Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Mengelola Uang agar Tak Hilang Sia-Sia

18 Januari 2025   10:17 Diperbarui: 19 Januari 2025   19:08 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Just Sharing....

Satu bulan lalu seorang nasabah, sebut saja namanya Bu Marni. mengadu ke kantor. Dia minta agar jangan dulu ditagih perihal tunggakkan karena tabungan belasan juta miliknya digarong maling. 

Modusnya sederhana. Dia dikirimkan sebuah kontak nomor HP lewat chat WA.Tawaran promo Laptop dan barang eletronik lain lewat program kredit satu gratis satu. 

Dikiranya itu info penawaran dari kantor pada para debitur. Singkat cerita setelah terhubung dengan si pemilik nomor lalu ikuti semua panduan dan arahan, dana di rekeningnya lenyap. 

Barang tak diterima, susah pula melacak nomor tersebut.Terindikasi nomor luar negeri.Dia pun segan mengurus ke kepolisian karena banyak dokumen yang harus disiapkan. 

Sembari pelan pelan kembali mengumpulkan uang dan belajar dari kelengahan yang dilakukan, satu persatu kontrak kreditnya di kantor dilunasi. 

" Trauma Pak, kerja ngumpulin uang sekian tahun hilang begitu saja," sesalnya.

Kisah nyata debitur di atas bisa terjadi pada siapa pun termasuk saya dan Anda. 

Dalam usaha menggunakan uang untuk memenuhi segala kebutuhan, bila tak hati-hati, uang bisa melayang tanpa memberi manfaat pada pemiliknya. 

Tujuh anjuran "Hindari" agar uang tak hilang sia-sia. 

Sepanjang tahun 2024 ini adalah rangkuman berbagi cerita dari para nasabah yang dirangkum sebagai tujuh anjuran hindari. Mungkin ini bisa jadi tips keuangan 2025. 

1. Hindari tertipu kejahatan digital finansial. 

Dewi (32 tahun) menyetorkan satu bundel dokumen ketika seorang pegawai mampir ke rumahnya di sebuah komplek BTN. 

Kontrak iPhone 15 nya sudah telat tiga bulan. Bukan nya membayar, malah dia menunjukkan laporan kepolisian dan surat- surat yang rencananya akan dibawa ke OJK. 

" Saya belanja di satu mall besar. Dana kurang dan m banking sedang error, saya coba instal aplikasi bayar nanti. Itulah awal petaka mengapa bisa kredit iPhone 15 itu," tuturnya. 

Si penipu memakai semua limit Dewi untuk ajukan kredit di kantor karena dia tanpa sadar memberi akses termasuk kode OTP pada pelaku. 

Dewi baru sadar beberapa hari kemudian ketika merasa seperti ada yang salah. Dia lalu buka aplikasi digital milik sejumlah perusahaan pembiayaan.

Terkejut ada lebih dari satu kontrak kredit baru padahal dia tidak ajukan. Tidak juga terima barangnya. Saat ditemui pegawai, dia sedang menunggu panggilan dari Divisi Cyber Crime Polri.

Nasihat buat semua, berhati-hatilah terhadap kejahatan digital yang menyasar keuangan kita. Jangan beri kode OTP atau nomor pin pada sembarang orang. Termasuk dengan teknologi AI. 

Bila pembuat kejahatan tidak bisa menyasar uang Anda langsung, dia masih bisa menggunakan akun Anda untuk mengajukan kredit atau pinjaman dengan akses yang secara sadar Anda ijinkan karena Anda lengah. 

2. Hindari mengeluarkan uang untuk sesuatu yang tidak maksimal menggunakannya. 

Akhir November 2024 lalu, seorang nasabah tertarik iklan sepeda listrik. Pergi ke toko lalu ajukan kredit lewat kantor. Di Bulan Januari 2025 ini dia belum bayar cicilan pertama dan berniat mengembalikan barang. 

" Jalan di kompleks perumahan ngga mulus, banyak lubang. Tak nyaman mengendarai, saya mau balikin," keluhnya. 

" Maaf Pak, barang yang sudah dikredit, tak bisa dikembalikan. Silahkan Bapak lanjutkan hingga akhir tenor," saran pegawai. 

Adalah baik berpikir matang sebelum mengajukan kredit. Akan digunakan untuk apa, untuk siapa dan digunakan dimana. Daripada harus keluar uang bayar cicilan hingga lunas padahal tak mendapatkan faedah maksimal.

Contoh lain dari tak memaksimalkan uang yang sudah dikeluarkan adalah membuang-buang makanan atau minuman yang sudah dibeli namun tak dihabiskan. 

Pernahkah Anda membuka lemari es di rumah, lalu melihat begitu banyak yang dibeli namun hanya jadi sampah di kulkas. Padahal itu dibeli dengan uang, bukan pemberian gratis. 

Kita mengeluh mengapa harga bahan pokok naik, mengapa barang konsumsi naik sekian persen, tapi setelah kita membeli dengan uang kita, malah tak maksimal memakainya. 

Masih banyak contoh yang lain andai mengevaluasi kemana saja uang keluar lalu menghitung benefitnya terhadap diri sendiri. 

3. Hindari tergoda strategi marketing dimana harus mengeluarkan uang lebih dari yang sudah dianggarkan. 

Pernahkah kita merasa membeli sesuatu yang sebenarnya tidak benar benar kita butuhkan hanya karena barang itu di bundling. 

Atau pernahkah kita tergiur dengan harga murah yang dipasang di spanduk atau banner padahal setelah kita kesana pegawainya bilang barangnya sudah habis?

Apakah Anda yakin bahwa itu benar - benar sold out atau perangkap yang menjebak kita tuk mampir dan masuk ke dalam toko.

Lalu setelah di dalam kita ditawari produk yang lebih mahal yang sebenarnya uang kita cuma cukup buat beli yang promo itu.

" Bisa kok kak kalo mau, disini bisa kredit atau dicicil. Kakak mau yang tenor berapa bulan?," tawar si pelayan. 

Perhatikan alurnya. Pertama kita tertarik sama iklan karena butuh barangnya tapi tidak mau keluar uang banyak atau dana yang tersedia hanya sesuai harga promo. 

Kedua, setelah masuk ke dalam, si pegawai bilang yang ditawarkan itu sudah habis. Dia lalu menawarkan yang lebih mahal. Otomatis respon calon pembeli akan menimbang- nimbang. Beli atau tidak. 

Ketiga, bila calon pembeli merasa dananya tidak cukup karena harus bayar yang lebih mahal, si penjual tak habis akal. Bisa kok dikredit.

Memang langsung dapat barangnya, tapi uang keluar lebih banyak. Padahal niat awal kan memang tidak mau kredit. 

Sangat banyak sekali trik marketing yang bila tidak hati-hati, bisa mengeluarkan uang jauh lebih banyak dari rencana awal. 

Seorang nasabah berkisah istrinya tertarik promo murah perawatan di salon cuma 150 ribu. 

Taunya setelah masuk ke dalam, istri tertarik perawatan lain sehingga dia mesti transfer 800 ribu ke istrinya. Ujung-ujungnya uang nya untuk membayar cicilan akhirnya terpakai. 

4. Hindari menaruh uang pada investasi yang salah. 

Seorang nasabah mobil mengaku dana tabungan terpakai untuk join di sebuah bisnis bersama koleganya. 

Bisnis tersebut akhirnya bubar kendati dana sudah tersedot buat operasional. Imbasnya, cicilan roda empat nunggak sekian bulan. 

Memutat uang tuk mendapatkan untung lebih lewat investasi adalah pilihan bijak. Namun salah bermitra atau tak hati -hati, bukan nya untung tapi buntung yang diraih. 

5. Hindari dimanfaatkan orang lain sebagai tempat meminjam uang, tapi Anda susah menagih. 

Tidak ada larangan meminjamkan uang pada siapa pun, tapi bila niat baik berakhir buruk terhadap diri sendiri, alangkah baiknya berpikir bijak sebelum membantu. 

Lembaga kredit seperti bank atau multifinance punya Divisi Risk yang menangani nasabah-nasabah wanprestasi. Bukan perkara mudah menangani para debitur yang menunggak. 

Bayangkan bila uang Anda yang dipinjamkan lalu tak dikembalikan sesuai perjanjian dan kesepakatan, akan penuh drama manakala meminta milk Anda. 

Tak hanya pikiran tertekan. Hubungan yang awalnya baik jadi rusak. Ujung-ujungnya akan berdampak pada cash flow finansial karena uang Anda tertahan pada mereka-mereka yang belum mengembalikan.

6. Hindari data identitas digunakan orang lain secara sadar atau tidak sadar untuk pengajuan kredit. 

Pernahkah Anda mendengar atau mengalami sendiri ketika ditagih oleh pihak lembaga kredit atau pihak pinjol padahal Anda merasa tak pernah ajukan kredit atau tak gunakan unit kredit? 

Bisa jadi nomor 6 ini penyebabnya. Lalai menjaga data E KTP dan KK atau sukarela ijinkan dipakai orang lain karena portfolio kredit Anda bagus. 

Banyak cara secara tak sadar data pribadi bisa dipakai. Bisa jadi ada kebocoran data, ada jual beli data atau beraneka aplikasi lowongan kerja dimana data para pelamar bisa dieksploitasi tuk kejahatan finansial. 

7. Hindari berhutang lebih besar dari kemampuan membayar setiap bulan. 

Ada banyak tipikal nasabah seperti ini.Saran terbaik bila mampu untuk membeli tunai, lakukan itu. Andai mampu hanya dengan kredit, pilihlah sesuai kemampuan finansial. 

Kita lahir tumbuh besar dan hidup di negara Indonesia yang memang secara realita gaji dan upah bulanan bagai ibarat pungguk merindukan bulan tuk bisa beli tunai. 

Tiap tahun gaji naik paling maksimal 5 persen hingga 10 persen, tapi harga tanah harga rumah naik 20 persen hingga 50 persen. Kenaikkan harga kendaraan tiap tahun malah jauh lebih besar dari pertambahan gaji. 

Well, inilah fakta. Andai tak mampu merubah yang di luar, adalah lebih bijak merubah yang ada dalam kontrol kita, yaitu uang kita, finansial kita. 

Salam Kompasiana, 

Medio Januari 2025. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun