Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi pengadaan di industri migas global yang tinggal di Kuala Lumpur dan bekerja di salah satu perusahaan energi terintegrasi terbesar dunia.

Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir__________________________ Semua tulisan dalam platform ini adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Empat Manfaat dari Berbagi dalam Kehidupan Sehari-hari

21 Februari 2022   08:52 Diperbarui: 1 Maret 2022   11:21 1732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagi dengan Warga Desa Suku Bajo, Tilamuta, Boalemo, Gorontalo. Sumber: dokumentasi pribadi

Apakah hari ini Anda sudah berbagi?

Tak muluk-muluk sesimpul senyum untuk saudara kita adalah sebuah wujud dari sedekah dan berbagi; memberi makan kucing kompleks adalah sebuah perwujudan dari berbagi; ikut serta menyumbang melalui platform donasi daring pun adalah juga bentuk berbagi.

Yakinlah bahwa berbagi tidak akan pernah membuat kita merugi, justru sebaliknya banyak manfaat dan hikmah yang kita dapatkan dari kebiasaan kita berbagi.

Sekali lagi spektrum berbagi tidak melulu berbicara terkait uang atau bentuk fisik barang lainnya, tetapi juga perbuatan, tutur kata yang menyejukkan, pengetahuan, dan lain sebagainya.

Mengajar Tentang Indonesia di Salah Satu Sekolah di Turki.
Mengajar Tentang Indonesia di Salah Satu Sekolah di Turki.

Itu pun tidak hanya sebatas dengan sesama manusia, dengan makhluk Tuhan lainnya seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan adalah juga perwujudan dari bentuk berbagi.

Lalu apa saja manfaat berbagi dalam hidup kita berikut rangkumannya.

Pertama, Melatih Empati

Buka Puasa Bersama Adik-adik Panti Asuhan. Sumber: dokumentasi pribadi
Buka Puasa Bersama Adik-adik Panti Asuhan. Sumber: dokumentasi pribadi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), empati didefinisikan sebagai keadaan mental yang membuat seseorang merasa mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.

Dengan kata lain empati adalah keadaan seolah-olah kita merasakan dalam posisi orang lain.

Empati adalah tingkat lanjut dari simpati karena simpati hanya pada rasa suka, rasa kasih atau rasa setuju kepada orang lain tidak sampai merasakan seolah-olah pada posisi orang lain tersebut.

Berbagi sangat erat kaitannya dengan melatih empati, karena semakin sering kita berbagi dan menolong orang lain ataupun makhluk lainnya olah rasa dalam diri kita akan terlatih untuk memikirkan keadaan pihak lainnya yang mendorong kita untuk membantu mereka dengan cara berbagi.

Kerap kita melihat kampanye donasi daring para penderita penyakit ganas yang membutuhkan dana untuk pengobatan. Narasi yang disampaikan menggugah kita seolah-olah berada pada posisinya yang serba kekurangan dan membutuhkan bantuan, simpati ini yang mendorong kita untuk mencoba membantu dengan memberikan donasi secara daring.

Begitupun semisal ketika kita dalam kendaraan umum melihat seorang nenek tua renta yang berjalan tertaih sedangkan tempat duduk sedang penuh diisi, kita membayangkan jika diri kita dalam posisi nenek tersebut, sehingga akhirnya kita merelakan tempat duduk kita untuk diberikan kepada nenek renta tersebut.

Aktivitas berbagi tadi melatih diri kita untuk meningkatkan rasa empati kita bagi pihak lainnya, hal ini ternyata positif untuk kita manfaatkan dalam keseharian maupun dalam dunia kerja ataupun organisasi kita, karenma salah satu karakter dari kepemimpinan yang efektif adalah memiliki empati yang tinggi.

Seorang yang memiliki empati yang tinggi akan lebih mudah menjalin relasi dengan pihak lainnya pun dengan komunikasi serta hubungan emosional yang diciptakan dalam pergaulan sehari-hari maupun organisasi dan dunia kerja.

Kedua, Meningkatkan Rasa Syukur

Kelas Inspirasi di SMA Negeri 1 Muaradua. Sumber: dokumentasi pribadi.
Kelas Inspirasi di SMA Negeri 1 Muaradua. Sumber: dokumentasi pribadi.

Di tengah paparan media sosial yang memamerkan gaya hidup yang mewah, aktivitas yang konsumtif, kekayaan yang seolah tak ada habisnya tentu setidaknya membuat kita merasa insecure dan bisa jadi iri akan kehidupan orang lain.

Padahal faktanya masih banyak orang-orang yang kondisinya jauh di bawah kita baik secara finansial, kesehatan dan lain sebagainya.

Kegiatan-kegiatan berbagi semisal menjadi sukarelawan untuk gerakan sosial, aktif berdonasi, aktif membagikan ilmu di kelas-kelas inspirasi, ataupun melalui tulisan adalah salah satu jalan kita untuk mendetoksifikasi potensi insecurity dari kehidupan serba wah di media sosial saat ini.

Dengan secara kontinu berkontribusi bagi lingkungan sekitar kita dengan berbagi kita akan membuka mata kita secara lebih lebar bahwa masih banyak orang-orang yang kehidupannya jauh di bawah kita. Oleh karena itu, kita akan semakin bersyukur atas apa yang kita miliki saat ini meski dengan berbagai keterbatasaannya.

Dengan berbagi kita akan semakin diarahkan untuk lebih sering melihat ke bawah bahwa kehidupan kita seyogyanya lebih baik dibandingkan banyak orang di luara sana yang serba kesulitan bahkan untuk sekadar makan dan bernaung dari terpaan dingin di malam hari.

Dengan berbagi juga kita ditantang meski di tengah keterbatasan semestinya juga kita masih dapat menjadi tangan yang di atas ketimbang tangan yang di bawah yang di bawah.

Ingat bahwa berbagi tidak mesti dengan harta benda yang kita miliki, tenaga, pikiran, pengetahuan, kebijaksanaan dan lain sebagainya masih dapat kita berikan kepada mereka yang membutuhkan.

Sedikit pengalaman saya saja, sewaktu-waktu mobil kendaraan kami tiba-tiba pecah di tengah jalan lalu posisinya saat itu saya dan istri tidak memegang uang kas dalam jumlah besar hanya ada uang receh kisaran 10 ribu itupun kami tempatkan di kotak khusus untuk parkiran dan untuk mencari ATM pun posisinya cukup jauh, namun kami memberanikan diri meminta bantuan tukang tambal ban terdekat dan menjelaskan kondisi kami yang kekurangan uang kas dan mobil yang pecah ban.

Lalu apa yang dilakukan oleh sang tukang tambal ban, dia mengatakan bahwa kami tidak perlu khawatir dia akan membantu memperbaiki ban segera dan kami dapat membayar jasanya seikhlasnya saja bahkan jika benar tidak ada tidak perlu membayar sama sekali. 

Tak berapa lama kemudai ban kami selesai ditambal dan kami hanya membayar dengan uang recehan sejumlah 10ribu tadi saja, itupun sang tukang tambal ban sempat menolak, namun kami memaksa untuk beliau menerima.

Dari cerita tadi saya semakin sadar bahwa meski di tengah keterbatasan harusnya tidak menjadi alasan kita untuk mencoba membantu dan berbagi dengan sesame dengan apa yang kita miliki.

Ketiga, Mendatangkan Lebih Banyak Rezeki

Pembangunan Rumah Layak Huni dalam Program Saka Volunteer Program. Sumber: dokumentasi pribadi.
Pembangunan Rumah Layak Huni dalam Program Saka Volunteer Program. Sumber: dokumentasi pribadi.

Nah secara logika berbagi tentunya membuat sumber daya yang kita miliki berkurang baik uang, tenaga, pikiran dan sebagainya, namun percayakah kita bahwa sebenarnya berbagi justru mendatangkan lebih banyak rezeki dari yang kita bagi. Rezeki dalam hal ini tidak hanya dalam bentuk uang tetapi juga kesehatan baik fisik maupun mental, relasi, kesempatan, dan lain sebagainya

Saya sendiri merasakan manfaat dari berbagi ini berulang kali. Tanpa maksud menyombongkan ataupun jemawa hanya ingin menyampaikan sendiri manfaat dair berbagi ini untuk renungan kita bersama. 

Suatu waktu saya pernah mengikhlaskan uang jajan saya yang tidak seberapa untuk disumbangkan kepada orang lain yang menbutuhkan, posisinya saat itu uang jajan itu adalah uang terakkhir yang saya miliki, namun saya yakin bahwa Allah tidak akan membiarkan saya kekurangan apalagi uang tersebut saya berikan kepada ornag yang membutuhkan.

Dan benar saja tidak berapa lama kemudian saya diberikan rezeki oleh Allah untuk menjadi juara sebuah perlombaan dengan hadiah yang lumayan bahkan berlipa-lipat dari uang yang saya donasikan.

Di lain waktu, saya membutuhkan akses terhadap seseorang dan sebuah institusi, dan tak dinyana justru saya dimudahkan mendapatkan akses tersebut dari orang yang dulu pernah saya bantu dengan cara yang tidak saya sangka.

Kemudahan-kemudahan dan bentuk rezeki lainnya ini juga seharusnya berlaku bagi semuanya. Ingatlah rumus bahwa berbagi sebenarnya adalah menanam benih kebaikan, dengan semakin banyak berbagi semakin banyak juga benih yang kita tebarkan dan suatu saat baik cepat maupun lambat kita akan mendapatkan hasilnya dari benih yang kita tanam.

Namun, ingat semakin baik kualitas benih kita makan hasilnya juga semakin baik, maka ketika berbagi maka bagikanlah hal terbaik yang kita miliki dan lihatlah manfaatnya. 

Mulailah untuk membagikan dengan hal-hal terbaik yang kita miliki semisal kita memliki uang di saku kita 10 ribu rupiah, 20 ribu rupiah dan 50 ribu rupiah. Lalu apakah kita rela untuk memberikan 50 ribu kita dibandingkan 10 ribu?

Keempat, Menguji dan Melatih Kualitas Keikhlasan Diri

Berbagi Pengalaman dengan Adik-adik Majelis Perwakilan Mahasiswa Politeknik Negeri Bandung. Sumber: dokumentasi pribadi.
Berbagi Pengalaman dengan Adik-adik Majelis Perwakilan Mahasiswa Politeknik Negeri Bandung. Sumber: dokumentasi pribadi.

Ada yang mengatakan ketika memberi dari tangan kanan, maka tangan kiri kita tidak perlu mengetahuinya.

Ini menunjukkan bagaimana berbagi tidaklah perlu diumbar-umbar secara berlebihan bahkan akan lebih baik sembunyi-sembunyi.

Saya pribadi meyakini berdonasi secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan adalah tidak mengapa asal dengan niat yang baik dan positif serta ikhlas.

Mungkin orang-orang yang berbagi dan disebarkan dokumentasinya bermaksud untuk menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama, pun demikian orang yang sembunyi-sembunyi agar tindakan berbagainya terjamin nilai keikhlasannya dan kemurniannya tanpa perlu cawe-cawe mendapatkan atensi pihak lainnya.

Yang paling celaka adalah mereka yang tidak mau berbagi, namun kerap mengomentari dengann nada sinis tindakan orang-orang yang bergerak untuk berbagi.

Berbagi juga seyogyanya adalah seperti doa yang akan dibalas atau dijawab tepat pada saat yang pas bagi ukuran Sang Maha Kuasa dan hal tersebut bisa saja esok hari, lusa, satu tahun lagi bahkan mungkin tidak dibalas di dunia mungkin di akhirat kelak.

Oleh karena itu, keikhlasan kita dilatih dengan berbagi karena kita melatih diri kita untuk tidak berharap dibalas kembali, pun jika dibalas maka Tuhan sajalah yang berhak membalasanya dengan penuh misteri, bentuk dan waktu yang tidak kita ketahui bahkan untuk jumlah pahala hanya Dia lah yang mengetahuinya.

Demikianlah rangkuman manfaat dari berbagi. Semoga dapat menjadi renungan bagi kita semua dan motivasi bagi diri kita semua untuk terus berbagi bagi sesama dan makhluk lainnya, karena benar BERBAGI TIDAK AKAN PERNAH MEMBUATMU MERUGI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun