Maskapai Garuda Indonesia saat ini mengalami perubahan yang sangat banyak, baik dari sisi operasional maupun dasi sisi keuangan. Dari sisi operasional, ekspansi Garuda Indonesia sangat berkembang, dari jumlah pesawat yang hanya sekitar 30an pesawat pada dekade yang lalu, namun saat ini sudah mengoperasikan lebih dari 150 pesawat (termasuk yang dioperasikan oleh subsidiary company: CITILINK). Dari sisi keuangan, Garuda Indonesia yang pada dekade yang lalu masih mengalami kerugian, setahap demi setahap telah mengurangi dan mengoreksi kerugian menjadi profitable company. Garuda Indonesia pada tahun 2015 juga menjadi satu diantara delapan maskapai dunia yang masuk dalam kategori FIVE STAR oleh Skytrax. Selain penghargaan tersebut, Garuda Indonesia juga menjadi maskapai dengan kabin kru terbaik pada tahun 2014 dan 2015.
Namun ditengah ekspansi dan perbaikan kondisi perusahaan, Garuda sebagai maskapi full service saat ini masih memerlukan beberapa langkah strategis untuk menjadi maskapai terbaik dan sanggup bersaing dengan maskapai-maskapai terbaik di dunia, mengingat kebanyakan maskapai-maskapai terbaik di dunia ada di kawasan Asia-Pasifik, seperti: Singapore Airlines, Cathay Pacific, Thai airways, MAS, ANA, JAL dan Korean air, serta Eva air. Persaingan maskapai di kawasan ini sangat PANAS dan sangat "brutal".
Selain pertarungan dengan maskapai full service, garuda dihadapkan pada persaingan yang sangat keras di segmen penerbangan low cost carrier (LCC). Walaupun Citilink sudah dihadirkan kembali dengan ekspansi yang cukup cepat di segmen LCC, namun ekspansi ini masih sangat kalah jauh dengan pesaing domestik maupun regional. Lion air, sebagai salah satu pesaing di segmen LCC melakukan ekspansi yang sangat besar yang hampir menjangkau semua pelosok, didukung oleh subsidiary companynya, yaitu: Wings air dan Batik air. Dari sisi armada, group lion sudah mengoperasikan lebih dari 200 pesawat, ditambah dengan Malindo air dan Thai lion.
Potensi
Garuda bersama dengan CItilink, dan Garuda maintenance group sebenarnya memiliki kesempatan untuk berkembang secara luar biasa. Ekspansi domestik melalui garuda explorer dan Garuda Jet explorer juga cukup penting untuk perkembangan perusahaan ini dan ekspansi domestik. Tapi Garuda seharusnya sebagai maskapai nasional tidak hanya besar di Kandang, artinya, ekspansi yang luar biasa di domestik, tapi regional kurang mampu. Garuda harus secara konsisten dan berani masuk ke pasar-pasar yang sudah effisien dan berani bertarung baik di segmen full service melalui ekspansi garuda, maupun melalui segmen LCC melalui Citilink.
Salah satu ekspansi yang perlu dipertimbangkan adalah fakta bahwa Garuda Indonesia sampai saat ini masih hanya mampu melayani kurang dari 20 kota-kota di regional maupun di Eropa, dengan penerbangan paling banyak adalah singapore-jakarta dan ke Jeddah. Salah satu kesulitan GA bersaing dengan maskapai singapura adalah dikarenakan posisi main hub yang berada di Jakarta (area selatan dari Negara ASEAN), sehingga posisi nya untuk menjadi main hub kurang mendukung. Selain Kondisi bandara Soekarno Hatta yang fasilitasnya kurang terjaga dengan baik, baik dari kondisi runway maupun terminal bandara yang kondisinya tidak seimbang dengan kondisi Changi international airport SIngapora, membuat GA masih akan sangat kesulitan untuk bersaing.
Walaupun GA sebenarnya menghadapi kesulitan dari sisi infrastruktur pendukung, GA wajib melakukan ekspansi penerbangan baik lokal maupun domestik.
Dari sisi domestik, kota kota dan daerah yang perlu dipertimbangkan untuk di terbangi adalah:
- Medan - Denpasar. Penerbangan dari hub ke hub perlu di lakukan konektivitas. bisa diterbangi dengan pesawat kecil seperti Bombardier apabila memang pasarnya tidak terlalu besar.
- Merauke - Makassar (direct flight). Mengingat Makassar merupakan hub di sebelah timur Indonesia, penerbangan yang secara langsung menuju daerah ini penting untuk dipertimbangkan.
Beberapa kota Internasional yang perlu dipertimbangkan dan seharusnya wajib segera di terbangi:
- Paris dan Frankfurt/Munich. Dua kota ini juga merupakan main hub di Eropa, dan pertumbuhan ekonomi negara ini juga cukup baik dibanding negara Eropa lainnya. Selain itu, hubungan perdagangan Perancis dan Jerman dengan Indonesia semakin besar.
- Chennai-Jakarta dan/atau Mumbai-Denpasar. India merupakan salah satu negara dengan penduduk terbesar dan pertumbuhan ekonominya secara konsisten bertumbuh dari tahun ke tahun. Alasan demografi dan ekonomi ini sangat mempengaruhi pertimbangan untuk menerbangi suatu negara. Chennai-Jakarta dapat digunakan untuk mengumpan penumbang yang menuju Indonesia dan Australia. Sedangkan Mumbai-Denpasar sangat dimungkinkan untuk menyasar turis yang mau ke Indonesia dan Australia. Salah satu pertimbangan yang perlu diperhatikan adalah pertimbangan persaingan yang sangat besar dengan maskapai India, yang tergolong sangat effisien.
- Kota kota lainnya di China daratan. Xian, Chongqing, Wuhan, dan kota lainnya perlu dilakukan ekspansi, mengingat potensi China sangat besar. Salah satu alasan lainnya adalah bahwa maskapai China daratan biasanya tidak terlalu mau melakukan affiliasi dengan maskapai negara lain sebagai pengumpan ke daratan China lainnya.
- Los Angeles. Los Angeles mungkin belum bisa diterbangi dalam jangka waktu yang dekat, dikarenakan alasan safety standard yang ditetapkan Amerika. Namun dalam jangka panjang, penerbangan ke sana perlu dipikirkan, apakah melalui transit di Jepang atau Hongkong. Hongkong mungkin lebih masuk akal untuk digunakan sebagai hub, mengingat Hongkong sudah terhubung dengan Denpasar dan Jakarta. Apabila GA ingin ekspansi lebih kuat ke Utara seperti Los Angeles, maka sebenarnya GA tinggal menghubungkan Surabaya dan Medan menuju ke Hongkong, yang selanjutnya menuju Amerika.
- Medan - Bangkok / Medan -Pattaya. Medan sebagai kota hub paling barat dan utara, perlu segera di hubungkan dengan kota kota lainnya di Utara.
- Brisbane, Goldcoast, dan Adelaide. Kota kota ini bisa dihubungkan dengan Bali/Jakarta dengan pesawat boeing 737-800, sehingga ekspansi ke kota kota ini perlu dipertimbangkan.
Untuk melakukan ekspansi tersebut, Garuda harus yakin dan bisa melihat celah apa yang bisa dilakukan agar pasar penumpang dari destinasi -destinasi baru tersebut bisa diperoleh. Ada satu hal yang kurang dari strategi GA saat ini yang selalu terjadi, yaitu: apabila ekspansi tidak profitable diwaktu yang singkat, maka penerbangan pada rute tersebut akan langsung dihentikan. Contoh: rute Brisbane-Denpasar. Seharusnya, perusahaan harus yakin dan berani bertarung, dengan tetap menganalisa, berapa lama suatu rute baru masih tetap loss, dan berapa lama memasuki phase BEP, dan kemudian menjadi rute yang profitable?
Selain persaingan dengan maskapai 5 Star, ditambah dengan ekspansi maskapai-maskapai Timur tengah yang sangat bombastis, persaingan dengan maskapai lokal dan beberapa segmen penerbangan juga perlu diperbaiki. Ada beberapa segmen yang selama ini tidak pernah disentuh oleh GA maupun Citilink, yaitu: Medium and long haul LCC.
Singapore airlines, melalui anak perusahaan Scoot dan "tiger" serta Silk air sangat menguasai semua segmen, baik full service dan LCC maupun short dan long haul flights. Untuk menyaingi Silk air, GA sudah mampu membuktikannya, Namun untuk bersaing dengan Singapore airlines (SIA), kondisinya belum bisa dikatakan head to head competition. Beberapa hal yang belum bisa dilakukan oleh GA group saat ini adalah menciptakan Long haul LCC. Dengan melihat perkembangan Airasia dalam LCC, baik Citilink maupun Lion sangat ketinggalan jauh. Lion air group melakukan hal berbeda, yaitu dengan mendirikan Malindo dan Thai Lion, kemampuan dan jangkauan ekspansi maskapai ini cukup besar. Oleh karena itu, sebaiknya Citilink harus mulai diberi kesempatan ekspansi pada penerbangan di atas 5 jam, misalnya: batam-hongkong, dan batam - Jeddah. Batam-Hongkong bisa saja diterbangi dengan A320, sedangkan Batam-Jeddah, bisa dilakukan dengan stopover satu kali di India, dan selanjutnya ke Jeddah, atau GA memberikan satu A330-200 dengan konfigurasi 3-3-3 untuk dioperisakan untuk rute Batam-Jeddah.
Batam dianggap lebih baik sebagai hub internasional Citilink, mengingat semua kota besar lainnya sudah di terbangi secara internasional oleh GA, sehingga Batam akan jauh lebih bisa merepresentasikan LCC citilink. Selain itu, Batam ada diposisi tengah2 kota-kota berpenduduk terbesar di Indonesia. Strategi ini perlu dipertimbangkan kedepannya.
Fleet
Pengadaan armada baru mungkin salah satu yang paling besar dipertimbangkan oleh GA pada bulan-bulan belakangan ini. Perdebatan pemilihan antara Boeng 787-9 dan A350-900 dalam pemilihan armada untuk penerbangan medium to Long haul flight juga belum terselesaikan sampai dengan Desember 2015. Baik Boeing 787 maupun A-350, keduanya adalah pesawat ringan yang lebih efisien dari pesawat saat ini. Berbeda dengan pesawat aluminium, pesawat ini dirancang agar bisa mengurangi biaya operasional secara signifikan.
Pertanyaan kembali diperdebatkan, apakah A350 atau Boeing 787-9?
Berdasarkan beberapa tulisan yang dibuat oleh boeing dan Airbus, serta konfigurasi Seats yang telah diusung oleh beberapa maskapai, saya pribadi lebih cenderung untuk memilih Boeing 787-9, dikarenakan:
- Â Pesawat ini bisa dikonfigurasi untuk high density (3-3-3) atau super low density 2-4-2 untuk long haul
- Pesawat ini juga sangat effisien untuk penerbangan medium and long haul flight
- Garuda tidak memiliki Hub yang pas (jakarta dan Bali) mengingat kedua kota ini berada di selatan ASEAN, sehingga tidak diharapkan jumlah penumpang akan sangat meningkat dramatis untuk penerbangan internasionalnya.
- A350 sangat nyaman untuk konfigurasi 3-3-3, tetapi tidak bisa dikembangkan untuk konfigurasi 3-43 seperti boeing 777
Dalam peremajaan armada tersebut, Garuda sebenarnya tidak perlu mengorder sampai dengan 30 buah pesawat, mengingat penerbangan garuda belum ekspansif. GA juga masih secara aktif mengggunakan A330, B777 dan B747. Jadi, mengorder pesawat dalam jumlah besar akan bisa jadi bumerang bagi GA sendiri. Dibandingkan dengan Delta airlines-Amerika, maskapai ini cenderung memakai pesawat second hand, dikarenakan harga minyak saat ini juga tidak mahal (USD40/barel). Berbeda ketika harga minyak mencapai USD100/ barrel, maka maskapai perlu memperhitungkan secara effisien khususnya harga minyak/avtur. Model/strategi ini mungkin kurang cocok untuk garuda saat ini, namun melihat perkembangan yang ada, perlu pertimbangan ke arah ini, selama tingkat safety penerbangan dapat di jamin.
Inilah mungkin yang perlu diperhatikan oleh GA dalam mengantisipasi perbaikan operasional GA kedepan. Terkait masalah kemampuan pengelolaan keuangan dan hedging perusahaan, akan dibahas pada kesempatan yang lain. GA perlu kita dukung sebagai ambassador yang terbang melintas benua, memperkenalkan negeri ini, dan juga tempat orang-orang menafkahi keluarga (the employees).
GA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H