Mohon tunggu...
Adolf Izaak
Adolf Izaak Mohon Tunggu... Karyawan swasta -

Orang kantoran tinggal di jakarta yang suka moto, traveling, di negeri tercinta Indonesia. bercita-cita ingin menjadi travel writer, travel photographer, khusus Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Jembatan Duwet: Keistimewaan yang Terlupakan

15 Maret 2017   22:38 Diperbarui: 16 Maret 2017   16:00 3203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertimbangan Belanda membangun jembatan ini bisa jadi tidak lepas dari kepentingann militernya. Akan sangat repot jika harus turun tebing, melintas sungai Progo, lalu naik tebing lagi di seberangnya. Sangat tidak praktis dan lama. Apalagi barang yang di bawa adalah logistik peralatan militer.

koleksi pribadi. Diorama Jembatan Duwet di benteng Vredeburg saat perang kemerdekaan
koleksi pribadi. Diorama Jembatan Duwet di benteng Vredeburg saat perang kemerdekaan
Sejarah perang kemerdekaan mencatat wilayah di mana jembatan Duwet berada memiliki nilai strategis. Saat menghadapi agresi militer Belanda kedua, sebagai strategi pertahanan pemerintah Indonesia memutuskan Markas Besar Komando Djawa yang di pimpin Kolonel Abdul Haris Nasution, di pindahkan ke dewa Banjarsari, Kalibawang, Kulonprogo. Untuk alasan keamanan banyak pemimpin pejuangan yang bermarkas di wilayah ini. Agar Belanda tidak dapat menjangkau daerah ini apa boleh Jembatan Duwet harus di putus. Berarti bantuan pasukan Belanda dari wilayah Purworejo dan Magelang dapat di hambat.

Tidak sedikit pemimpin perjuangan bermarkas di wilayah ini. Untuk menghambat laju tentara Belanda ke daerah ini, para pejuangan memutus Jembatan Duwet. Sehingga bantuan pasuka Belanda yang datang dari Purworejo dan Magelang dapat di hentikan.

Setelah Belanda hengkang, jembatan ini di renovasi agar dapat di manfaatkan untuk kelancaran warga setempat. Selesai pembangunan tahun 1950. Tertuang di salah satu prasasti yang ada di salah satu ujung jembatan.

Fungsi vital Jembatan Duwet di masa perang kemerdekaan, di buat dalam sebuah diorama yang bisa kita lihat di Benteng Vredeburg, Yogyakarta. Mengingatkan kepada generasi sekarang nilai strategis sejarah perjuangan negeri ini.

Dari Masa ke Masa

Jika menilik kondisinya sebagai jembatan gantung, meski berkonstruksi baja diianggap cepat rapuh. Penyebabnya dinding tebing yang menjadi tumpuan cepat atau lambat akan terkikis arus Sungai Progo. Mungkin karena kondisinya begini di buat aturan hanya pengendara sepeda, motor, dan pejalan kaki saja yang boleh melintas. Sempat ada wacana jembatan ini akan di ganti dengan konstruksi beton yang lebih kuat.

koleksi pribadi. Jembatan melintas Sungai Progo
koleksi pribadi. Jembatan melintas Sungai Progo
Pastinya Jembatan Duwet memiliki fungsi vital untuk lintas penduduk antar 2 desa dan sekitarnya. Jika tidak ada jembatan ini penduduk setempat harus memutar jauh ke desa seberang, kemudian melintas jembatan Ancol di dusun Banjaroyo yang lebih kecil. Alternatifnya melewati jembatan Kebonagung di dusun Banjararum. Lokasi dua dusun cukup jauh.

Secara fotografis, jembatan ini cukup instagenic. Bentuknya yang menarik sering memancing pengunjung untuk ber-foto dengan latarbelakang jembatan ini. Lokasi di sekitarnya juga menarik di foto. Sungai Progo dengan tebing-nya, menarik di foto. Sebagai background foto pre-wedding juga menarik.

koleksi pribadi. Memanfaatkan untuk foto di atas jembatan ini
koleksi pribadi. Memanfaatkan untuk foto di atas jembatan ini
Tidak heran saat sore hari Jembatan Duwet sering menjadi tempat kumpul muda-mujdi warga kampung di sektiarnya. Sekedar duduk ngobrol, jalan-jalan, menikmati pemandangan sekitarnya, menjadi pemandangan rutin di saat akhir peka. Setelah makin banyak pengguna smartphone yang menyediakan fasilitas kamera, banyak yang ber-foto selvie di ujung maupun di tengah jembatan.

Bagi yang pertama kali jalan kaki melintas jembatan, tidak jarang merasa terkejut takut. Ternyata jembatan ini bisa ber-goyang. Ngeri jatuh. Apalagi lumayan tinggi sekitar 100 meter di atas Sungai Progo. Pengendara sepeda, motor, yang kebetulan melintas bersamaan angina kencang, akan merasakan juga goyangan jembatan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun