Saya sekeluarga merencanakan kunjungan ke Curug Bugbrug ini hanya beberapa hari sebelumnya, namun karena membawa anak kami yang masih balita kami pun harus menyiapkan banyak perlengkapan yang dibutuhkan semisal bekal makanan dan minuman yang cukup, alat P3K, baju ganti, dan perlengkapan outdoor lainnya. Jangan lupa juga mengecek ramalan cuaca apakah H-1 kunjungan dan hari kunjungan akan turun hujan karena bisa jadi membuat jalur menuju Air Terjun licin dan cukup membahayakan.
Untuk mencapai air terjun ini ada beberapa alternatif jalan yang dapat ditempuh oleh para pengunjung yaitu melalui belakang Villa Istana Bunga, melalui jalan dekat Dusun Bambu, atau melalui daerah dekat CIC ada dua jalan yang dapat ditempuh di dekat CIC ini melalui gerbang utama dekat jalan raya  atau melalui jalan setapak dekat Curug Tilu Leuwi Opat.Â
Kali ini kami memilih rute dari daerah dekat CIC karena rute tersebut adalah rute paling dekat dengan Air Terjun Bugbrug. Jalan yang kami pilih bukan gerbang utama dekat jalan raya namun jalan setapak dekat Curug Tilu Leuwi Opat karena gerbang utama ditutup karena kabarnya pengelola masih melakukan pemugaran dan persiapan fasilitas sebelum dibuka nantinya untuk para wisatawan.
Kami memulai perjalanan kami pukul 08.00 dari rumah kami yang berlokasi di Cigugur Girang, Parongpong, Bandung Barat. Dibutuhkan setidaknya 30 menit untuk mencapai jalan besar utama yang kami ilih di dekat kawasan pintu masuk Curug Tilu Leuwi Opat. Sesampainya disana kami berencana memarkirkan mobil kami di parkiran Curug Tilu Leuwi Opat, namun pihak pengelola tidak mengizinkan kami karena tujuan kami adalah Curug Bugbrug, akhirnya kami memilih memarkirkan dan menitipkan kendaraan kami dekat dengan warung salah satu warga di pinggir jalan.
Perjalanan kami pun akhirnya dimulai. Awalnya saya menawarkan ke anak saya untuk digendong saya dengan menggunakan gendongan, namun dia menolak dan lebih memilih ibunya untuk menggendong. Akhirnya istri saya pun dengan sukarela menggendong anak saya sementara saya membawa barang-barang dan menjadi pembuka jalan.
Perjalanan kami tempuh sekitar 30-45 menit untuk sampai Air Terjun Bugbrug. Untuk mencapai air terjun tersebut kami harus melewati jalan setapak, semak-semak, sungai kecil, tebing-tebing dan perkebunan milik warga. Beberapa kali kami hampir terpeleset karena jalan yang cukup curam namun dengan kehati-hatian akhirnya kami bisa sampai ke air terjun dengan selamat.
Namun, di sisi lain saya pikir perlu ada pengelola resmi yang menetapkan tarif tiket masuk dengan standar tiket yang baku sehingga uang tersebut bisa juga menjadi pemasukan bagi pengelola dan daerah Kabupaten Bandung Barat.
Rasa lelah setelah naik turun bukit serta menyeberang sungai kecil seakan sirna ketika kami disajikan pemandangan dan sejuknya Air Terjun Bugbrug ini belum lagi suasana sangat alami dan sepi belum ada pengunjung lainnya yang datang serasa kompleks air terjun milik pribadi.