Secara logika mungkin kita berpikir ketika Ramadan pengeluaran kita kita semestinya berkurang toh makan kita harusnya beralih dari tiga waktu menjadi dua waktu yaitu buka dan sahur.
Di siang hari selama Ramadan harusnya kita tidak memiliki aktivitas untuk makan dan minum bahkan tidak dapat memesan makanan, minuman bahkan camilan melalui aplikasi online. Tetapi faktanya tidak demikian, justru bulan Ramadan dan memasuki Idulfitri pola konsumsi hampir seluruh rumah tangga di Indonesia menjadi lebih konsumtif dan meningkat signifikan
Di satu sisi baik untuk mengerek roda perekonomian kita yang semat terpuruk karena pandemi Covid-19, namun di sisi lain ini menunjukkan kekhawatiran bahwa banyak pengeluaran kita yang tak terduga muncul di setiap Ramadan.
Hal tadi patut kita wasapadai dan atur sedemikian rupa sehingga tidak membuat anggaran rumah tangga kita jebol bahkan THR kita pun tak bersisa dan sampai berhutang.
Apa saja kelima pos pengeluaran tak terduga selama bulan Ramadan tersebut? Berikut rangkumannya
Pertama, Belanja Kebutuhan Rumah Tangga
Tanpa di sadari selama Ramadan ini kebutuhan rumah tangga kita semakin meningkat karena biasanya kita akan banyak menyajikan berbagai hidangan istimewa lengkap dengan camilannya ketika berbuka puasa bahkan selepas berbuka ketika momen berkumpul bersama keluarga sampai dengan sahur keesokan harinya.
Banyak dari kita yang berpikir untuk kuat berpuasa maka perlu menyiapkan gizi terbaik dengan makanan penunjang lainnya. Tak ayal hal ini membuat kita membeli kebutuhan rumah tangga semisal sembako dan lain sebagainya lebih banyak dari bulan-bulan biasa, padahal esensi berpuasa harusnya lebih banyak berbagi dan membangkitkan empati dengan merasakan lapar dan dahaga serta menahan hawa nafsu duniawi lainnya.
Pos rumah tangga ini juga termasuk takjil ataupun hidangan lainnya yang kita peruntukkan dan nikmati sewaktu buka dan sahur, terkadang kita hanya lapar mata ketika berbelanja di pasar beduk atau bazar Ramadan padahal kebutuhan kita tidak sebanyak itu.
Tak ketinggalan kebutuhan rumah tangga ini juga mencakup kebutuhan kue-kue dan hidangan ketika lebaran yang biasanya sangat banyak dan berlimpah ruah tanpa mempertimbangkan kebutuhan kita yang sebenarnya.
Pos pengeluaran rumah tangga yang membengkak ini perlu diwaspadai selama Ramadan dan lebaran. Berbelanja secukupnya jangan berlebihan terpenting pertimbangkan kemampuan kita dan juga dampaknya di masa mendatang
Kedua, Pakaian dan Perlengkapan Ibadah
Tentu adalah sunnah dan dianjurkan memakai pakaian terbaik kita beserta perangkat salatnya. Namun tanpa disadari juga terkadang kita juga konsumtif untuk pos satu ini.
Anggapan harus memakai baju baru ketika Idul Fitri tiba ataupun memiliki banyak koleksi perlengkapan ibadah agar lebih syahdu ibadahnya adalah sebuah konsepsi yang perlu kita tinjau ulang.
Kita harus tetap mengukur kemampuan kita dan tidak berlebih-lebihan, sekiranya kita melihat perlu membeli pakaian baru maka yang  sewajarany saja tidak perlu bermewah-mewahan yang justru bisa membuat kita jadi jemawa, yang bersih dan enak dipandang serta nyaman dikenakan saya pikir sudah cukup menjadi kriteria membeli pakaian baru itupun jika diperlukan.
Jika merasa pakaian lama masih cukup layak dan bagus mengapa harus memaksakan diri untuk menghabiskan anggaran untuk pakaian baru?
Allah tentu melihat seseorang atas ketakwaannya bukan penampilannya. Allah adalah Maha Indah dan menyukai keindahan bukan kemewahan.
Ketiga, THR untuk Dibagikan ke Keluarga dan Kenalan
Kita perlu menyiapkan dan menghitung pos pengeluaran ini selama Ramadan agar ketika hari raya tiba tidak memaksakan semisal berhutang hanya untuk membagi-bagikan THR. Nominal dan jumlahnya perlu direncanakan dengan matang.
Benar semakin banyak berbagi semakin banyak yang akan kita dapatkan, namun juga kita harus realistis bahwa berbagi bukan berarti menyengsarakan diri kita sendiri hingga berhutang misalnya hanya demi nama baik dan pujian dari orang-orang.
Keempat, Zakat, Infak dan Sedekah
Tren selama Ramadan maka akan semakin banyak orang berderma dan peduli dengan kehidupan sosial sekitar. Indikasi kuatnya adalah munculnya banyak pengemis musiman yang datang ke masjid, tempat pengajian, serta fasilitas umum lainnya selama Ramadan.
Mereka itu berduyun-duyun datang karena mereka tahu selama Ramadan orang-orang akan menyumbang lebih banyak dibandingkan bulan-bulan lainnya karena berharap pahala berlipat-lipat selama Ramadan.
Penting bagi kita untuk menyiapkan pos sumbangan sosial semisal infak dan sedekah tersebut agar terkontrol dan paling penting adalah tersalurkan dengan tepat bagi orang yang membutuhkan. Berhati-hati terpancing dengan para peminta-minta musiman yang aslinya sebenarnya jutawan di kampung halamannya. Lebih baik bantu keluarga, tetangga, atau orang-orang dan lembaga yang kita kenal dan kredibel yang justru sangat membutuhkan bantuan kita.
Nah paling penting juga di akhir Ramadan siapkan zakat fitrah dan zakat mal untuk menyucikan harta kita yang kita miliki sembari menutup bulan Ramadan. Jangan sampai kita bermewah-mewahan namun melupakan kewajiban untuk membayar zakat fitrah dan mal yang sudah menjadi hak bagi kaum yang membutuhkan.
Kelima, Anggaran Pulang Kampung
Nah meski tahun ini mudik dilarang tapi tidak menutup kemungkinan kita akan melakukan mudik sebelum tanggal yang dilarang pemerintah atau setelahnya karena menghindari kerumunan orang ataupun merasa tidak lengkap jika tidak mudik ketika lebaran.
Itu semua tentunya adalah pilihan kita masing-masing, namun ingat tetap patuh protokol kesehatan dan jangan abai. Jangan sampai justru kita membawa virus mematikan bagi keluarga kita di kampung halaman.
Terkait pulang kampung ini juga sebenarnya kita juga membutuhkan dana dan persiapan yang tidak sedikit. Kita perlu memikirkan ongkos tiket dan juga makan untuk pulang pergi ke kampung halaman jika menggunakan transportasi umum atau juga kebutuhan bahan bakar serta logistik selama perjalanan jika menggunakan kendaraan pribadi.
Semua itu tentu tidak sedikit, perlu dipikirkan dan direncanakan dengan matang jangan sampai menyebabkan THR dan penghasilan kita harus dikorbankan banyak padahal masih banyak kebutuhan lainnya yang kita perlu penuhi.
Sungguh tidak lucu jika pulang kampung harus berhutang sana-sini, balik dari kampung justru membawa beban finansial.
Ya demikianlah rangkuman pos pengeluaran yang terkadang kita tidak pikirkan matang dan tidak terduga selama Ramadan ini yang patut kita pertimbangkan dan susun dengan matang.
Kita mesti paham bahwa Ramadan ini bulan penempaan kita untuk lebih menghargai hidup dan kehidupan, bersyukur atas rahmat dan karunia yang selama ini diberikan Allah Swt., membangkitkan empati untuk berbagai dengan sesama bukan untuk boros dan bermewah-mewahan.
Semoga Allah masukkan kita semua nantinya sebagai pemenang di akhir Ramadan.
Amin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H