Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Ketika Lagu Lawas Indonesia Berkisah Tren Anak Muda di Tahun 80 dan 90 an

20 April 2022   13:30 Diperbarui: 20 April 2022   13:43 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan kedelapan senja...Selasa manis jadul

Berbahagialah bila tumbuh sebagai anak remaja di era 80 dan 90 an. Betapa banyak lagu-lagu dengan karakter suara penyanyi yang beragam. Genre musiknya pun beraneka pilihan 

Satu lagi yang nencolok, kiblat popukaritas di era ini bukan pada tampilan wajah dan fisik, tapi murni pada kualitas suara. 

Karena lagu adalah karya kreatif penciptanya yang dibuat untuk tujuan pasar musik dalam negeri, sudah pasti lirik dan aransemen mesti nyambung dan dekat dengan penggemar yang membeli kasetnya. 

Unsur budaya dan tren di era 80 dan 90 an turut tercirikan dari sejumlah lirik pada lagu-lagu hits di jaman itu  Sudah pasti popularitas lagu tersebut juga lantaran para penikmat musik ketika mendengar, seakan berkisah soal mereka, para anak muda di dekade itu. 

Ada banyak sih lagu jadul dalam negeri, tiga di bawah ini sepertinya mewakili lewat potongan lirik dan aransemennya. Apa aja? 

1. Tren anak kota, outfit hingga makanan

Di era 80 hingga 90 an, Indonesia masih belum banyak pemekaran kecamatan jadi kabupaten atau kabupaten naik tingkat jadi provinsi. 

Dengan begitu yang dibilang anak kota hanyalah anak muda yang tinggal di ibukota provinsi atau di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan lainnya. Merekalah yang lebih dahulu terpapar modernisasi dengan gaya hidup metropolitan di era itu. 

Membaca tren itu, ada satu lagu yang diciptakan Obbie Messakh dengan komposer Youngky Soewarno berkisah soal gaya hidup remaja,  tetap dalam bumbu naksir-naksiran dan percintaan.

Dibawakan dengan suara renyah Nani Sugianto dengan aransemen yang sedikit ngebit dan easy listening, lirik-liriknya bercerita soal outfit, menu keren orang kota dan gaya hidup. 

" Hey kamu, celana blue jin kaos putih sepatu basket gaya penampilan anak masa kini, eh kece deh kamu...,"

Tren busana keren cowok di jaman itu salah satunya adalah seperti itu. Selain kaos oblong putih, kadang juga dipadukan kemeja. 

Uniknya, bila melirik foto-foto di era itu, hampir baju -baju para pria muda itu selalu rapi dimasukkan ke dalam celana dan ikat pinggang sebagai pemanis..hehe. 

Istilah -istilah anak muda Jakarta sebagai barometer ibukota negara mewabah sampai ke para remaja di ibukota propinsi. Sebut saja kata-kata seperti kece, doi, ngga janji deh ya...hehe. 

Dalam lagu ini juga ada lirik  lirik seperti penari salsa, disko, tanggo, pasar malam dan nasi goreng spesial. Wajar memang genre musik semacam itu sedang hits di kota besar.


Bagaimana dengan nasi goreng spesial? Mungkin sekarang menjamur di mana-mana. Tapi di tahun 80 dan 90 an hanya orang di kota yang menikmati dan harganya juga lumayan. 

Karena di desa cukup nasi goreng biasa ngga perlu banyak topping -toppingan sudah bahagia....haha.

2. Cinta terhalang kapal, laut dan dermaga.

Di era 80 dan 90 an tiket pesawat sangat mahal. Armada juga tak banyak. Hanya orang kaya, para pejabat atau berpenghasilan tinggi yang mampu mengaksesnya. 

Bagi sebagian besar anak muda di era itu, bis dan kereta api serta kapal adalah jembatan transportasi paling populer. 

Untuk itu banyak lagu diciptakan untuk menggambarkan lika-liku perjalanan yang memisahkan cinta dan hidup agar nyambung dan dekat dengan kehidupan penikmat musik. 

Buktinya lagu Kereta Senja bergenre pop dan Kereta Malam berirama dangdut atau Bis Kota nya Ahmad Albar, begitu populer di pertengahan 80 an. 

Bagaimana dengan lagu bertema kapal, laut, asmara dan cinta? Mungkin Tommy J Pisa adalah pilihannya lewat lagu Di Batas Kota Ini. 

" Pelabuhan jadi saksi, dermaga tua menanti, di saat engkau berjanji tuk kembali lagi, di Pelabuhan Belawan kulepas dirimu kasih..." 

Potongan lirik ini sudah mewakili haru biru warna-warni perpisahan di dermaga manakala kapal datang dan pergi lewat pelabuhan. Ada harapan dan rindu. 


Pantes tahun 80 dan 90 an selalu dermaga jadi ruang penuh kisah ketika PT PELNI ( Pelayaran Nasional Indonesia) menghadirkan kapal-kapal penumpang seperti Umsini, Dorolonda dan yang lainnya, selalu ada rindu yang mengalir dari dua pasang anak manusia.

3. Layar tancap penuh sensasi namun ngangenin

Departemen Penerangan kala itu mengkampanyekan program pemerintah ke masyarakat di era orde baru, selalu diakhiri dengan pemutaran film layar lebar yang disebut layar tancap. 

Pada akhirnya layar tancap tak hanya bersamaan kampanyenya pemerintah, tapi juga bila ada pasar malam dan hiburan rakyat.Murah meriah dan selalu ditunggu terutana anak remaja muda di era 80 dan 90 an. 

Selain bisa menonton langsung para akting para artis terkenal, juga bisa cari pacar, dempet-dempetan hingga senggol -senggolan. 

Sensasinya beraneka macam bagi yang pernah merasakan era ini...hehe. Itulah yabg digambarkan Nomo Koswoyo di tahun 1988 lewat lagu Layar Tancap yang cukup hits dengan lirik yang menggelitik. 


Salam nostalgia...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun