Keempat, SCBD Dipenuhi oleh Anak-anak Gaul dan Berkomunikasi dengan Gaya Bahasa Gaul Jaksel
Ehm ini adalah mitos selanjutnya, mungkin karena SCBD berada di kawasan Jakarta Selatan lalu identik dengan orang-orang yang berkomunikasi dengan bahasa kekinian dan keinggris-inggrisan.
Memang tidak dipungkiri terkadang dalam percakapan sehari-hari bahkan dalam dunia bisnis kami menggunakan beberapa perbendaharaan kata gaul yang jamak digunakan di Jakarta semisal ghosting, literally, In My Humble Opinion (IMHO), dan lain sebagainya.
Namun, bukan berarti kebanyakan orang-orang di Kawasan SCBD se-gaul yang kita pikir sehingga bahasa-bahasa yang njelimet dan keminggris semisal overthinking, gaslighting, FOMO, spill, anxiety, overwhelmed, toxic positivity, support system dan lain sebagainya kerap kami gunakan dalam percakapan sehari-hari. Bahkan jika kami berbicara dengan rekan bule sekali pun.
Perlu diketahui bahwa SCBD juga dipenuhi oleh orang-orang dari lintas-generasi bahkan lintas-latar belakang dan budaya, sehingga perkara penggunaan bahasa daerah justru lebih sering kita temui alih-alih bahasa gaul anak-anak Jaksel.
Bersyukur juga bahwa kita diwarisi Bahasa Indonesia yang dapat menyatukan kita yang sangat beragam bahasa daerahnya.
Demikian rangkuman empat informasi yang berbeda dengan faktanya dan bisa dimasukkan dalam kategori mitos yang sering kita temui di media sosial tentang warga Kawasan SCBD di Jakarta.
Semoga kita dapat memaknai bahwa tidak semudah itu menyematkan stigma serta juga pars prototo (sebagian untuk semua) atau totem proparte (semua untuk satu) atas sebuah fenomena yang ada di masyarakat kita saat ini.
Jangan mudah menelan bulat-bulat informasi yang didapatkan terutama dari media sosial agar kita tidak mudah tersesat.
Pelajari, verifikasi, dan teliti kembali semua informasi yang tersaji agar kita menjadi warga yang benar-benar melek informasi.