Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir

Praktisi rantai suplai dan pengadaan industri hulu migas Indonesia_______________________________________ One of Best Perwira Ksatriya (Agent of Change) Subholding Gas 2023____________________________________________ Praktisi Mengajar Kemendikbudristek 2022____________________________________________ Juara 3 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Umum Tingkat Nasional SKK Migas 2021___________________________________________ Pembicara pengembangan diri, karier, rantai suplai hulu migas, TKDN, di berbagai forum dan kampus_________________________________________ *semua tulisan adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

3 Bentuk Kemalasan yang Perlu Kita Latih Selama di Rumah Saja

27 April 2021   19:27 Diperbarui: 1 Mei 2021   02:15 2697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: notablelife.com

Nah selama di rumah saja tentu interaksi langsung itu akan berkurang dan secara otomatis mengurangi jalan dan kesempatan kita untuk membicarakan orang lain, lama kelamaan akan mengakar dan menjadi sebuah bentuk"kemalasan" baru yang bermanfaat terutama di bulan Ramadan kali ini.

Kedua, Malas Membandingkan Hidup Kita dengan Orang Lain

Ilustrasi. Sumber: intisari.grid.id
Ilustrasi. Sumber: intisari.grid.id
Mungkin kita masih mengingat bagaimana sebelum pandemi kita sering bertemu dengan banyak orang entah klien, vendor, ataupun kolega dan keluarga dalam berbagai kesempatan.

Kita juga bertemu berbagai macam orang dengan penampilan dan karakter yang berbeda-beda, saya sendiri pernah beberapa kali bertemu bos-bos pemilik kapal-kapal di Indonesia ketika proses tender di kantor, gayanya sangat wah dan parlente.

Namun beberapa kepribadian mereka sangat ramah dan baik, ada juga yang sebaliknya terkesan kaya namun ketika ada masalah terhadap kontrak jatuhnya mengemis-ngemis untuk uang "recehan" dibalik gunungan aksesoris yang dikenakan.

Terkadang juga saya melihat bagaimana rekan yang sekarang kariernya sudah menanjak menjadi bos di sebuah perushaan baru saja membeli mobil dan apartemen baru, tanpa sadar saya terkadang di dalam hati berujar sepertinya keadaan seperti stagnan saja tidak kemana-mana, bertambah asset pun kudu menabung dan berusaha keras dalam waktu lama.

Nah, selama pandemi ini keadaan justru berbalik timbul sebuah kemalasan baru yang membuat saya lebih bersyukur dengan apa yang saya miliki yaitu malas membandingkan kehidupan saya dengan kehidupan orang lain yang berada di atas kita terutama terkait materi, kehidupan personal, dan lain sebagainya, karena terasa selama pandemi ini seolah semua bisa terjadi.

Ada yang selama ini bermewah-mewah seketika usahanya dihantam pandemi menjadi gulung tikar, selama ini kehidupannya hanya seputar jalan-jalan keliling dunia akhirnya hanya berdiam diri saja di rumah bahkan terkena covid-19 pula, selama ini punya pekerjaan mapan akhirnya harus diistirahatkan karena perusahaannya mengalami penurunan drastis dalam hal penjualan.

Selama pandemi ini saya juga merasa lebih bersyukur dan berusaha melihat ke bawah paling penting mencoba membantu orang-orang terdekat yang terkena dampak pandemi dengan semampu kita.

Apalagi di bulan Ramadan ini dimana amal ibadah kita dilipatgandakan oleh Allah Swt.

Ketiga, Malas untuk Mendramatisir Keadaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun