Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Rantang Susun dan Termos Air Panas di Jaman Dulu, Jejak Kenangan di Baliknya

5 April 2022   14:21 Diperbarui: 5 April 2022   14:33 1772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto kiri diambil dari olx.co.id; foto kanan dari hobikoe.com

Konon katanya kayu penutup kayu tersebut terbuat bahan kayu sejenis pohon mangrove atau pohon randu yang cukup menahan pengaruh panas dan tak mudah patah atau hancur. Apa karena itu yang bikin panasnya hot banget selain tabung dalamnya yang terbuat dari bahan sejenis kaca. 

Kenangan lain tentang termos jadul ini saat ikutan kakek atau ortu menjaga ronda di komplek. Termos air panas yang dibawa buat bikin kopi atau teh di pos kamling sembari begadang.

 Tahun segitu rasanya belum ada pemanas air yang bisa dicolok ke aliran listrik jadi cukup efektif dan efisien di jamannya. 

Di jaman dulu, termos air panas ini juga kerap dibawa bila mengunjungi anggota keluarga yang sakit di rumah sakit. Sangat bermanfaat sekali 

Terakhir saya melihat tahun lalu saat naik kapal feri dari Pelabuhan Lembar ke Pelabuhan Gilimanuk. 

Seorang inak (ibu) asli lombok yang menjadi penjaja kopi dan teh di atas kapal menenteng dalam keranjang dagangannya. Airnya memang panas sekali sehingga rasanya seperti baru dituangkan dari kompor. Pas untuk seduhan kopi. 

Jaman sekarang, kedua benda ini masih ada juga yang jual di platform pasar online. Meski harganya mungkin relatif mahal, namun kenangan di balik kedua benda ini punya cerita tersendiri di era 80 an atau 90 an. 

Bagaimana dengan Anda, adakah memori dengan rantang susun jadul dan termos air panas?

Baca juga : "Harga Pertamax Naik, Bagaimana Cash Flow Nasabah Mobil?"  

Salam Senja

Selasa manis jadul

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun