Belum lagi bila komentar dari pembaca berpotensi berbenturan dengan hukum dan undang  undang ITE.  Lalu dimana tanggung jawab media? Melepas tangan kah? Entahlah.Â
Dalam beberapa bulan lalu, pernah sekali dua kali akibat sajian sebuah berita media online, saya berniat meluruskan dalam versi dan pemahaman saya tentunya, eh malah komentar tersebut mendapat beraneka balasan.Â
Mulai dari yang setuju hingga menolak dengan alasan tertentu. Jadi panjang dan melebar ke ranah SARA, hingga saya memilih lebih baik menghapusnya. Dan hilang sudah bantah-bantahan tersebut. Lebih baik ngga usah nimbrung lagi besok besok dan seterusnya....hehe
Bagi saya adalah lebih baik tidak terlibat dalam pertikaian komentar saling debat saling sikut akibat sajian berita dari media arus utama dalam versi media sosial, yang bisa saja tujuannya untuk memecah belah warga dalam tanda kutip.Â
Mulai dari soal keyakinan, SARA, politik, kebijakan pemerintah atau untuk tujuan tertentu demi sebuah agenda di baliknya.Â
Di satu sisi mungkin media sesuai fungsinya untuk menyebarkan informasi, tapi informasi yang seperti apa dan yang bagaimana sudah pasti berbeda diterima secara penalaran dan kedewasaan berpikir para pembaca.
Dengan tak adanya saringan komentar, malah bisa melebar dan meruncing kemana-mana. Pembaca berantem dan berdebat dalam bentuk komentar antar pemilik akun-akun di medsos tanpa tau ini akun real atau akun bodong.Â
Salam
Brader Yefta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H