Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Rantang Susun dan Termos Air Panas di Jaman Dulu, Jejak Kenangan di Baliknya

5 April 2022   14:21 Diperbarui: 5 April 2022   14:33 1772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto kiri diambil dari olx.co.id; foto kanan dari hobikoe.com

Tulisan keenam Senja...Selasa manis jadul 

Bukan karena momennya lagi sedang bulan puasa jadi teringat sama dua barang jadul yang selalu ada di rumah ortu dulu. Tapi memang rekaman memori akan Ramadan hanya salah satu kisah dari beraneka kenangan pada kedua benda ini di masa kecil. 

Saya akan mulai dari rantang susun dulu.. Ini teman setia emak-emak jaman dulu sebelum Tupperware menyerang dunia wakanda..hehe. Ada yang terbuat dari bahan logam dan ada juga yang berbahan plastik. Dua-duanya punya sensasi sendiri. 

Berkaitan dengan momen bulan Ramadan, sekejap ingatanku terbang jauh ke masa itu. Kami keluarga memang tak menjalankan puasa, namun tetangga kiri dan kanan kompleks perumahan banyak yang muslim. Dan anak-anak mereka adalah teman-teman sepermainan saat bocah. 

Kala Ramadan, teman-teman ini menenteng rantang susun berisikan lauk pauk pada masing-masing rantang yang dibikin oleh ibunya. Mereka membawa ke tetangga lain. 

Ada yang saling menukar dan ada juga yang memang ibunya berjualan aneka masakan dan mereka mengantarkan. 

Ternyata budaya membawa rantangan pada jaman dulu tak hanya di bulan puasa, tapi juga berlanjut hingga hari raya lebaran. 

Saat saya diajakin ortu bersalam-salaman ke rumah tetangga atau ke atasannya di kantor, rantang susun inilah wadah populer di jaman dulu sebagai oleh-oleh membawa pulang masakan yang diberi. 

Seingatku ada empat wadah tersusun. Rantang paling bawah berisi nasi atau ubi-ubian, khusus makanan yang lebih berat ukurannya. Lalu rantang kedua ikan atau sayur yang berkuah. 

Rantang ketika lebih ringan seperti sambal tempe atau sambal teri kacang. Rantang paling atas kerupuk atau keripik. 

Rantang susun berbahan plastik di jaman itu rasanya tak cukup menahan panas bila masakan berkuah. Sedikit berbeda dengan yang terbuat dari bahan logam.

Cuman kalo yang logam itu kalo jatuh tutup ato wadahnya, bunyinya lumayan keras. Prang prong prang tok tok...hehe. 

Pengalaman lucu saat masih SD dulu ada pelajaran PKK atau ketrampilan memasak.Kurang tau kalo di daerah teman-teman saat masih sekolah dasar kelas 4 sampai 6 dulu ada pelajaran seperti ini apa tidak. 

Rantang susun logam Mama yang dibawa ke sekolah pulang-pulang dikejar anjing. Mungkin itu anjing tau ada daging goreng di rantang. Rantangnya ta lepasin lalu lari menjauh. Kebayang bunyinya tu rantang...Prang prong pang di jalan...hehe. 

Kalo diingat-ingat lucu juga. Apa karena itu ada sindiran dulu di tahun 90 an pada orang yang suaranya kurang bagus tapi maksa banget jadi penyanyi atau ikut ekstrakurikuler paduan suara. 

" Suara kayak rantang susun kok ngga nyadar..." hehe...

Dari rantang susun pindah ke termos air panas. Ibarat satu paket, kedua benda ini saling melengkapi. Satunya buat wadah makan, satunya buat bikin kopi atau teh. Uniknya lagi, tutup rantang susun bisa dijadikan piring dan tutup termos air panas bisa jadi gelas juga.

Tak seperti jaman sekarang banyak termos plastik dengan beraneka motif, termos jadul lebih diproduksi dan dijual dengan motif bunga. Bahan luarnya dari bahan seng, tak mudah berkarat. 

Yang paling disukai dari termos air panas jadul adalah panasnya itu benar-benar pol alias panas banget. 

Ukurannya nya juga bisa lebih dari satu liter sehingga cukup efektif dan efisien buat rumahan atau dibawa saat mudik hingga kebutuhan di luar rumah. 

Yang tertanam di ingatan saya adalah penutup termos yang meski hanya terbuat dari kayu namun bisa membuat air di dalam termos bisa tetap panas selama hampir dua harian. Kadang ada juga yang melapisi penutup kayu itu dengan bekas serbet kotak-kotak biar makin panas katanya..hehe. 

Konon katanya kayu penutup kayu tersebut terbuat bahan kayu sejenis pohon mangrove atau pohon randu yang cukup menahan pengaruh panas dan tak mudah patah atau hancur. Apa karena itu yang bikin panasnya hot banget selain tabung dalamnya yang terbuat dari bahan sejenis kaca. 

Kenangan lain tentang termos jadul ini saat ikutan kakek atau ortu menjaga ronda di komplek. Termos air panas yang dibawa buat bikin kopi atau teh di pos kamling sembari begadang.

 Tahun segitu rasanya belum ada pemanas air yang bisa dicolok ke aliran listrik jadi cukup efektif dan efisien di jamannya. 

Di jaman dulu, termos air panas ini juga kerap dibawa bila mengunjungi anggota keluarga yang sakit di rumah sakit. Sangat bermanfaat sekali 

Terakhir saya melihat tahun lalu saat naik kapal feri dari Pelabuhan Lembar ke Pelabuhan Gilimanuk. 

Seorang inak (ibu) asli lombok yang menjadi penjaja kopi dan teh di atas kapal menenteng dalam keranjang dagangannya. Airnya memang panas sekali sehingga rasanya seperti baru dituangkan dari kompor. Pas untuk seduhan kopi. 

Jaman sekarang, kedua benda ini masih ada juga yang jual di platform pasar online. Meski harganya mungkin relatif mahal, namun kenangan di balik kedua benda ini punya cerita tersendiri di era 80 an atau 90 an. 

Bagaimana dengan Anda, adakah memori dengan rantang susun jadul dan termos air panas?

Baca juga : "Harga Pertamax Naik, Bagaimana Cash Flow Nasabah Mobil?"  

Salam Senja

Selasa manis jadul

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun