Mohon tunggu...
Adolfo Martins de Deus
Adolfo Martins de Deus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya adalah mahasiswa universitas Katolik Widya Mandira, kupang

lahir di Timor Leste, 29 September 1995. sekarang menjadi WNA di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsekuensi Kecanduan Bermain Game Free Fire

28 Juni 2021   23:05 Diperbarui: 28 Juni 2021   23:12 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

KONSEKUENSI KECANDUAN BERMAIN GAME FREE FIRE

1. Latar Belakang

Dunia dalam progresivitasnya berkembang dengan kompleksitas budaya ciptaan yang cukup menggiurkan. Budaya daring atau online menjadi medan atraksi dunia. Segala sesuatu dipentaskan di sana dan dengan mudah orang memperoleh segala seusuatu dari sana. Selama keberlansung masa pandemi, di berbagai sektor kehidupan program kerja, studi dan aktivitas lainnya direalisasikan secara daring. Teknologi mengubah cara hidup, kerja, bermain, komunikasi, hidup, mati dan cara mencintai kita[1].

Dalam dinamika proses pembelajaran pada khususnya dilakukan secara daring dengan berbagai fasilitas aplikasi seperti zoom, google classroom, google meet, dan sebagainya. Artinya ini merupakan metode pembelajaran yang menggunakan model interaksi berbasis internet dalam learning manejement sistem (LMS). Dalam situasi dan konteks demikian orangtua dituntut untuk menyediakan fasilitas elektronik berupa HP dan Laptop untuk memperlancar proses pembelajaran.

Sarana komunikasi yang telah disediakan memiliki pengaruh besar bagi proses pembelajaran. Adanya penyalagunaan dan kecanduan internet (compulsive internet use) menjadi salah satu persoalan serius sekaligus hambatan bagi peningkatan pengetahuan dari para pelajar. Secara aktual game free fire merupakan salah satu dari berbagai model game yang sangat digemari oleh para pelajar. 

Indonesia game ini telah hadir dan meluas hampir di seluruh pelosok negeri. Hal inilah yang yang menjadi perhatian penulis untuk mengupas lebih dalam dampak free fire bagi para pelajar. Argumen dasarnya adalah bahwa para pelajar masih pada masa produktif dalam proses mencari jati diri dan mengisi otak mereka dengan pengetahuan yang bermanfaat bagi masa depan.

 2. PENGENALAN FREE FIRE 

 2.1 Free Fire dan Penciptanya

Game free fire merupakan sebuah game dengan genre battle dalam mobil E-Sport. Game tersebut merupakan salah satu game popular. Di playstore, free fire menduduki peringkat 1 dengan jumlah download lebih dari seratus juta download. Free fire juga memiliki kemiripan dengan game genre lainnya seperti PUBP, fortnite, dan ROS[2]. Game tersebut pertama kali dirilis BETA-nya sejak pada tahun 2017 dan diciptakan oleh 11dots Studio yang berasal dari negara Vietnam. Free fire kemudian dipindahkan ke Singapur untuk dikembangkan dan dipublikasikan oleh Garena[3]. Garena merupakan sebuah perusahan milik seorang miliarder asal Singapur bernama Forest Li. Dia merupakan orang terkaya 42 di Singapur. 

Berkat pengembangan lanjut game free fire ini d,ia menjadi miliarder kedua di bawa Tim Sweeney, sang pencipta game Fortnite[4]. Pengusaha berusia 41 tahun ini memiliki 13,8% dari Sea yang yang berbasis di Singapura. Forest juga adalah pendiri ecommerce shopee.

Pada tahun 2019 lebih dari satu miliar dolar yang diperoleh sekiter lima puluh gamers. Mereka melewati proses eksplorasi dan mencari sumber daya yang mendukung dalam permainan, seperti senjata untuk melawan musuh, menjaga pulau sehingga tidak terbunuh. Kemudian pada tahun 2019 free fire menjadi game tertinggi dan paling banyak diunduh di ponsel sistem Android, di mana jumlah unduhan mencapai hampir 500 juta di ponsel Android[5]. 

 2.2 Karakter dan Skill 

Free fire memiliki banyak karakter dan sangat variatif. Di samping itu didukung dengan iskill dari masing-masing pemain. Hal-hal ini menjadi kekahasan sekaligus daya tarik bagi para peminat. Setiap karakter mempunyai desain, kemampuan, dan cerita yang unik. Selanjutnya akan ditambahkan karakter-karakter baru dan skill yang berbeda dari sebelumnya dengan menggunakan character fragment.

 Karakter-karkter free fire tersebut dikembangkan lewat level. Setiap kali naik level akan semakin banyak karakter fragmennya yang dibutuhkan untuk naik level[6]. Mereka dapat membelinya dengan uang atau gam. Demikian juga dengan busana. Mereka akan mengganti pakaian mereka dengan crates dan memakai pakaian spesial untuk setiap karakter. Berikut adalah karakter-karakter; Luqueta, Steffie, Hayato awakening, ford, DJ Alok, Notora, dan Kelly. Karakter-karakter tersebut di atas memiliki kelebihan dan kelemahan tersediri. Ada yang bagus ada yang jelek. 

 3. DAMPAK FREE FIRE

Saat ini tidaklah sulit untuk sampai pada kesimpulan bahwa manusia telah menerapkan teknologi sejak keberadaannya di muka bumi ini[7]. 

Teknologi telah menjadi salah satu jiwa manusia yang tidak dapat dipisahkan lagi, karena teknologi merupakan instrument untuk memenuhi kebutuhan manusia. Namun semua sara yang telah diciptakan manusia berkat kreativitasnya membawa serta konsekuensinya. 

 3.1 Dampak Positif

Ada berbagai hal positif yang dipelajari dan didapatkan dari game free fire, Pertama bermain free fire orang dibantu untuk mengasah strategi dan menajamkan komunikasi tim. 

Kedua, menjadi pribadi yang lebih ekspresif. Ketiga, adalah bahwa orang dapat dengan mudah menghasilkan uang. Penghasilan uang merupakan pengaruh yang besar baik bagi pribadi-pribadi (gamers) maupun pemilik Free fire sendiri. Para gamers menggunakan siaran langsung (live streaming) di aplikasi dalam media dengan mudah menghasilkan uang sebesar $4.26K - $ 34.11K setiap bulan [8]. 

Di samping itu freefireincome.com juga memberika beberapa asentuasi perihal pengaruh positif dari permainan free fire, antara lain integritas, pelayanan, keberlanjutan, peningkatan jiwa kepemimpinan, dan penguasaan seni digitalisasi. Sila-sila yang disebutkan di atas merupakan dampak secara langsung dari free fire bagi seorang pemain. Hal ini akan terjadi secara spontan tergantung pada level konsentrasi dan kapasitas pribadi[9]. 

 3.2 Dampak Negatif

Telah terbukti bahwa baik anak-anak ataupun orang dewasa yang bermain game dan telah mencapai tingkat kecanduan tinggi  akan mengalami dampak. Hal ini terjadi di mana-mana di pelosok bumi Nusantara. Dalam wawancara terhadap sepasang keluarga perihal anaknya dikatakan bahwa anak mereka lebih banyak menghabiskan waktuya untuk bermain game[10]. 

Berikut adalah gejala-gejala eksternal pada para pecandu, antara lain; waktu sehari-harinya hanya untuk game saja, egois dan tidak pekah, tidak konsentrasi dalam belajar di sekolah, gampang marah, mengantuk karena mete malam, boros pulsa data, dan kehilangan daya penglihatan. 

3.2.1 Bagi anak kecil

Hampir anak-anak  dari keluarga menengah (level ekonomi) memegang hp android atau dimanjakan dengan permain-permain (game) online. Free fire merukpakan salah satu game yang sangat sederhana sehingga mudah menarik minat anak-anak. 

Bagi mereka yang telah sampai pada tingkat tertentu dengan habitus yang telah terkarakter dari game tersebut akan membawa dampak bagi kesehatan mereka. 

Pertama, mata akan cekung dan badan kurus: hal ini disebabkan karena anak-anak lebih nyaman memainkan game pada malam hari. Mereka bersedia untuk mete bahkan sampai pagi. 

Kedua, mudah kena penyakit, kecanduan akan membuat anak-anak lupa strihat dan waktu makan dan mereka tidak fokus untuk menikmatnnya. Ketiga, menjadi anak durhaka, hal ini tidak terbukti secara eksplisit namun keborosan memakai pulsa data menjadi penyebab akan kemunkinan ini[11]. Sebab lainnya adalah bahwa otak mereka setiap hari diisi kata melawan, membunuh, menghancurkan sehingga mereka dengan mudah melawan orangtua.

 3.2.2 Bagi orang dewasa

Game free fire tidak hanya dimainkan dalam kalangan anak remaja. Orang dewa saat ini juga sebagian besar meluangkan waktu mereka untuk memainkan game tersebut. Salah satu pengaruh negatif bagi orang dewasa adalah kurangnya efektivitas dalam kerja. Saat ini setiap tempat kerja hampir di seluruh wilayah perkotaan negeri ini sudah tersambung jaringan Wifi. 

Sarana ini selain membantu seklaigus merugikan, karena kelalaian dan ketidakjelian dalam pemakaian. Banyak pekerja tidak memberikan hasil yang efisien dalam kerja mereka. Sebagian besar waktu mereka dihabiskan dengan memainkan game ini. Lebih parah lagi bagi mereka yang sudah memasuki level addiction atau kecanduan.

4. Saran 

Alat teknologi yang semakin canggih menyediakan segala macam model sarana untuk membantu manusia. Dalam mengawasi anak-anak untuk tidak mengalami kecanduan bermain game di google Playstor telah disediakan aplikasi kontrol seperti Qustodio untuk keamanan online maksimum. Ini mengarahkan orang tua untuk menggunakan fitur kontrol orang tua di ponsel Android atau Apple anak. Dan itu mengacu pada hukum dalam hal batasan usia. Dengan kata lain, orangtua melakukan semaksimal mungkin untuk melindungi anak-anak. Cara kedua adalah membangun komunikasi dialogal dengan anak-anak atau orang-orang mereka yang belum telah mengalami kecanduan. Terutama membuka wawasan mereka perihal aktus-aktus kekerasan yang mereka perangi dalam game. Jika itu mempengaruhi jiwa dan emosi mereka, jalan mudah adalah blokir saja permainan tersebut.

 Berikut bagi orangtua yang memiliki wawasan luas hendaknya memperinganti anak-anak perihal permainan;  predator online dan bagikan informasi dan pengetahuan pribadi. Memastikan bahwa anak-anak tahu dengan siapa mereka bermain dan tidak mengundang orang asing ke daftar teman mereka. 

Lalu ajari mereka mengenai jebakan atau teknik psikologis umum (disebut "perawatan") yang digunakan oleh predator, seperti berpura-pura menderita untuk mendapatkan kepercayaan dan simpati sebelum mencoba mendapatkan informasi pribadi, uang, foto, dll. Ini merupakan bagian saran agar mengajari anak-anak untuk tidak terjebak dan terpengaruh dengan orang lain, terutama dalam interaksi sosial. Tetap mengutamakan nilai-nilai luhur kehidupan dan moralitas keagamaan dan kultur yang telah ada.  Selain itu sesuai dengan undang-undang No.2 tahun 1989[12] telah dipertegas tenaga pendidikan dan kualitas pendidikan sehingga para guru dan dosen juga memiliki tanggung jawab yang sama dalam memerangi arus ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun