Just Sharing....
Sebagai seorang non muslim, akhir Ramadan dan jelang lebaran  punya dampak juga dalam mengelola keuangan.Â
Realitanya pengeluaran teman-teman yang menjalani dan merayakan Idul Fitri  jauh lebih banyak.
Harga pangan akan meningkat seperti pada siklus ramadan tahun-tahun sebelumnya. Dan kita semua, apapun keyakinannya, adalah calon konsumen yang mungkin akan urut dada atau urut dompet.Â
Sudah harga beraneka bumbu naik,harga daging juga sehati seirama. Ternyata baru kepikiran kalo masih ada juga kewajiban cicilan kredit setiap bulan.
Godaan beli busana dan sepatu yang bertebaran ketika keluar rumah hingga via aplikasi belanja di HP, mungkin sebagian akan serasa berada di persimpangan pilihan. Bayar angsuran atau pending dulu.Â
"Pak, maaf ya bulan ini telat dulu mau hari raya," itu chat dari seorang nasabah wanita yang masuk ke WhatssApp saya.Â
Ibu Arsi, sebut saja begitu namanya, adalah debitur kredit modal kerja dengan cicilan 1,2 juta selama 12 bulan. Dari riwayat kredit selalu lancar namun terkait lebaran tahun ini, beliau mau tunda bayar dulu.Â
Serupa tapi tak sama produk pembiayaannya, juga dialami seorang debitur lain bernama Mas Bayu (nama samaran). Dia kredit iPhone 13 Pro tersisa tiga bulan dengan angsuran 1,6 juta
"Mau mudik uangnya mau dipake beli tiket pesawat," tutur pria berusia 28 tahun itu yang bekerja di sebuah hotel bintang tiga.Â
Ibu Arsi dan Mas Bayu, bisa jadi mewakili banyak nasabah lain di luar sana yang terpaksa absen bayar lantaran dana teralihkan keperluan hari raya.Â
Mereka berdua adalah nasabah dengan katagori lancar - lancar saja yang kemudian tiba- tiba membelok ke bucket tunggakkan karena desakan hari raya. Â
Lantas bagaimana dengan tak sedikit nasabah yang sudah batuk batuk cicilannya dari sebelum Ramadan, kemudian ditambah jelang Idul Fitri, cenderung akan berada pada fase yang diibaratkan "babak belur dihajar hari raya".
Seperti yang dialami Ibu Tisna (nama samaran) seorang pegawai ASN yang bekerja di sebuah kantor kedinasan. Status bekerja di institusi pemerintah kadang tidak menjamin bahwa riwayat cicilan akan berada pada SLIK nol.Â
Meski mendapat gaji rutin ditambah THR pada bulan ini, Ibu Tisna sudah menyampaikan pada pegawai penagihan yang berkunjung bahwa akan dibayar bulan depan karena dia dan keluarga ingin mudik.Â
Pola 21 alias dua bulan telat dibayar satu bulan sudah dilakoni nasabah ini selama hampir satu tahun dari tenor 2 tahun kredit.Â
Biasanya nasabah yang punya habit bayar seperti ini cenderung agak susah diubah. Bisa jadi punya kewajiban cicilan di tempat lain sehingga gaji sudah terbagi atau sudah terpotong otomatis secara sistem.Â
Apalagi adanya lonjakkan kebutuhan jelang hari raya, nasabah cenderung akan pilah-pilih mau dikemanakan uangnya. Yang perlu diantisipasi adalah debitur-debitur kartu kredit atau pay later dimana dorongan untuk membelanjakan uang cenderung bertambah karena kepraktisan dan stok dana yang memang sudah terdepositkan ke mereka.Â
Beraneka promo di berbagai merchant yang bekerja sama dengan perusahaan pendanaan yang menerbitkan, kadang malah bisa debitur bikin lupa diri.Â
Padahal menangani para debitur  yang menunggak kartu kredit atau pay later, itu tidak bisa " sekeras" dalam tanda petik dengan nasabah kredit modal kerja, kredit kendaraan atau kredit barang.Â
Struktur kredit, riwayat pembayaran dan periode penagihannya pun berbeda.Â
Bila produk pembiayaan lain punya nominal besaran cicilan sama setiap bulan, debitur pay later atau kartu kredit berubah-ubah setiap bulan tergantung pemakaian.Â
Bagaimana mengelola kewajiban cicilan jelang hari raya?Â
1. Prinsip sisihkan bukan sisakan
Sebagai debitur, tentu sudah tau tanggal jatuh tempo. Berapa pun pendapatan yang diterima, sisihkanlah sebesar nominal angsuran.
Saya punya nasabah seorang driver online. Setiap minggu menyisihkan 200 ribu dari penghasilan yang diterima selama enam hari mengais di aspal jalanan.Â
Total 800 ribu satu bulan cukup bagi dia dan istrinya untuk lancar bayar cicilan modal kerja yang dipakai istrinya buat usaha warung sembako. Hari ini mereka mudik tanpa kuatir soal cicilan.Â
Itu mungkin hanya salah satu contoh. Sebaiknya memang jangan menyisahkan setelah dipakai dulu buat keperluan lain baru dihitung sisa uangnya cukup tidak buat bayar cicilan.Â
2. Bayar parsial atau deposit
Bila kebutuhan dana melonjak karena akan mudik, beli oleh-oleh buat sanak saudara di kampung, tiket transportasi hingga belanja yang sifatnya wajib, cobalah untuk jangan pending bayar tapi bayarlah parsial.Â
Ini berguna sehingga di bulan depan atau setelah pulang mudik, debitur cukup menambahkan sisa nominal kekurangan cicilan agar genap satu cicilan penuh.Â
Seorang nasabah I phone angsuran 1,6 juta per bulan. Selama ini dia bayar via mobile banking sebuah bank dengan nomor VA yang diberikan. Dia bisa membayar dulu 800 ribu lalu sisanya setelah mudik.Â
Opsi solusi ini kadang diberikan oleh perusahaan pembiayaan agar tidak memberatkan nasabah.Â
Bila nasabah mau dengan cara seperti ini, dengan alasan mau hari raya lebaran, cobalah meminta informasi ke pegawai PP terkait cara dan prosedur.Â
3. Alokasikan dari THRÂ
Tidak semua debitur mendapatkan Tunjangan Hari Raya dari tempat mereka bekerja. Namun bila diberikan, cobalah mengalokasikan untuk kewajiban cicilan.Â
Perlu dipertimbangkan juga, ada banyak tempat kerja yang terkait hari raya lebaran, memberi THR plus gaji dimajukan di awal sebelum tanggal normal penggajian yang biasanya di tanggal 25 hingga awal bulan.Â
Bila diberi di tanggal 15 bulan ini, berarti mesti menunggu untuk gaji berikutnya bukan selama 30 hari kedepan tapi 40 hari lagi untuk gaji bulan depan di tanggal 25.Â
Mesti pinter pinter kelola buat yang tipikal belum 30 hari gaji sudah habis.
Kesimpulannya, kita ngga bisa menghindar dari lonjakkan pengeluaran jelang hari raya. Yang bisa dikontrol adalah diri kita dan.....uang kita.Â
Bagaimana menurut Anda?Â
Salam KompasianaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H