Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi pengadaan di industri migas global yang tinggal di Kuala Lumpur dan bekerja di salah satu perusahaan energi terintegrasi terbesar dunia.

Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir__________________________ Semua tulisan dalam platform ini adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jika Tidak Pandemi, Ospek atau MOS Bisa Melibatkan Militer, Lho!

18 September 2020   17:38 Diperbarui: 18 September 2020   18:05 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana dijemur sekaligus istirahat oleh kakak pelatih dari TNI AD di MOS SMA Plus Negeri 17 Palembang. Sumber: dwintadwinti.blogspot.com

Teringat sekitar 15 tahun lalu ketika pertama kali saya menginjakkan kaki di Sekolah Menengah Atas (SMA). SMA saya tersebut berada di Kota Palembang dan terkenal akan pendidikannya yang sangat disiplin dengan metode pendidikan semi militer serta kualitas pendidikan yang diakui nasional bahkan internasional.

Saking disiplinnya dalam masa pengenalan sekolah atau biasa disebut Masa Orientasi Siswa (MOS) kami bahkan dilatih oleh pihak TNI AD.

Tentu sebelum mengikuti MOS ini kami akan ditanya dan dicek riwayat kesehatan baik fisik dan mental untuk menghindari jika terjadi apa-apa selama MOS berlangsung. Khusus untuk yang memiliki masalah kesehatan tertentu yang berisiko tinggi jika mengikuti MOS maka akan dikecualikan, namun tetap mereka diharuskan untuk hadir dalam kegiatan yang ringan dan tidak mengganggu kondisi kesehatannya.

Saya masih mengingat selama sekitar 10 hari kami dilatih oleh kakak-kakak dari kesatuan TNI AD dengan sangat disiplin. Latihan baris berbaris, membuat yel-yel, push up, sit up, merangkak, berlari di tengah terik matahari kami harus jalani. Kulit hitam  menggosong, dan lecet serta luka sana sini seperti sudah menjadi keseharian kami

Suasana Push Up di MOS SMA Plus Negeri 17 Palembang. Sumber: dwintadwinti.blogspot.com
Suasana Push Up di MOS SMA Plus Negeri 17 Palembang. Sumber: dwintadwinti.blogspot.com
Lebih dari itu pada siang hari senior kami dari pihak OSIS dan panitia MOS atau di SMA saya disebut Latihan Kedisiplinan (Latdis) bergabung bersama kami ketika makan siang. Mereka dengan disiplin mengontrol waktu makan kami dengan tetap, dan mengingatkan kami untuk makan secukupnya dan harus dihabiskan. Jika tidak dihabiskan maka kami harus komitmen untuk push up atau sit up sesuai jumlah yang tidak dihabiskan sesuai butir ya BUTIR nasi yang dihabiskan.

Lucunya pernah dalam suatu waktu teman saya secara tidak sengaja menjatuhkan piringnya dan semua nasi jatuh berantakan. Bayangkan bagaimana dia sangat khawatir dan gelagalapan. Bukan karena nasi dan piringnya jatuh, tetap berapa push up yang dia harus jalankan.

Tetapi kakak-kakak OSIS kami memang luar biasa dengan nada tegas mereka berujar bagaimana jiwa "korsaka" atau kesetiakawanan kami terhadap rekan kami tersebut. Apakah kami tega membiarkan dia sendiri menjalankan hukumannya. Akhirnya secara bersamaan kami pun mengusulkan untuk masing-masin kami push up bersamaan sekitar 10 push up bersama rekan kami. Saya pikir itu win win solution sekaligus meningkatkan rasa kebersamaan dan kesetiakawan di antara kami.

Makan Siang Masa Latihan Kedisiplinan (Latdis)/ MOS SMA Plus Negeri 17 Palembang. Sumber: dwintadwinti.blogspot.com
Makan Siang Masa Latihan Kedisiplinan (Latdis)/ MOS SMA Plus Negeri 17 Palembang. Sumber: dwintadwinti.blogspot.com
Kakak-kakak senior kami juga berpartisipasi dalam membimbing dan mengenalkan kami dengan kehidupan di sekolah, metode belajar, pengalaman dan lain sebagainya. Mereka seolah menjadi mentor bagi kami adik-adiknya. Tak jarang juga kami sering bertanya dengan kakak kelas terkait mata pelajaran sekolah.

Cerita berbeda saya dapatkan ketika saya masuk kuliah. Saya merasakan masa-masa Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK) yang saya pikir sangat jauh dari MOS saya ketika SMA. Saya masih mengingat konsep OSPEK di masa kuliah waktu itu hanya dipenuhi teriakan dan bentuk perundungan baik secara verbal ataupun terkadang fisik. Alih-alih berkesan positif justru berkenang negatif. Saya bahkan pernah memprotes keras kepada senior saya ketika saya diserang secara verbal bahkan kata-katanya sudah masuk dalam perundungan oleh senior di kampus saya.

Saya akhirnya ditenangkan oleh beberapa senior ke tempat terpidah dengan rekan-rekan saya bahkan saya secara terbuka mengatakan kepada mereka OSPEK model demikian tidak baik dan mendidik saya lalu saya menceritakan semasa SMA saya pernah dididik dengan metode semi militer dengan tingkat disiplin yang lebih baik dari sini, namun senior dan pelatih kami dari TNI AD tidak pernah berkata yang merendahkan harga diri seseorang meski mereka tegas dan sangat disiplin dan tidak segan menghukum kami jika kami tidak disiplin.

Apalagi di tengah informasi yang kita dapatkan dimana OSPEK virtual ternyata tidak mengurungkan perundungan dan kekerasan virtual juga terjadi bagi para serta didik yang baru.

Dari pengalaman MOS semasa SMA dan OSPEK di kuliah sebelumnya saya menyimpulkan pilihan melibatkan pihak militer dalam kegiatan tersebut bisa memberikan manfaat bagi pihak sekolah dan perguruan tinggi meskipun bisa jadi menimbulkan kontroversi bagi sejumlah kalangan yang merasa mimbar kebebasan akademik serta demokrasi pada dunia pendidikan bisa terancam. Padahal jika dengan jelas dibuat aturan main dan disosialisasikan secara baik sangat bisa membantu dalam mendidik kedisiplinan para peserta didik.

Bentuk kerjasama ini sebenarnya sudah banyak diterapkan di berbagai kampus dan sekolah seluruh Indonesia semisal SMA Plus Negeri 17 Palembang, SMA Negeri 1 Palembang, Politeknik Negeri Bandung, Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Mulawarman dan lain sebagainya.

Dari kampus-kampus itu ada juga yang melakukan kegiatannya justru bukan di dalam kampus tetapi mahasiswanya diboyong berlatih ke markas militernya atau melakukan kunjungan ke fasilitas militernya, sehingga kampus tetap terjaga kondusivitasnya dari isu dan kontroversi.

Ini tentu berbeda dengan wajib militer yang justru di beberapa negara maju di dunia menjadi diwajbkan bahkan bertahun-tahun seperti di Korea Selatan ataupun Singapura misalnya. Ini seperti pelatihan singkat mengenal dan berlatih kedisiplinan.

Saya sendiri adalah bukti nyata dari manfaat MOS kerjasama dengan militer semasa SMA. setelah mengikuti MOS itu jiwa disiplin saya tumbuh dengan sendirinya, tidak ada lagi malas-malasan tidak beralasan, tidak adalagi melupakan kewajiban, semakin menghargai waktu, semakin menghargai guru dan lain sebagainya. Sampai dengan saat ini saya sudah berkeluarga pun manfaatnya masih saya rasakan.

Berdasarkan informasi tadi saya lalu merangkum apa saja yang bisa menjadi alasan mengapa kerjasama dengan militer dalam pelaksanaan MOS dan OSPEK bisa menjadi alternatif, berikut uraiannya:

Ilustrasi. Sumber: news.okezone.com
Ilustrasi. Sumber: news.okezone.com
Pihak Militer Tahu Batasan

Dalam melatih kedisiplinan pihak militer adalah pihak yang sangat mengetahui batasan. Maksudnya mereka dapat melatih kedisipilinan kita dengan sikap tegas dan terukur, di saat bersamaan mereka tahu batasan untuk pihak sipil.

Mereka mendisiplinkan bukan bermaksud untuk membalas dendam atau mendapatkan kehormatan dari pihak juniornya tetapi mereka benar mendisiplinkan dengan terukur dan sistematis. Mereka juga memiliki pengetahuan tentang batasan pada dunia sipil.

Selain itu juga saya pikir untuk para peserta didik mereka memiliki keseganan dan rasa hormat  tersendiri untuk bertingkah macam-macam dengan pihak militer.

Tentu OSPEK tidak selalu sepenuhnya diisi agenda kedisiplinan tapi lebih dari itu senior misalnya diberikan area untuk mengenal lebih jauh terkait sekolah, metode belajar, pengalaman dan sebagainya mereka layaknya mentor bagi adik peserta didik yang baru masuk.

Namun kembali lagi potensi akan menjaid kontroversi tentu ada saja bagi beberapa pihak yang meragukan agenda TNI masuk kampus, seperti akan merusak demokrasi dan tatanan nilai kebebasan mimbar akademik kampus atau sekolah.

Atau bagi sebagin kalangan seolah menjadi perpanjangan tangan dari pemerintah yang sedang berkuasa dan lain sebagainya

Tapi sebenanrny jika pernah merasakan langsun dan melihat dari sudut padangan yang mendalam banyak manfaat dan alasan mengapa militer dapat tetap kita libatkan dalam penyelenggraan MOS atau OSPEK.

Untuk mengurangi potensi itu bisa disiasati dengan aturan main yang jelas bahkan untuk area tertentu semisal jika ada pelanggaran dalam pelaksanaannya peserta didik boleh mengadukan ke pihak kampus atau sekolah.

Ilustrasi. Sumber: grid.com
Ilustrasi. Sumber: grid.com
Pihak Militer Sangat Paham Tentang Nilai Kesatuan dan Persatuan

Keuntungan lainnya jika melibatkan militer adalah mereka dapat menjadi narasumber serta contoh langsung dari sosok yang menjalankan nilai kesatuan dan persatuan sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

Dalam sesi tertentu mereka tentu bisa menjadi narasumber tentang wawasan kebangsaan serta praktiknya di lapangan. Mereka bisa menceritakan bagaiman misalnya mereka menjalankan misi perdamaian PBB di luar ngeri, menjaga perbatasan Indonesia, ataupun ketika harus mendarmabaktikan diri mereka mengajar di area terpencil di seluruh Indonesia.

Cerita-cerita mereka ini dapat menyuburkan nilai kebangsaan para peserta didik di tengah ancaman paham-paham sesat yang dapat menciptakan disintegrasi di Indonesia.

Belum lagi jika kita mengetahui bahwa selama pelatihan kemiliteran mereka semua tentu dibekali kemampuan untuk berinteraksi dengan masyarakat, membaur di tengah masyarakat serta melakukan kegiatan sosial lainnya.

Ini juga bisa menjadi ilmu tambahan yang bisa

Ilustrasi. Sumber: ajnn.net
Ilustrasi. Sumber: ajnn.net
Pihak Militer Tersebar di Seluruh Indonesia

Melansir Tirto.id di Indonesia terdapat setidaknya 800 ribu prajurit TNI dengan 400 ribu prajurit aktif dan 400 ribu prajurit cadangan. Mereka terdiri dari tiga kesatuan yaitu darat, laut, dan udara.

Mereka tersebar di seluruh Indonesia bahkan di daerah terpencil, tertinggal dan terluar. Penyebaran ini tentu memungkinkan pihak sekolah dan kampus untuk lebih mudah melakukan kerjasama dengan instansi militer di Indonesia.

Jejaring mereka yang luas tentu juga dapat menjadi nilai plus bagi pihak instansi pendidikan untuk kemudahan menjangkau mereka bahkan bisa jadi kerjasama dapat berlangsung jangka panjang seperti dalam bidang penelitian dan pengabdian masyarakat atau bisa jadi pendidikan itu sendiri.

Timbal balik pun bisa terjadi semisal instansi pendidikan memberikan beasiswa khusus untuk kalangan militer dengan timbal balik mereka membantu dalam penyelenggaraan OSPEK misalnya.

Atau dalam beberapa kegiatan peserta didik dapat diundang untuk memecahkan atau melakukan studi tentang dunia kemiliteran di Indonesia. Ada simbioses mutualisme antara keduanya.

Ketiga alasan tadi tentu tidak dengan serta merta akan menutup kontroversi serta isu pertentangan dan perdebatan di masyarakat, tetapi dengan prinsip kehati-hatian, aturan yang jelas, sosialisasi yang apik sangat mungkin dilakukan dan diterapkan.

Saya sendiri sudah membuktikan bahwa pihak militer dapat diandalkan dalam kegiatan MOS/OSPEK di dunia pendidikan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun