Pengunjung yang cukup padat di apron selatan Bandara Halim Perdanakusuma, jakarta, siang itu mendapat suguhan langka. Jarang-jarang bisa menyakskan setiap waktu. Suguhan atraksi udara yang sangat mengagumkam. Siapa pun ia yang hadir saat itu, baik dari kalangan penerbangan maupun sipil, pasti akan di buat di buat puas.
Sejak di umum-kan pemandu acara “puncak” segera dimulai, segera menyiapkan kamera dengan perangkatnya. Belajar dari kegagalan pertama mengabadikan momen yang membutuhkan ekstra ketrampilan motret. Obyeknya bergerak cepat. Jika hanya memakai smartphone, pasti akan cepat terlewatkan begitu saja tanpa sempa terekam dalam frame.
Secara peralatan, kamera lama yang sudah setia menemani 5 tahun lebih dan sudah ku bawa jalan-jalan keliling nusantara, EOS 550D, batery kamera dalam kondisi full. Setting kamera aku atur saja di “P”. Yang penting pemilihan lensa yang tepat. Lensa sederhana 70-300 mm sudah ready.
Ya itulah atraksi dari Jupter Aerabotaik Tim, yang disingkat JAT. Memeriahkan Bulan Dirgantara Indonesia, 20-23 April 2017, sengaja di terbangkan dari Yogyakarta sebagai markasnya. Salah satu tim akrobatik udara di bawah naungan TNI Angkatan Udara hadir tidak hanya memukau. Lebih dari itu membangun rasa kagum akan kehebatan 6 pilot yang yang menggunakan pesawat latih KT-1B Woong Be buatan Korea Selatan.
Menilik sejenak awal pembentukan awal tahun 1996, sebagai Skadron Khusus untuk melakukan Akrobatik udara. Sampai sekarang sangat aktif unjuk kemampuan baik dalam maupun luar negeri. Sempat juga “menghilang” alias vakum selama kurang lebih 6 tahun dari tahun 2002 sampai 2008.
Menjadi “penari” yang berakrobatik di udara bukanlah main-main. Butuh kesempurnaan baik dari sisi ketrampilan para pilot maupun kondisi pesawat. Pilot harus sehat fisik jasmani dan rohani sebelum terbang sudah pasti. Bahkan harus di atas rata-rata.
Kondisi pesawat harus sempurna. Tidak hanya sekedar terbang. Lebih dari itu harus mampu “menari” berakrobat. Kesempurnaan,zero fault, tidak boleh ada kesalahan selama melakukan manuver. Apalagi melakukan manuver yang sangat berbahaya.
Butuh latihan intensif berbulan-bulan agar bisa sempurna melakukan “tarian” indah di udara. Dalam setiap tampilan notabene sebagai atraksi mahal dan berbahaya. Setiap pilot tidak hanya di tuntut memiliki jiwa pemberani. Lebih dari itu, trampil, perhitungan, tidak individualis, mampu kerja sama tim. Saat tampil bukan petunjukan individu melainnkan satu tim.
Menyaksikan bagaimana pilot mengendalikan pesawat agar tampil indah, sempat terpikir apakah tidak ada beban psikis dalam jiwa masing-masing pilot. Bagaimanapun setiap pilot anggota JAT harus pertanggungjawabkan pesawat yang di bawanya. Dari segi harga ngga main-main. Setiap pesawat yang seharga 70 US dollar, atau sekitar 95 milyar rupiah dengan kurs Rp 13.500. Terbang, “menari”, mendarat kembali selamat. Begitulah rutin puluhan kali harus dilakukan. Saya ngga bisa membayangkan. Lah bawa mercy yang harganya 1 milyar udah bikin ngeri, apalagi pesawat yang puluhan milyar....ck...ck...ck....
Wajar tidak sembarang penerbang yang terpilih bergabung dalam tim JAT. Meskipun sudah penerbang tetap harus di seleksi ketat. Para pilot JAT semuanya ber-level INSTRUKTUR. Untuk bisa mencapai level itu berarti sudah pengalaman jam penerbangan sudah di level lebih dari “baik”, tidak hanya lebih dari “cukup”. Menilik kualifikasi masing-masing pilot, rata-rata sudah mahir menerbangan berbagai jenis pesawat tempur yang di milikii TNI AU.
Kekaguman pengunjung termasuk saya melihat “tarian” indah, selain kualifikasi para pilot JAT juga kondisi pesawat. Jika tadi para pilot yang tidak sembarang penerbang yang memiliki kualifikasi tempur, pesawatnya pun juga harus di seleksi. Gesit, bertenaga, nyaman, mampu melakukan manuver sulit, sebagai salah satu dari sekian persyaratan teknis pesawat untuk melakukan akrobatik.
Bagaimanapun pesawat yang digunakan JAT adalah pesawat tempur. Pesawat Woong Be, Berkode “KT”, perannya dalam jajaran TNI AU sebagai pesawat latih. Sudah di modifikasi agar pilot mampu menerbangan pesawat tempur jet supersonik.
Dalam misi perang kehadirannya berperan sebagai pesawat tempur ringan. Pastinya mampu membawa senjata. Mampu melesat di udara dengan kecepatan 575 km/jam. Jelajah terbang 1.300 km non stop. Ketinggian maksimal 11.600 meter.
Beragam Atraksi
Sejak parkir pesawat yang di gunakan tim JAT sudah terlihat menarik. Penampilan fisik bercorak merah-putih, menjadi indentitas khas. Saat tampil membawa nama merah-putih, milik kebanggan Indonesia.
Atraksi “flying pass”, yaitu 6 pesawat terbang rendah di hadapan penonton adalah adegan pembuka dari sekian banyak “tarian”. Secara teknis dan istilah ada banyak penamaan dari setiap manuvier. Sebutlah Jupiter Roll Back, Clover Leaf, Loop & Break Off, Tanggo to Diamond Loop, Boom Burst.Pastinya suit menghafal nama-nama tadi sambil menyaksikan setiap manuver.
Ada suguhan atraksi menegangan manakala 2 pesawat tampil dari arah berlawan, terbang cepat, berpapasan, seakan nyaris ber-tabrakan.
Atraksi terbang formasi 6 pesawat. Tiba-tiba 2 pesawat dari kiri dan kanan, melesat keluar dari formasi, memotong 4 pesawat pesawat lainnya. Saat memotong “nyaris” bertabrakan namun aman karena sudah di ada skenarionya. Sungguh ini adegan mendebarkan. Wajar adegan ini butuh pelatihan puluhan kali.
Adegan yang menampilkan keindahan, barangkali di sebut “Boom Burst”. 6 pesawat melesat vertikal, kemudian pesawat di kiri kanan “keluar” dari formasinya. Dengan asap yang dikuarkan membentuk “bunga api”. Sangat indah....
Ada juga adegan yang menegangkan. Salah satu pesawat terjun meliuk-liuk seakan tidak tekendali. Kemudian pada ketinggian rendah, pesawat kembali normal melesat ke udara. Menegangkan....!!! bagi yang melihat. Bagi pilot membutuhkan keberanian untuk membawa pesawatnya “terjun tidak terkendali”. Lalu butuh presisi tinggi untuk mengembalikan pesawatnya terbang normal. Jangan sampai kebablasan jatuh.
Bagi pengunjung yang menyaksikan, di sarankan jangan lepas memandang langit. Gatal pun jangan di garuk dulu. Adegannya terasa cepat berlalu dalam hitungan detik. Sayang banget melewatkan setiap momen. Sangat indah dan mengagumkan.
Puas menyaksikan keindahan ‘tarian” yang disuguhi JAT. Puas bisa mendapatkan sekian puluh frame. Pertanyaan kapan lagi bisa menyaksikan atraksi ini? Hhhhmmm....berharap tahun depan TNI AU mengadakan event Bulan Dirgantara yang lebih seru. Semoga.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H