Nah siapa yang belum mengenal Jusuf Hamka, seorang pengusaha terkemuka yang juga mualaf keturunan Tionghoa yang menjadi anak angkat ulama kharismatik Buya Hamka.
Secara pribadi saya sungguh kagum dengan Pak Jusuf Hamka ini, karena keteladanan dan murah hatinya beliau sehingga banyak menginspirasi orang lain di tanah air untuk tidak putus berbagi dengan sesama baik di masa bahagia maupun berduka bahkan terpuruk sekalipun.
Cerita berbaginya di masa pandemi ini semakin menginspirasi banyak orang termasuk saya pribadi. Dari beliau kita bisa belajar untuk terus menebar kebaikan di masa sulit seperti saat ini.
Berbagi Sejak Dahulu Bahkan Memborong Jualan PKL di Masa PPKM Darurat
Di masa PPKM Darurat ini dimana jam bisnis dan aktivitas masyarakat dibatasi dan diatur agar tidak tercipta kerumunan dan interaksi erat secara langsung antar-warga yang bisa menimbulkan kluster penyebaran covid-19 khususunya varian delta yang disinyalir lebih ganas dari  virus Covid varian biasa.
Jusuf Hamka bersama dengan Walikota Jakarta Pusat membuat "sidak" di sekeliling kawasan Jakarta pada 17 Juli 2021 di malam hari sekitar pukul 8 ketika jam pembatasan PPKM untuk fasilitas umum dan berjualan PKL mulai diberlakukan.
Jusuf Hamka bersama Walikota Jakarta Pusat mengunjungi para pedagang tersebut untuk mengingatkan bahwa jam pembatasan berdagang telah berlaku dan dia menghimbau untuk para pedagang pulang ke rumah masing-maisng.
Ada beberapa pedagang yang ketakutan bahkan sedikit tersulut emosi melihat rombongan Jusuf Hamka bersama Satpol PP mengunjungi kios mereka. Berpikir mereka akan ditangkap dan dipenjara karenanya.
Namun, akhirnya mereka cukup lega karena Jusuf Hamka dan perangkat Satpol PP hanya mengingatkan mereka dan bahkan memborong seluruh jualan mereka malam tersebut untuk dibagikan kepada para warga marjinal yang sedang isolasi mandiri di kediaman mereka masing-masing.
Para pedagang pun sedikit semringah dan rela hati untuk menutup segera kios mereka ketika jam pembatasan PPKM Darurat mulai berlaku.
Sejatinya Jusuf Hamka bukan kali ini saja berbagi dengan sesama, sudah banyak sekali program dan kegiatan kemanusiaan yang dia lakukan bahkan ketika masih menjadi seorang yang susah bahkan membutuhkan bantuan.
Lapak jualan ini biasa dia buka di berbagai lokasi di seantero Jakarta setiap Jumat-nya. Semua orang baik pedagang asongan, pengendara ojek online, ataupun pengunjung masjid dan masyarakat umum bisa menikmati nasi kuning ini hanya dengan seharga tiga ribu rupiah saja bahkan gratis untuk orang-orang yang benar-benar membutuhkan, sisa biaya dia dan para donator lainnya yang menanggung.
Mengapa harus ada yang tetap berbayar? Karena Jusuf Hamka ingin memanusiakan manusia lainnya menjaga kehormatan mereka meski di tengah kesulitan dengan memurahkan harga tersebut yang siapa tahu bisa dimanfaatkan untuk pembukaan dapur nais kuning selanjutnya.
Dia juga kerap membagikan angpao dan sejumlah bantuan kepada masyarakat sekitar masjid ketika hari raya islam tiba semisal Idul Fitri.
Tidak hanya kepada manusia teladan berbaginya Jusuf Hamka pun sampai kepada para burung ynag mungkin karena proses migrasi tetiba saja bertengger dan mampir ke pekarangan rumahnya. Beliau bercerita di instagramnya bahwa orang rumahnya cukup kesal dibuatnya karena burung-burung ini membuang air sembarang di dekat kolam rumahnya sehingga harus berulang kali dibersihkan.
Bukannya mah mengusir burung-burung warna warni tersebut, justru Jusuf Hamka memberri makan mereka dengan berprinsip mungkin sudah jalannya dari Allah swt bahwa burung-burung tersebut mampir ke rumahnya untuk sekadar besitirahta dan menumpang makan.
Sungguh sebuah teladan yang patut dicontoh.
Kontras dengan Tindakan Aji Mumpung dan Nirempati Sejumlah Oknum Pejabat dan Pengusaha
Sangat kontras dengan beberapa tindakan para pejabat atau satpol PP di berbagai daerah lainnya yang justru dengan disertai kekerasan menyita dan menutup lapak jualan para pedagang kecil ketika sejumlah tempat hiburan ataupun mal masih dibuka juga secara bersamaan bahkan sejumlah pengusaha culas masih berani-beraninya menimbun obat dan kebutuhan pokok masyarakat hanya demi harga dan keuntungan selangit.
Di sisi lain, masih ada saja pengusaha yang bukannya membantu justru merunyamkan dan memperparah keadaan. Sejumlah pengusaha obat-obatan dan juga oksigen justru ramai-ramai menumpuk dan menahan barang dagangannya hanya karena menunggu momen agar terjadi kelangkaan di pasaran dan barangnya dapat dijual dengan harga dan keuntungan yang berlipat-lipat.
Paling parah tentunya adalah kasus korupsi berbagai bantuan sosial oleh sejumlah oknum di pemerintahan. Ketika rakyat sengsara dan membutuhkan uluran tangan pemerintah, justru pejabatnya berfoya-foya dari bantuan sosial yang akan disalurkan. Sungguh sebuah perbuatan keji yang tak berperikemanusiaan.
Pandemi adalah Momen untuk Saling Membantu dan Berbagi
Kita sadar bahwa masih banyak Jusuf Hamka lainnya di seluruh negeri ini tidak mengenal profesi ataupun latar belakang, tua muda, di pelosok ataupun perkotaan.
Mereka adalah tetangga kita yang menyuplai kebutuhan sehar-hari kit ketika kita menjalani isolasi mandiri. Mereka adalah petugas kesehatan yang siang malam berjibaku membantu kesembuhan kita. Mereka adalah pejabat yang tiap hari patroli dan rapat-rapat memastikan masyarakatnya tidak kelaparan dan menjalankan protokol kesehatan.Â
Mereka adalah rekan kerja yang selalu memberi semangat dan mendukung kita ketika kita terpapar atau dilanda kecemasan ketika masa work from home. Mereka adalah alim ulama, tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat yang tidak bosan mengingatkan kita akan pentingnya menjaga Iman dan IMun sehingga kita Aman. Mereka bahkan petugas kebersihan, asisten rumah tangga, pramusaji, dan lain sebagainya yang membantu aktivitas kita sehari-hari.
Untuk meringankan dan mendukung mereka yang kesusahan di tengah pandemi ini, mari kita tanamkan dalam diri bahwa membantu dengan apa yang kita bisa meski hanya dengan dukungan kepada teman secara lisan dan tulisan, meski hanya dengan sumbangan ala kadarnya, meski dengan tenaga yang kita mampu jauh lebih baik dibandingkan kita berdiam diri dan berpangku tangan bahkan mencari kesempatan di dalam kesempitan seperti saat ini.
Semangat untuk terus berbagi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H