Mohon tunggu...
Adolf Izaak
Adolf Izaak Mohon Tunggu... Karyawan swasta -

Orang kantoran tinggal di jakarta yang suka moto, traveling, di negeri tercinta Indonesia. bercita-cita ingin menjadi travel writer, travel photographer, khusus Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Berkunjung ke Ambon War Cemetry, Kenapa Tidak?

19 April 2017   21:23 Diperbarui: 19 April 2017   22:06 1263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kagum juga keseriusan pemerintah Aussie atau pihak swasta dari Aussie memberikan perhatian kepada makam ini. Petugas yang setiap hari merawat kebun, menyirami rumput agar tetap subur, memotong rumput yang sudah tinggi, bukti perhatian serius. Sama sekali tidak ada kesan horor berada disini.

Pertanyaannya, ngapain sich orang Aussie mendirikan makam di Ambon, kenapa tidak di negara-nya. Khan dekat. Jasad atau tulang belulang bisa di angkut pesawat. Cuma sejam ini ke Darwin? Lagipula ngga perlu repot setiap tahun harus terbang ke sini untuk memperingati The Anzac Day.

Menelusuri jejak sejarah, makam yang dapat kita lihat sekarang ini dulunya adalah camp militer tentara Aussie yang tergabung dalam sekutu. Saat itu Indonesia belum merdeka. Berarti sejak pra-kedaulatan negeri ini sudah menjalin hubungan dengan pihak Aussie. Hubungan yang penuh dinamika dari sisi politik misalnya terus terjalin sampai sekarang.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Fungsinya sebagai camp militer beralih menjadi camp tawanan setelah Jepang mengalahkan sekutu di Maluku. Berarti Maluku termasuk Ambon memiliki nilai strategis bagi bala tentara Jepang dalam perluas ekspansi-nya di bumi nusantara khususnya wilayah Maluku.

Ekspansi Jepang di respon dengan perlawanan tentara sekutu. Pihak Aussie memiliki kepentingan menahan laju Jepang agar tidak sampai ke daratan Aussie. Makanya wilayah Maluku termasuk Ambon menjadi ajang pertempuran yang cukup seru antara tentara Jepangan dan Sekutu.

Hanya cukup miris juga. Tadinya sebagai camp militer tentara Sekutu termasuk Aussie. Lalu beralih menjadi camp tawanan. Rumah yang nyaman beralih menjadi “rumah” neraka. Tidak jarang terjadi penyiksaan tawanan oleh pihak Jepang. Lalu sekarang menjadi lahan istirahat terakhir bagi tentara yang gugur. Ya semoga arwah mereka tenang ya.

Jika kita memilih meluangkan waktu mampir ke sini. Barangkali kesannya sama. Tidak perlu tabur bunga, atau meletakan karangan bunga di “Honour Wall”. Tapi kalau mau ya ngga apa-apa. Hanya saja bunga harus di beli di Ambon. Karena bukan makam umum pasti tidak ada penjual kembang seperti bisa kita temukan di tempat pemakaman umum.

Saat kita merasakan kesejukan suasana yang asri, pepohonan yang terawat rapi, kita bisa menghayati bagaimana perhatian pemerintah Aussie untuk mereka yang sudah gugur untuk negaranya. Bagaimana pun ada biaya operasional yang cukup lumayan untuk merawat areal sekitar 4 hektar ini. Demi penghargaan dan penghormatan mereka yang sudah berjasa, besar kecilnya biaya bukan masalah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun