Mohon tunggu...
Adolf Izaak
Adolf Izaak Mohon Tunggu... Karyawan swasta -

Orang kantoran tinggal di jakarta yang suka moto, traveling, di negeri tercinta Indonesia. bercita-cita ingin menjadi travel writer, travel photographer, khusus Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Wah Ada Jembatan "Dilarang Bunuh Diri" di Kupang

30 Maret 2017   12:25 Diperbarui: 31 Maret 2017   02:00 1131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“itukah jembatan bunuh diri?”, tanya-kuspontan kepada Joseph, driver mobil yang kami sewa selama liburan di kotaKupang merangkap guide.

“iya pak. Kog tahu..?”, jawabnyasambil balik bertanya.

 Beberapa kasus bunuh diri beberapa pekan belakangan ini mengingatkan saat melakukan traveling liburan di kota Kupang,ibukota Nusa Tenggara Timur. Kira-kira seminggu sebelum berangkat di salah satuportal berita online menayangkan foto menarik. Sebuah jembatan yang di salahsatu ujungnya ada tulisan : “Dilarang Bunuh Diri di tempat ini dan ditempat lain”.

 Di tulis besar di sebuah karton. Cukup mudahdi baca bagi yang melintas. Tampaknya di buat oleh warga sekitar. Baru kali inimelihat peringtan seperti ini. Sempat tersenyum membaca-nya. Ada-ada ajanich...hahaha... Aku pikir ini suatu cuma candaan. Namun setelah membacaartikel-nya, oalaaaa....ternyata ngga main-main lho. Beneran....!!!Wooowww... Harus ralat. Ngga jadi ketawa dech.

 Bagi saya pribadi,motret jembatan salah satu minat menambah koleksi foto. Sejauh saya traveling di negeri ini cukup banyak berjumpa bentuk jembatan yang bentuknya unik danartistik. Jembatan Barelang di Pulau Batam, Jembatan Ampera, Jembatan Suramadu,Jembatan Mahulu di Samarinda, Jembatan Ponulele atau Palu IV di kota Palu, deretan jembatan yang instagenic. Bikin nafsu untuk memencet tombol shutter kamera. 

Khusus jelang traveling ke kota Kupang, saya belum mendapat refrensi keberadaan jembatan yang unik. Namun informasi sebuah jembatan yang kerap di gunakan untuk bunuh diri malah bikin penasaran. Rasanyadi negeri ini baru disini ada jembatan yang kondisinya seperti ini. 

 Sesuai nama wilayah kelurahan jembatan ini berada, sejak di buat tahun 1994 di namakan jembatan Liliba. Rangka terbuat dari Baja. Panjangnya sekitar 140 meter.Melintas Sungai Liliba. Adanya di jalan Piet A Tallo, masuk kecamatan Oebobo,kota Kupang. 

 Sepintas jembatan ini tidak ada yang istimewa kecuali memiliki nilai penting khususnya warga kota Kupang yang biasa melintas. Terbukti setiap hari ramai lalu lalang kendaraan. Di lewati angkutan kota jurusanKupang-Penfui. Bayangkan jika jembatan ini rubuh atau tidak bisa di gunakan, sangat pasti mobilitas warga Kupang terhambat. Mau ke bandara pun harus muterjauh.

 Hanya saja ya itu tadi karena terjadi peristiwa miris yang tidak Cuma sekali, keberadaannya terpaksa terasa“istimewa”. Mungkin bagi yang frustasi dan memutuskan mengakhiri nyawa disini cukup ideal melaksanakan niatnya. Jarak yang cukup tinggi dengan dasar sungai sekitar 100 meter. Cukup memejamkan mata lalu loncat ke dasar sungai. Hanya dalam hitungan detik sudah “meloncat” ke dunia lain. Jiwa sudah berpisah dengan raga. Wooowww.....

Hampir setiap tahun ada aja temuan mayat dari pelaku frustasi yang nekad itu. Sakingsering-nya bikin gusar warga setempat dan Pak Wali kota Kupang. Kepada mediaPak Wali sampai memohon jangan bunuh diri di jembatan ini. Jembatan Liliba dibuat bukan untuk bunuh diri. 

 Suatu permohonan yang tidak lazim tentunya. Peringatan jangan nyampah sembarangan, jaga kebersihan lingkungan, sudah biasa. Lah peringatan macam begini....Ngga wajar khan?Tapi ya mau gimana.Harus di sampaikan kepada publik. Harus tersebar kesemua warga. Di harapkan mereka yang sedang frustasi, punya rencana mau bunuh diri, masih mikir untuk tidak dilakukan disini.

 Bagaimana pun dampaknya buruk bagi warga kota Kupang khususnya. Pertama, jembatan yang memiliki fungsi penting tadi akhirnya tercemar dengan kejadian buruk temuan mayat. Seakan menjadi jembatan “pencabut nyawa”. Padahal jembatan tadi cuma “korban”pelaku bunuh diri. 

 Kedua. Menghambat lalu lintas. “biasanya pak kalau tiba-tiba ada kemacetan, ada kerumunan orang di jembatan ini berarti ada yang bunuh diri”, tutur Joseph asli warga kota Kupang sambil mengendarai pelan mobilnya. 

Ketiga. Selain itu pasti bikin seram. Oya...ya...itu sudah pasti. Banyak nyawa berpisah raga secara tidak wajar menambah title yang tidak asyik sebagai jembatan angker. Terutama malam, ada aja kisah-kisah warga yang melintas yang bikin merinding. Namanya “penampakan” pernah di alami juga. Ada juga warga yang mendengar suara orang menangis....Wah...wah.... Duch jadi ikutan merinding nich.

 Ternyata meski permintaan tersebar melalui berbagai media tetap saja masih ada cuek. Ya namanya orang lagi frustasi berat, boro-boro perhati-kan permintaan Pak Wali. Kalau pikiran sudah “blank”, sudah galau kelas berat, sudah merasa tidak berarti lagi hidup di dunia, sudah tidak ada harapan, ke-nekad-an lebih berbicara ketimbang logika.

 Pernah kejadian, warga melihat ada motor parkir di pinggir jalan jembatan ini. Parkir lama mengundang perhatian warga sekitar. Setelah di selidik, ternyata pemilik motor tadi sudah terkapar dengan tubuh hancur di dasar sungai. Meninggal tragis seraya “memberikan” warisan entah kepada siapa berupa motor tadi. Di joke motor tadi ada pesan yang tampaknya pelaku bunuh diri tadi. Meninggalkan KTP serta surat yang menyebutkan kenapa memilih bunuh diri.

 Pertanyaannya, adakah upaya pemerintah kota untuk mencegah keinginan bunuh diri disini? Ada. Dengan segala keterbatasan tentunya. Sulit juga menugaskan warga setempat yang mengawasi selama 24 jam. Pasang CCTV jika bertujuan mencegah bunuh diri, juga tidak efektif. CCTV Cuma bisa memantau, bukan mencegah. 

 Yang bisa dilakukan adalah membuat pagar pengaman lebih tinggi sehingga suiit di panjat terutama yang mau bunuh diri. Hasilnya? Entahlah seberapa efektif. Semoga saja. Pada dasarnya kalau yang sudah gelap mata, pikiran blank meski sudah ada penghalang, saat sepi pasti nekad manjat lalu loncat. 

 Rasanya tidak fair banyaknya kasus bunuh diri diri lantas pemerintah kota di salahkan. Bagaimanapun keputusan mengakhiri nyawa sendiri adalah hak yang punya nyawa. Kapan akan terjadi, ya mana tahu lah. 

 Sebaliknya melihat sejumlah kasus di jembatan ini, hendaknya menggugah pihak yang peduli urusan kemanusiaan untuk semakin membuka sarana konseling, pendampingan. Keputusan melakukan bunuh diri bukan tanpa sebab. Bertumpuk beban psikis yang berakibat tidak mampu lagi menggunakan nalar serta nurani, akhirnya keputusan tragis di ambil. Berharap peranan lembaga-lembaga keagamaan lebih aktif memasang telinga, menjangkau mereka yang frustasi tadi. 

 Joseph sengaja membawa pelan mobil saat melintas jembatan. Sekarang ini peringatan“Dilarang bunuh diri” sudah di cabut. Pasti lah tidak asyik di bacanya. Tapi...sebenarnya bisa di ganti peringatan lain yang lebih menyentuh perasaan.  Misalnya : “Pikirkan baik-baik, Tuhan mengasihi anda”. “Tidak ada masalah tanpa penyelesaian. Hubungi saya di no....”. “jangan teruskan, kami mengasihimu”. Misalnya lho. Ya semoga aja contoh tulisan tadi bisa menggugah yang nekad tadi untuk mengurungkan niatnya. 

 Yeaaa kog jadi merinding gini. Ngga dalam planning nich pake acara merinding traveling di Kupang. Iya lah ternyata saya terbuai lamunan horor mereka yang mau bunuh diri disini. Horor..... 

“mau berhenti disini  pak”, tanya Joseph membuyarkan lamunan ku.“no...no...no...,” spontan sampai tiga kali menjawabnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun