Apakah akhir-akhir ini Anda merasakan tiba-tiba merasa lelah baik fisik maupun mental setelah seharian mengikuti rapat virtual di kantor?
Ataukah Anda merasa gelisah dan perubahan emosi yang cepat karena terus menerus berinteraksi secara virtual dengan rekan kerja ataupun teman di sekolah hanya melalui aplikasi pertemuan virtual seperti zoom, google meet, skype, facetime, dan lain sebagainya?
Nah bisa jadi hal tersebut karena kita mengalami Zoom Fatigue.
Semasa pandemi ini istilah zoom fatigue semakin populer dan banyak dialami masyarakat pada umumnya. Hal ini karena banyak aktivitas interaksi sosial kita semisal rapat, belajar ataupun mengobrol yang biasanya dilakukan secara langsung dan tatap muka beralih dalam platform virtual dengan berbagai aplikasi yang ramai digunakan semisal zoom, google meet, skype, facetime dan lain sebagainya.
Menurut Psikiater di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr. Gina Anindyajati, SpKJ Â dikutip Tempo.co (21/04/21) mengatakan Zoom fatigue dapat terjadi karena ada kelelahan fisik akibat menghadap layar yang berlangsung lama, ditambah dengan kehabisan energi mental untuk selalu fokus pada pertemuan daring yang diadakan.
"Zoom fatigue adalah kelelahan fisik dan mental yang timbul akibat paparan dengan pertemuan daring yang lama tanpa jeda. Zoom fatigue bisa berkontribusi pada terjadinya burn out yang dialami pekerja," kata Gina.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya ciri yang paling umum dari seseorang yang terkena sindrom zoom fatigue adalah rasa lelah yang luar biasa akibat secara maraton mengikuti pertemuan secara virtual.
Selain itu juga seorang yang terkena zoom fatigue biasanya akan kurang fokus dan lambat merespon ketika berinteraksi dengan peserta pertemuan lainnya.Â
Dalam kasus ekstrem beberapa akan menyebabkan stres bahkan mood swing dan insomnia yang berkepanjangan dan bahkan dapat mengganggu fungsi mental dan fisik seseorang.
Lalu bagaimana cara mengurangi dan mencegah agar kita tidak terkena zoom fatigue, berikut lima langkah diantaranya:
Pertama, Kondisikan Tempat Kerja Senyaman dan Sesehat Mungkin
Penerangan yang kurang, ruang kerja yang terlalu sempit, cara menatap layar laptop/computer yang salah termausk posisi duduk yang tidak ergonomis dapat menambaha risiko kita terkena zoom fatigue.
Oleh karena itu, menjadi sebuah kunci untuk membuat area kerja kita senyaman dan sesehat mungkin.Â
Usahakan penerangan yang cukup, jika memungkinkan biarkan udara segar masuk ke area kerja kita, kita juga dapat menambahkan tanaman penetralisir udara ataupun diffuser, dan tidak menumpuk barang-barang yang membuat kita sulit bergerak dan melakukan peregangan.
Posisi ergonomis dalam bekerja baik mengatur posisi duduk, jarak layar komputer/laptop atapun gawai dengan mata serta posisi keyboard dapat berpengaruh juga terhadap kenyamanan kita bekerja.Â
Jangan sepelekan hal-hal ini karena posisi ergonomis sangat berpengaruh besar terhadap kesehatan fisik kita selama bekerja secara virtual.
Kedua, Lakukan Relaksasi dan Peregangan Secara Berkala
Gerakan yang berulang-ulang dan cenderung kaku dalam jangka waktu lama dapat membuat tubuh kita menjadi tegang dan bisa jadi nyeri otot bahkan dalam beberapa kasus menjadi kram dan kesemutan.
Oleh karena itu sangat krusial bagi kita untuk melakukan relaksasi dna peregangan secara berkala. Rumusan 20-20-20 bisa kita praktikkan. Setelah 20 menit melakukan pertemuan virtual, kita dapat mengalihkan pandangan kita ke objek di sekitar kita setidaknya sejauh 20 kaki atau sekitar 6 meter selama jangka waktu 20 detik.
Disarankan kita melihat objek yang berwarna menenangkan semisal hijau dna biru muda dna lain sebagainya akan lebih baik jika kita dapat melihat pepophonan ataupun halaman yang dipenuhi tanaman dnegan nuansa asri.
Metode 20-20-20 ini berfungsi untuk merelaksasi otot-otot mata kita agar tidak tenang dan mengalihkan pikiran kita agar tidak suntuk dna menjadi bosan.
Selain mengalihkan pandangan kita penting juga secara simultan melakukan peregangan pada anggota tubuh kita semisal tangan, kaki, pinggang, dan kepala. Metode peregangan pun bisa kita cari di youtube ataupun ke laman pencarian google.
Peregangan ini dapat kita lakukan semisal 2-3 jam sekali secara rutin agar badan tidak terasa kaku dan tegang setelah seharian melakukan pertemuan virtual.
Ketiga, Matikan Kamera Jika Tidak Diharuskan
Disadari atau tidak ternyata sensasi melihat diri kita dan rekan-rekan di layar laptop/komputer atau gawai kita dapat menyebabkan kegelisahan sendiri bagi diri kita mungkin terkait penampilan ataupun tampak muka kita dan yang lainnya.
Oleh karena itu sila matikan kamera kit ajika itu bukan keharusan dan pelru juga untuk tidak membuat pertemuan dalam mode layar penuh sehingga memenuhi layar kaca kita yang justru membuat kita merasa diawasi dan menimbulkan kecemasan tersendiri bagi diri kita.
Keempat, Atur dan Batasi Waktu Pertemuan Virtual Jika Memungkinkan
Jika memungkinkan penting bagi kita untuk membatasi kuantitas dan durasi pertemuan virtual yang kita lakukan, karena semakin banyak dna panjang durasi pertemuan virtual makan akan semakin besar risiko kita terkena zoom fatigue.
Oleh karena itu, keputusan untuk mengatur dan membatasi pertemuan virtual adalah hal yang mutlak kita lakukan. Tidak semua hal harus kita lakukan dalam pertemuan virtual.Â
Berbalas surat elektronik, menjelaskan melalu telepon ataupun whatsapp misalnya adalah alternatif yang dapat kita pilih selain pertemuan virtual.
Untuk hal-hal sepele dan tidak membutuhkan pertemuan yang panjang seyogyanya dilakukan dengan media lain yang lebih mudah dan tidak menguras fokus dan pikiran.
Sehari kita batasi 2-3 kali pertemuan dengan durasi maksimal 30 menit misalnya, perkara yang menguras waktu dapat dilakukan diskusi dengan media lain sehingga pertemuan virtual hanya membahas masalah yang krusial dan penting saja bahkan jika memungkinkan tinggal mengambil keputusan.
Kelima, Hindari Distraksi
Membuat pertemuan virtual kita fokus dan nyaman adalah kunci agar kita tidak terkena zoom fatigue, oleh karena itu penting sekali untuk tidak menghadirkan distraksi yang dapat memecah fokus kita dan menyebabkan pikiran kita terpecah.
Distraksi dapat dalam berbagai wujud termasuk suara, cahaya, barang-barang, dan lain sebagainya.Â
Meminimalisasi bahkan menghilangkan distraksi tersebut akan sangat bermanfaat bagi fisik dan mental kita agar fokus tidak terpecah dan terbebani.
Multitasking ketika mengikuti pertemuan virtual pun ada baiknya dihindari agar tidak memecah konsentrasi kita bahkan menambah beban pikiran kita sehingga ketika selesai mengikuti video conference atau pertemuan virtual pikiran kita tidak menjadi bertambah lelah.
Demikianlah rangkuman tentang cara-cara mencegah zoom fatigue serta sekilas tentang informasi terkait zoom fatigue yang banyak melanda masyarakat selama pandemi ini terlebih bagi mereka yang kerap melakukan pertemuan daring yang terus menerus dalam durasi panjang tanpa jeda.
Semoga rangkuman tadi bernilai manfaat bagi kita semua khususnya selama masa pandemi ini.
Mari kita jaga kesehatan mental dan fisik kita selama pandemi ini, karena benar kesehatan dan keselamatan kita semua adalah yang utama.
Salam sehat selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H