Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir

Praktisi rantai suplai dan pengadaan industri hulu migas Indonesia_______________________________________ One of Best Perwira Ksatriya (Agent of Change) Subholding Gas 2023____________________________________________ Praktisi Mengajar Kemendikbudristek 2022____________________________________________ Juara 3 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Umum Tingkat Nasional SKK Migas 2021___________________________________________ Pembicara pengembangan diri, karier, rantai suplai hulu migas, TKDN, di berbagai forum dan kampus_________________________________________ *semua tulisan adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Berhenti Menulis di Kompasiana Meski (Mungkin) Tulisan Kalian Dianggap Picisan

16 Agustus 2021   20:19 Diperbarui: 16 Agustus 2021   20:54 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tahun pertama kehadirannya, Kompasiana dibangun sebagai blog jejaring internal untuk jurnalis dan karyawan Kompas Gramedia. Memasuki tahun 2009, produk ini bertransformasi menjadi platform blog untuk semua orang. Nama Kompasiana sendiri diambil dari nama kolom yang diisi oleh Pendiri Harian Kompas, PK Ojong.

Dulu mungkin sebelum bertransformasi Kompasiana ditujukan untuk para jurnalis dan karyawan Kompas Gramedia yang notabene punya kemampuan jurnalisme sehingga jika tulisan tersebut tidak "dalam" menurut perspektif umum jurnalisme serta terkesan "shallow/dangkal" mengabaikan kaidah jurnalisme bisa saja diprotes dan dikritik secara terbuka, terus menerus jadi guyonan pun tak mengapa lha wong para jurnalis yang menulis.

Tetapi sekarang Kompasiana telah  berubah menjadi platform blog bagi semua orang dari berbagai latar belakang strata sosial, ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya.

Mayoritas dari mereka justru bukan berasal dari dunia jurnalisme; mereka adalah orang-orang yang punya ketertarikan pada dunia tulis menulis; mereka adalah orang-orang yang diminta menulis oleh dosennya demi nilai kuliah daring; mereka adalah ibu rumah tangga yang mengusir kebosanan selama di rumah;  mereka adalah orang-orang yang ingin menyampaikan buah pemikirannya secara tertulis; mereka adalah orang-orang yang mencari cuan mengumpulkan poin-poin K-Reward untuk mendanai sekolah atau menambah uang jajannya.

Jadi menjadi ambigu ketika kita memaksakan standar kualitas jurnalisme dan isu tertentu sesuai isi kepala kita sembari menyenggol-nyenggol para penulis lainnya dengan nada humor yang mungkin tidak lucu bagi sebagian penulis. Ingat Kompasiana ini tempat belajar berjamaah bukan tempat eksklusif sejumput orang layaknya les privat.

Bukan ini bukan perkara kritik mengkritiknya tetapi caranya. Mengapa harus menyinggung tulisan tentang anime yang ramai pembacanya padahal tidak ada satupun aturan yang dia langgar. Mengapa pula harus menyatakan kompasiana seperti terdegradasi kualitasnya hanya karena dipenuhi tips and trick dan kiat-kiat lainnya padahal bernilai manfaat dibandingkan hanya ujaran kebencian yang dibungkus humor atau apalah itu namanya.

Kesannya hanya repetisi, kualitas rendah dan dangkal? Oh belum tentu Ferguso!

Rumah besar ini adalah media para penulis amatiran untuk belajar bertransformasi dan berkembang. Pun jika tulisan yang dianggap picisan tersebut menjadi Artikel Utama.

Please Anda jangan iri...jangan jangan iri..jangan iri dengki! (sambil bernyanyi)

Hak prerogratif admin Kompasiana menyematkan titel tersebut pada artikel-artikel tertentu yang terpilih, karena admin K pasti punya alasannya sendiri entah karena tulisannya bermanfaat, mudah dibaca, mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Sekali lagi Kompasiana bukan platform untuk jurnalis kelas kakap, karena pastilah penulis kelas kakap dengan kajian yang mendalam mungkin menulisa di berbagai kanal yang utama dan media-media arus utama.

Jikapun kita tidak setuju ya silakan keluar membuat platform sendiri diluar Kompasiana dimana standar idealisme kita bisa kita paksakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun