Aliran Naturalisme menampilkan obyek lukisan secara alami, yang ada di alam. Yang di tangkap oleh mata kemudian di tuangkan dalam lukisan. Beberapa ciri antara lain menampilkan nuansa alam. Penyajian lebih detail dan teliti untuk perspektif, tekstur, pewarnaan. Penyajian gradasi warna, yaitu corak warna yang dihasilkan sebagai pengembangan atau perubahan dua warna atau lebih.
Gaya Ekspresionis merupakan ungkapan isi hati, imajinasi, emosi, suasana batin dalam wujud lukisan. Ungkapan tersebut bisa berupa rasa ngeri/takit, kesedihan, sebagai respon kejadian kekerasan, malapetaka, kelaparan, kemiskinan, dan lain-lain di sekitarnya.
Lukisan bercorak abstrak menampilkan bentuk-bentuk yang tidak lazim, tidak beraturan, yang berbeda sekali dengan biasa di jumpai sehari-hari. Tidak jarang memberikan kesan aneh, seram. Namun pengerjaannya bukan sembarangan. Tetap mengandung imajinasi sang pelukis terhadap sesuatu hal. Cuma penyajiannya “menyimpang” dari yang biasa di lihat.
Karya-karya Affandi rupanya lebih banyak bercorak ekspresionis dan abstrak. Sehingga tiidak jarang sulit di mengerti khususnya yang awam seni lukis seperti saya ini. Dari lukisan yang terpajang di galeri setidaknya saya mencatat, plus mem-foto juga, karya berjudul :four dead Rooster n the foot, fallen plant in a race field, parangtritis at night, the face of papua, membuat bingung.
Untungya saya di temani Pak Dedi yang pernah bersama Affandi selama 10 tahun. Kalau saja pak Dedi ngga menerangkan makna dari beberapa foto, pasti saya bingung total…hahaha…. Tapi setelah di jelaskan dan mengerti maksudnya, wah…wah….jadi menarik. Lebih dari terasa lukisan tadi seakan ingin “berbicara”. Itu baru beberapa lho. Karya Affandi telah menghabiskan 2000 lebih. Sangat terasa bagaimana lukisan itu seakan ingin “berbicara”.
Bebarapa yang saya perhatikan terasa menyentuh. Salah satunya “Embryo”, yang di buat tahun 1989. Merupakan karya terakhir sebelum ia kena stroke dan akhirnya menghadap Sang Pencipta.
Bersambung