Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi pengadaan di industri migas global yang tinggal di Kuala Lumpur dan bekerja di salah satu perusahaan energi terintegrasi terbesar dunia.

Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir__________________________ Semua tulisan dalam platform ini adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Memanas! Azerbaijan dan Armenia Kembali Perang

29 September 2020   08:15 Diperbarui: 29 September 2020   08:23 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perang Armenia dan Azerbaijan. Sumber: bbcindonesia.com

Seorang wanita menunjukkan kerusakan pada rumahnya setelah penembakan oleh pasukan Armenia di wilayah Tovuz Azerbaijan, Selasa, 14 Juli 2020. Sumber: Foto AP / Ramil Zeynalov dalam laman Tirto.id
Seorang wanita menunjukkan kerusakan pada rumahnya setelah penembakan oleh pasukan Armenia di wilayah Tovuz Azerbaijan, Selasa, 14 Juli 2020. Sumber: Foto AP / Ramil Zeynalov dalam laman Tirto.id
Perang senjata terburuk sejak 2016 pecah di daerah Nagorno-Karabakh wilayah Azerbaijan yang dihuni oleh kebanyakan etnis Armenia.

Diberitakan setidaknya ada 23 orang dari kalangan sipil dan militer anggota militer beserta beberap warga sipil yang meninggal dan terluka karena baku tembak antara militer Armenia dan separatis Armenia di Karabakh melawan militer Azebaijan

Dikutip dari BBC bahwa pemerintah Azerbaijan memberi keterangan bahwa setidaknya lima orang anggota tewas bersamaan ketika separatis Armenia mengebom desa Gashalty.

Di sisi lain separatis di Karabakh menyampaikan 16 anggotanya meninggal dan ratusan lainnya terluka.

Kedua kubu saling mengungkapkan bahwa merereka berhasil menjatuhkan persenjataan lawan.

Sampai saat ini serangan senjata di kedua belah pihak maish berlangsung dan memakan semakin banyak korban.

Ilustrasi. Sumber: wikipedia.com
Ilustrasi. Sumber: wikipedia.com
Latar Belakang Konflik

Nagorno Karabakh adalah wilayah yang menjadi perebutan dans engketa antara kedua negara selama puluhan tahun sejak mereka pecah dari Uni Soviet.

Diawali ketika pada 1991 ketika separatis Armenia yang tidak ingin menjadi bagian Azerbaijan mengambil alih Nagorno Karabakh. Mereka berhasil mengambil alih tempat tersebut didukung oleh Armenia.

Azerbaijan yang marah karena kedaulatannya diganggu oleh separatis yang didukung oleh Armenia mengecam dan balik menyerang separatis serta pihak militer Armenia.

Bahkan setelahnya terjadi perang yang cukup besar antara kedua negara dimana setidaknya 30 ribu orang meninggal menjadi korban peperangan.

Meski terjadi gencatan senjata pada 1994, namun tensi kedua negara tidak juga surut karena sengketa wilayah ini.

Akhirnya pada 2016 meletus kembali konflik dua negara bertetangga ini hingga memakan korban sekitar 100 orang jiwa.

Wilayah Nagorny Karabakh banyak dihuni oleh keturunan Armenia yang beragam Kristen bersama dengan keturunan Turki yang beragama Syiah.

Secara internasional Karabakh telah diakui sebagai bagian Azerbaijan. Namun banyak kepentingan yang hadir di wilayah ini semakin membuat konflik menjadi runyam

Sejak dulu diketahui bahwa Turki memberikan dukungan terhadap perjuangan Azerbaijan sedangkan Rusia berada dipihak Armenia karena kedekatan politis dan social.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat berpidato di sebuah pertemuan di Ankara, Turki, Senin (7/9/2020).Sumber: TURKISH PRESIDENCY via AP dalm laman Kompas.com
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat berpidato di sebuah pertemuan di Ankara, Turki, Senin (7/9/2020).Sumber: TURKISH PRESIDENCY via AP dalm laman Kompas.com
Reaksi Dunia Internasional

Dalam kejadian kali ini, Presiden Turki Tayyib Erdogan mengatakan bahwa Armenia adalah ancaman terbesar perdamaian di kawasan Pegunungan Kaukasia. Dia juga mendesak dunia internasional untuk tidak diam dalam perihal yang dia sebut perlawan melawan invasi dan kekejaman. Selain itu Turki.

Atas komentar Erdogan ini, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinya memperingatkan Turki untuk tidak campur tangan dalam konflik kedua negara.

Presiden Rusia Vladimir Putin dikabarkan langsung mengontak Perdana Menteri Armenia terkait hal ini dan menyarankan untuk menurunkan tensi serta menyesalkan perang pecah kembali. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dikabarkan menginisiasi langkah agar kedua pihak dapat segera menerapkan gencatan senjata dan berunding untuk mencari jalan keluar terbaik.

Amerika Serikat melalui Kementerian Luar Negerinya menghimbau kedua belah pihak untuk segera menghentikan perang kembali ke meja negosiasi agar korban tidak semakin berjatuhan.

Hal senada juga disampaikan Sekjen PBB Antonio Guterres melalui juru bicaranya, Stephanie Dujarric yang menyatakan sangat khawatir akan berlanjutnya konflik kedua negara serta menghimbau mereka untuk menghentikan segera peran dan kembali ke meja perundingan. Guterres direncanakan akan mengontak langsung Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan.

Konflik kedua negara ini telah berlangsung setidaknya tiga dekade. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mendinginkan suasa meski belum ada penyelesaian secara damai dan permanen.

Para pengamat mengatakan bahwa konflik ini juga dimungkinkan akan memunculkan proksi baru karena banyaknya kepentingan berbagai pihak yang terlibat terutama Turki dyang memiliki hubungan sejarah dan sosial dengan komunitas Turki di Karabakh serta Iran yang memiliki kedekatan secara sosial kepada masyarakat yang menganut Syiah di kaasan tersebut. Dikabarkan Turki bahkan tengah memobilisasi militernya yang ada di Suriah untuk bersiap semisal Azerbaijan membutuhkan dukungan. Belum lagi mengingat Azerbaijan yang memiliki lumbung minyak dan gas yang menjadi vital bagi penunjang kebutuhan negara-negara Eropa.

Di sisi lain Rusia memiliki kepentingan serta hubungan baik dengan Armenia dan sedang berkonflik proksi dengan Turki di wilayah Suriah dan Libya meski mereka menghimbau untuk kedua belah pihak melakukan gencatan senjata, namun jika terus berlangsung tidak mustahil jika nantinya Rusia memihak dan menambah kusut konflik kedua negara. Diketahui juga Rusia memiliki pakta pertahanan dengan Armenia dan memiliki pangkalan militer di wilayah Armenia.

Tidak mustahil jika inin terus membesar dan melibatkan banyak pihak maka akan berujung pada perang yang lebih besar dan semakin menggerus stabilitas perdamaian dan keamanan dunia.

Semoga kedua negara dapat menurunkan ketegangan di antara keduanya karena sejatinya perang hanya akan merugikan kedua belah pihak bahkan dunia. Kembali pada meja negosiasi dan selesaikan permasalahan dengan hati yang jernih dan kepala yang dingin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun