Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi pengadaan di industri migas global yang tinggal di Kuala Lumpur dan bekerja di salah satu perusahaan energi terintegrasi terbesar dunia.

Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir__________________________ Semua tulisan dalam platform ini adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Curug Bugbrug, Pesona Air Terjun Tersembunyi nan Cantik di Daerah Parongpong

13 September 2020   08:31 Diperbarui: 13 September 2020   09:03 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Curug Bugbrug. Sumber: dokumentasi pribadi

Bersama keluarga di Curug Bugbrug. Sumber: dokumentasi pribadi
Bersama keluarga di Curug Bugbrug. Sumber: dokumentasi pribadi
Sabtu kemarin, 12 September 2020 saya bersama anak dan istri menyempatkan untuk berkunjung ke salah satu objek wisata yang masih jarang diketahui banyak orang. Namanya adalah Curug Bugbrug, air terjun yang cantik dan asri yang berada tidak jauh dari Universitas Advent dan dekat dengan objek wisata Ciwangun Indah Camp (CIC). Dinamakan Bugbrug karena suara airnya "brug, brug" yang menggema terlebih ketika aliran deras dan besar.

Saya sekeluarga merencanakan kunjungan ke Curug Bugbrug ini hanya beberapa hari sebelumnya, namun karena membawa anak kami yang masih balita kami pun harus menyiapkan banyak perlengkapan yang dibutuhkan semisal bekal makanan dan minuman yang cukup, alat P3K, baju ganti, dan perlengkapan outdoor lainnya. Jangan lupa juga mengecek ramalan cuaca apakah H-1 kunjungan dan hari kunjungan akan turun hujan karena bisa jadi membuat jalur menuju Air Terjun licin dan cukup membahayakan.

Untuk mencapai air terjun ini ada beberapa alternatif jalan yang dapat ditempuh oleh para pengunjung yaitu melalui belakang Villa Istana Bunga, melalui jalan dekat Dusun Bambu, atau melalui daerah dekat CIC ada dua jalan yang dapat ditempuh di dekat CIC ini melalui gerbang utama dekat jalan raya  atau melalui jalan setapak dekat Curug Tilu Leuwi Opat. 

Kali ini kami memilih rute dari daerah dekat CIC karena rute tersebut adalah rute paling dekat dengan Air Terjun Bugbrug. Jalan yang kami pilih bukan gerbang utama dekat jalan raya namun jalan setapak dekat Curug Tilu Leuwi Opat karena gerbang utama ditutup karena kabarnya pengelola masih melakukan pemugaran dan persiapan fasilitas sebelum dibuka nantinya untuk para wisatawan.

Kami memulai perjalanan kami pukul 08.00 dari rumah kami yang berlokasi di Cigugur Girang, Parongpong, Bandung Barat. Dibutuhkan setidaknya 30 menit untuk mencapai jalan besar utama yang kami ilih di dekat kawasan pintu masuk Curug Tilu Leuwi Opat. Sesampainya disana kami berencana memarkirkan mobil kami di parkiran Curug Tilu Leuwi Opat, namun pihak pengelola tidak mengizinkan kami karena tujuan kami adalah Curug Bugbrug, akhirnya kami memilih memarkirkan dan menitipkan kendaraan kami dekat dengan warung salah satu warga di pinggir jalan.

Jalan setapak menuju Air Terjun Bugbrug dekat CIC. Sumber: Instagram zulf.
Jalan setapak menuju Air Terjun Bugbrug dekat CIC. Sumber: Instagram zulf.
Setelah memarkirkan kendaraan kami sempat bertanya juga ke pemilik warung arah persis menuju Curug Bugbrug ini karena memang tidak ada penunjuk arah atau tanda khusus yang kami lihat. Ternyata mereka menunjukkan ada salah satu pos pengamanan yang sudah rusak sekitar 100 meter dari warung tersebut dan disebelahnya ada jalan setapak yang bisa kami telusuri menuju Air Terjun Bugbrug.

Perjalanan kami pun akhirnya dimulai. Awalnya saya menawarkan ke anak saya untuk digendong saya dengan menggunakan gendongan, namun dia menolak dan lebih memilih ibunya untuk menggendong. Akhirnya istri saya pun dengan sukarela menggendong anak saya sementara saya membawa barang-barang dan menjadi pembuka jalan.

Perjalanan kami tempuh sekitar 30-45 menit untuk sampai Air Terjun Bugbrug. Untuk mencapai air terjun tersebut kami harus melewati jalan setapak, semak-semak, sungai kecil, tebing-tebing dan perkebunan milik warga. Beberapa kali kami hampir terpeleset karena jalan yang cukup curam namun dengan kehati-hatian akhirnya kami bisa sampai ke air terjun dengan selamat.

Sungai kecil sepanjang jalur menuju Air Terjun Bugbrug. Sumber: dokumentasi pribadi
Sungai kecil sepanjang jalur menuju Air Terjun Bugbrug. Sumber: dokumentasi pribadi
Sesampainya kami di kawasan air terjun ternyata kami disambut oleh petani yang mengelola kebun sayuran di samping air terjun, mereka menyampaikan tentang pungutan untuk kebersihan kawasan air terjun. Ya kami pun akhirnya memberikan sejumlah uang untuk mereka dan kami merasa tidak berkeberatan untuk memberikan uang pungutan tersebut karena kami lihat air terjun memang memiliki toilet dan gazebo yang relatif bersih untuk digunakan. 

Namun, di sisi lain saya pikir perlu ada pengelola resmi yang menetapkan tarif tiket masuk dengan standar tiket yang baku sehingga uang tersebut bisa juga menjadi pemasukan bagi pengelola dan daerah Kabupaten Bandung Barat.

Rasa lelah setelah naik turun bukit serta menyeberang sungai kecil seakan sirna ketika kami disajikan pemandangan dan sejuknya Air Terjun Bugbrug ini belum lagi suasana sangat alami dan sepi belum ada pengunjung lainnya yang datang serasa kompleks air terjun milik pribadi.

Bermain di aliran Air Terjun Bugbrug. Sumber: dokumentasi pribadi
Bermain di aliran Air Terjun Bugbrug. Sumber: dokumentasi pribadi
Kami pun tidak membuang waktu untuk mengekplorasi objek wisata cantik ini. Berfoto ria di berbagai sudut air terjun, bermain air bersama anak di aliran airnya, sampai dengan menikmati bekal makan siang di gazebonya yang teduh.

Ketika hari semakin siang beberapa rombongan pengunjung terlihat mulai berdatangan ke air terjun. Ada rombongan pesepeda, keluarga, bahkan pelintas alam yang datang untuk sekadar mengabadikan momen bersama mereka melalui lensa foto. jumlahnya tidak banyak hanya kisaran 4-10 orang saja dan mereka pun berkunjung tidak dalam waktu yang lama sehingga kawasan wisata ini terasa sepi dan nyaman untuk dinikmati terlebih lagi di masa pandemi seperti ini.

Kami setidaknya 3-4 jam berada di Air Terjun Bugbrug ini sebelum akhirnya kembali menempuh rute perjalanan ketika kami datang dengan melewati kebun warga, sungai kecil, semak dan jalan setapak. 

Perjalanan pulang lebih berat dibanding ketika kami datang karena elevasi pendakian kami bisa sampai seratus meter dari bibir aliran air terjun sampai puncak atas belum lagi ditambah terik matahari siang di daerah pegunungan yang cukup menguras keringat, namun semua kami jalani dengan penuh sukacita apalagi sudah dapat menyegarkan pikiran selama sekian bulan dirumah saja.

Lain kali jika berjalan ke daerah sekitar Lembang atau Bandung, kamu beserta keluarga dapat mengunjungi air terjun ini. Dijamin akan terpuaskan dengan pesona kecantikannya ditambah insya Allah aman dari potensi penularan virus karena pengunjung masih sangat jarang dan posisinya yang jauh tersembunyi dari keramaian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun