiliki tujuan yang jelas dalam proses pembelajaran. Khususnya interaksi antara guru dan murid dalam menyikapi terwujudnya atau tidak terwujudnya sesuatu.

Sebuah penelitian dilakukan oleh Hakim (2018) yang mengamati berbagai aspek penerapan reward dan punishment oleh para guru di Surakarta. Dalam penelitiannya, penghargaan diberikan kepada siswa yang telah menunjukkan kemajuan dalam usaha mereka, dengan memberikan hadiah menarik, tepuk tangan, ekspresi pujian, dan nilai tinggi. 

Terkait implementasi punishment, jenis hukuman yang diterapkan meliputi perkenalan diri di depan kelas, bernyanyi di depan kelas, dan lompatan jongkok. Hukuman ini diberikan karena usaha siswa dianggap kurang maksimal.

Penelitian ini lebih lanjut mengungkap bahwa pemberian reward dan punishment berkontribusi dalam pengajaran bahasa Inggris dan secara otomatis mendapatkan respons positif dari siswa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun