Mohon tunggu...
Adolf Izaak
Adolf Izaak Mohon Tunggu... Karyawan swasta -

Orang kantoran tinggal di jakarta yang suka moto, traveling, di negeri tercinta Indonesia. bercita-cita ingin menjadi travel writer, travel photographer, khusus Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Secuplik Kisah di Balik Kelenteng Kota Ternate

27 Januari 2017   16:25 Diperbarui: 27 Januari 2017   20:13 2014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tempat Sembayang | Ket foto : Tampak dalam, tempat sembayang

Versi lain mengisahkan, kendala faktor alam setelah mendapatkan barang jualannya, mereka harus bertahan tinggal di Ternate menunggu cuaca baik sebelum pulang. Lama menunggunya ternyata berbulan-bulan. Sikap toleransi penguasa setempat serta melihat kehadiran orang-orang Cina bukan sebagai ancaman, disediakanlah tempat tinggal sementara untuk mereka. Tempat tinggal sementara inilah yang menjadi cikal bakal Kampung Cina di Kota Ternate.

Seiring perjalanan waktu sikap keterbukaan warga setempat dan para pedagang Cina, terjadilah proses pembauran. Antara lain pernikahan dengan warga setempat. Waktu itu agama Islam sudah berkembang dan menjadi agama resmi warga Ternate. Tidak sedikit pendatang dari Cina yang akhirnya menikah dan memilih menetap, beralih dan memeluk agama Islam.

Bahwa pada abad 18 di Kota Ternate telah berdiri perkampungan Cina. Jumlahnya waktu itu sekitar 500 orang. Kelompok kecil ini dipimpin seorang yang biasa dipanggil “kapten” dan wakilnya yang bergelar “letnan”. Menunjukkan pangkat yang lebih tinggi, yang mempunyai kuasa dan kewenangan terbatas pada komunitas orang-orang Cina. Mereka hidup dalam kelompok yang berdampingan dengan masyarakat lokal pribumi, Arab, Eropa, Makassar. Keberadaan kuil atau vihara sebagai saksi bisu yang tidak terbantahkan khususnya berkaitan aktivitas rohani/ibadah mereka.

Tempat Sembayang | Ket foto : Tampak dalam, tempat sembayang
Tempat Sembayang | Ket foto : Tampak dalam, tempat sembayang
Imlek di Ternate

Pembangunan vihara tidak lepas dari kebutuhan mereka yang beragama Kong Hu Cu untuk menjalankan ibadahnya. Sama sekali bukan dalam rangka penyebaran agama. Inilah awal mula keberadaan vihara ini. Bisa terjaga sampai sekarang tidak lain dari tradisi agama sebelumnya yang masih tetap dipertahankan meski di antara orang-orang Cina itu sudah memeluk agama Islam. Di hari raya Imlek masih berkunjung ke vihara.

Bagaimana dengan perayaan Tahun Baru Imek di Kampung Cina Kota Ternate? Dari dulu sampai sekarang masih dilaksanakan. Meski sudah sering terjadi pembauran, masih ada komunitas kecil yang memelihara tradisi perayaan Imlek. Hanya saja tidak seperti di kota-kota besar yang memasang petasan, barongsai, di sini Imlek dirayakan secara sederhana.

Tempat Sembayang
Tempat Sembayang
Dulu tahun baru Imlek bertepatan dengan musim buah. Maka, warga yang merayakan mengadakan pasar malam dan pawai menggunakan kereta kuda yang disebut Hela Kereta. Sekujur kereta dihiasi buah-buah hasil bumi Kota Ternate, kiarak keliling kampung Cina, mendapat sambutan meriah dari warga sekitar. Meriah namun sederhana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun