Mohon tunggu...
Adolf Izaak
Adolf Izaak Mohon Tunggu... Karyawan swasta -

Orang kantoran tinggal di jakarta yang suka moto, traveling, di negeri tercinta Indonesia. bercita-cita ingin menjadi travel writer, travel photographer, khusus Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sensai Seru Mancing Buaya di Predator Fun Park

6 Februari 2017   12:09 Diperbarui: 6 Februari 2017   12:33 2283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
galeri informasi & pengenalan buaya

Kesana…tidak…kesana…tidak…kesana…tidak… Yeeeaaa…kembali ke masa anak-anak. Main cup pa cup memakai kancing baju sebelum mengambil keputusan. Mau…tidak…mau…tidak…mau…tidak…sambil berucap sambil memegang kancing baju ) atas ke bawah bergantian. Kancing terakhir jika “tidak” ya itulah keputusannya.

Kali ini karena ngga kancing baju cukup berucap saja. Terus di ulang-ulang. Intinya sich sikap ragu-ragu, rasa tidak mantap, sebelum memutuskan apakah akan ke Predator Fun Park (PFP) atau tidak.

Wahana Baru

Jalan-jalan ke Malang duch rugi banget kalau ngga ke Batu Malang. Ngga lebay kalau mengatakan sejuta daya tarik khusus penggemar wisata. Yang popular, banyak di gandrungi, sering dapat pujian adalah Museum Angkut. Yang lain ada Batu Secret Zoo. Ada Pasar Apung yang cakep banget kalau malam. Wah kalau disebutin bisa panjang. Apalagi kalau di cerita-in satu per satu. Entah bisa menguras berapa halaman.

Yang satu ini termasuk baru masuk dalam “keluarga besar” JTP Group. Maksudnya Jawa Timur Park Group. Berarti masih bersaudaraan dengan Jawa Timur Park 1, Jawa Timur Park 2, Eco Green Park, Museum Angkut, Museum Tubuh dan BNS – Batu Night Spectakuler, yang lebih dulu ada.

Informasinya baru buka sekitar jelang akhir tahun 2015. Promosinya cukup gencar. Reklame besar dengan tampilan visual menarik di pasang di tempat wisata “kakak”nya. Mengerti banget maksud manajemen. Setelah dari Museum Angkut atau Jatim Park, yuk mampir sekalian ke Predator Fun Park. Ngga kalah seru….

Lokasinya agak di pinggir kawasan kota Batu Malang, tidak berdekatan dengan “saudara-saudara”-nya tadi. Tepatnya di Jalan Raya Tlekung No 315, Junrejo, Kota Wisata Batu Malang. Jalan santai naik motor dari kota Batu butuh sekitar 30 menit, melewati jalan raya yang cukup berliuk-liuk.

Ket foto : Galeri informasi habitat, perilaku, buaya

Sesuai keberadaan yang menampung hewan-hewan buas, barangkali pihak manajemen merasa lebih tepat membangun lokasi di pinggir kota, yang agak jauh dari rumah-rumah penduduk. Memang sich informasinya menjelang di Grand Openingsempat di protes di penduduk setempat yang khawatir. Wajar sich kalau merasa khawatir. Bisa di bayangkan apa yang akan terjadi jika hewan buas itu ada yang lepas kandang. Tapi, manajemen pasti sudah sudah antisipasi kemungkinan buruk tersebut. Meyakinkan penduduk yang khawatir dengan bukti-bukti yang ada, semua hewan itu berada di area yang sudah di proteksi dan di awasi terus menerus. Akhirnya, seperti yang bisa dinikmati kita semua.

Sesuai namanya isinya hewan-hewan buas ganas pemangsa mahluk lain, termasuk manusia, di habitat aslinya lho. Mulai buka jam 8.30 sampai 17.30, tiket masuk non weekend 35 ribu, weekend 50 ribu, bisa melihat langsung dari dekat tapi aman beberapa jenis buaya. Jenis ikan buas yang terkenal ganas adalah Piranha. Ada juga Ikan Pari, ikan Nila, ikan Arapaima. Informasinya koleksi hewan akan di tambah entah hewan apa. Dari semuanya yang menjadi icon atau “primadona” adalah buaya.

Ket foto : ada juga kesempatan memegang buaya langsung. Buayanya masih kecil sekitar 1 tahun. Tapi saya ngga berani. Ngeri...meski cuma pegang saja. 

Memegang buaya
Memegang buaya

Ket foto : Petugas cantik ini memberi contoh bagaimana memegang buaya yang aman. Tetap saja saya ngeri....

Wah namanya buaya bagi jangankan melihat langsung, membaca dan melihat karakter hewan satu ini, wuuiiiihhhh….menakutkan. Apalagi mukanya jelek banget. Hewan buas yang tidak sungkan-sungkan menyerang. Cara menyerangnya pun cukup cerdik. Mengendap dulu di bawah air sehingga tidak terlihat calon mangsa-nya. Begitu mendekat dengan gerakan cepat langsung mencengkram keras dengan giginya yang super tajam, lalu di tarik ke air. Di sinilah sang buaya berpesta pora. Konon cengkraman mulut buaya termasuk paling kencang di antara semua hewan yang ada di muka bumi ini. Hewan lain yang cengkramannya kencang adalah ikan hiu.

Merinding

Ngeri banget…nget… Apalagi kalau lihat di film-film baik yang bertema edukasi atau hiburan horror produksi Holywood, bisa susah tidur. Terbayang jika diri saya sebagai korban. Jadi teringat di penangkaran buaya Teritip Balikpapan. Meski di halangi pintu kayu setinggi sekitar 1.5 meter, berhadapan langsung, tatapan dengan buaya yang panjang sekitar 5 meter. Sampai sekarang masih merinding membayangkannya.

Kolam pancing buaya
Kolam pancing buaya
Ket foto : di kolam yang lebih besar, kita bisa melihat petunjukan memancing buaya. Bisa juga kita melakukan sendiri

Inilah yang bikin ragu-ragu Apakah ke sana atau skipp aja. Apakah akan ngalami seperti di Teritip? Hhhmmm….. Akhirnya memutuskan kesana. Nanggung sudah sampai di Batu. Khan jarang-jarang bisa ke sini.

PFP mempadukan Edukasi, Wawasan dan Fun. Bagaimana hewan-hewan liar itu di pelihara, manfaatnya, anatomi tubuh, perilaku, dan lain-lain. Tampilan bervariasi. Ada hewan yang sudah di awetkan, replika buatan, dan tentu saja hewan hidup. Visualisasi ada yang benar-benar di buat seram yang bikin merinding, tapi juga di buat funny,yang bisa membuat kita tertawa.

Dari semua wahana dan atraksi, untuk saya ada yang seru sekaligus menakutkan. Saat melihat-lihat salah satu kandang buaya, petugas yang menjaga menawarkan untuk mancing buaya dengan memberikan umpan. Semula ragu. Terbayang ayam hidup di lempar ke kandang buaya lalu dengan sekejap di santap. Oooowww….tidak. Sifat melankolis saya, meski berbadan besar, bisa menjerit histeris.

Tapi yang di lempar bukan ayam hidup. Cuma kepala ayam yang pasti sudah mati, di ikat di pancingan seperti jika mincing ikan, lalu di dekatkan ke buaya. Ngga gratis. Harus bayar 5 ribu per kepala ayam. Oo kalau begitu boleh dech.

sensasi mancing buaya
sensasi mancing buaya
Ket foto : di salah satu kolam yang tidak terlalu besar, saya mencoba memancing buaya. Umpannya kepala ayam. Menggunakan pancingan seperti halnya memancing ikan. 

Petugas menyiapkan 2 kepala ikan dan meng-ikat pada sebuah pancingan. Ancang-ancang di arahkan ke salah satu buaya. Menyerahkan proses mancing ke petugas. Aku sendiri ingin motret merekam proses si buaya mengambil canlon santapannya. Eeee…benar…ada buaya entah jenisnya apa, yang panjang sekitar 3 meter, diam-diam tanpa suara, mengendap untuk mengambil kepala ayam. Tidak lama kemudian dengan gerakan yang gesit, mengangkat tubuhnya, huppp….langsung masuk itu kepala ayam ke mulutnya. Creg…creg…creg…bunyi tombol shutter yang aku seting kontinyu.

Belum puas dengan, ulangi lagi masih dengan kepala ayam yang lain. Buaya yang jadi sasaran juga beda. Rupanya si buaya yang mau di kasih ekstra santapan sudah mengendus. Padahal umpan belum di arah-kan ke si buaya tadi. Segera aku foto momen mendekati santapan sampai…hup….dengan gerakan cepat, seperti yang pertama tadi, masuk tuch kepala ayam.  . Creg…creg…creg…dapat. Maksudnya dapat momen bagus ini.

lanjutan sensasi mancing buaya
lanjutan sensasi mancing buaya
Ket foto : Masih di kolam yang sama, memancing buaya dengan umpan yang sama, kepala ayam. Tampak buaya sepanjang 2 meter pelan-pelan mendekat dan mencaplok umpan dengan lahap.

Ngga sebanding ya antara mulut buaya dengan santapannya. Mulutnya besar, umpannya kecil. Ngga nendang kali ya. Maksudnya si buaya mana kenyang. Mungkin Cuma ngotorin gigi aja.

Puas…? Satu lagi dech. Kali ini aku yang mancing. Kepingin tahu seperti apa hentakan buaya saat mengambil santapannya. Benar saja. Buaya yang di pancing segera mengendap, lalu loncat mengambil kepala ikan. Setelah itu mundur ke tempat asalnya. Saat melahap terasa hentakan cukup kuat. Nyaris aku lepas itu pancingan saking kaget dan takutnya. Yeeeeaaaa…….

Puas. Hhhmmm.... malah merinding tuch. Mungkin disinilah sensasinya. Belum hilang merindingnya, di kagetkan petugas yang sedang menggendong anak buaya. Persis seperti gendong anak. Usianya sekitar 8 bulan-an. Mulutnya di ikat tali. “Boleh di pegang, di elus-elus, di usap-usap”, katanya  sambil menawarkan. Iiiihhh....ogah...ini aja masih merinding. Sang petugas spontan tertawa melihat ekspresi saya yang ketakutan. “yuk coba aja”, bujuknya lagi untuk memegang. Ogaaaahhhh.....mending aku moto aja.

Jalan-jalan di PFP tidak sampai disini. Lanjut melihat hewan buas lain. Salah satunya Piranha.  Di Akuarium itu ikan sich diam saja. Walau diam ngelihatnya sudah bikin merinding. Diam-diam begini kalau ada umpan jadi liar. Tidak jauh dari kolam Piranha ada stand yang jual untuk kasih santapan ke Piranha. Sayang karena umpan tersebut masih hidup, berupa ikan dan udang, pastinya ngga tega lihatnya. Skipp….skipp.

Ket foto : kita bisa membeli umpan yang lain misalnya ikan untuk di suguhkan kepada hewan predator lain, misalnya Piranhan

Keliling PFP tidak meluluh di suguhi yang merinding. Ada juga yang bisa bikin tersenyum lucu. Contohnya beberapa foto ini.

konser para buaya
konser para buaya
Ket foto : Salah satu visualisasi yang terasa kreatif dan lucu di salah satu galeri.

Bergaya dengan "buaya darat"
Bergaya dengan "buaya darat"
Ket foto : tentu saya bukan termasuk kelompok ini....

Jadi kesimpulannya ke PFP butuh nyali nich? Hhhhmmm...tergantung. Kalau tipe seperti saya yang ngga tega-an dan agak melankolins, ngga gampang mutuskan mau atau tidak. Tapi kalau perihal keamanan, percayalah pada profesionalitas manajemen dan petugasnya. Selamat datang di PFP.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun