Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mbak Rara dan MotoGP Mandalika, Dialah "Indonesia" dalam Dimensi Sosial

21 Maret 2022   11:35 Diperbarui: 21 Maret 2022   11:48 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase foto sumber foto dari instagram Mbak Rara (Intagram/rara_cahayatarotindigo)

Just Sharing....

Usai sudah gelaran MotoGP 2022 pada Minggu 20 Maret 2022 kemarin. Pertamina Grand Prix of Indonesia itu menjadi saksi kemenangan Miguel Oliveira sebagai pemenang. 

Namun artis yang sesungguhnya dalam tanda petik  bagi warga lokal adalah Mbak Rara, Si Pawang Hujan. 

Raden Rara Isti Wulandari demikian nama lengkap Mbak Rara menjadi sosok yang banyak dibicarakan. 

Dengan keahlian indra keenam nya dan kemampun di luar nalar manusia, dibutuhkan oleh panitia dan penyelenggara event MotoGP untuk memindahkan hujan terkait teknis dan non teknis yang berkaitan dengan permukaan lintasan dan cuaca. 

Bagaimana Mbak Rara bisa hadir di Sirkuit Mandalika? Sudah pasti atas ijin penyelenggara. Jasa dan kemampuannya diperlukan meski tak ada hubungannya dengan keilmuan ilmiah. 

Mengapa tak pakar hidrologi, ahli geografi dan meteorologi yang dilibatkan? Bisa saja ada di dalam tim, namun keahlian seorang pawang hujan seperti Mbak Rara tetap diperlukan. 

Menjadi menarik adalah seputar ritual ala klenik dan mistis yang dilakukan Mbak Rara untuk menghalau hujan. Bahkan sangat terlihat jelas dan terang-terangan lewat unggahan video dan gambar di media sosial dan media masa. 

Sontak memantik beragam opini dari masyarakat. Beraneka komentar warga menghiasi postingan soal Mbak Rara dalam 2 hari terakhir.  Kontroversial.Diterima dan ditolak. 

Ada yang benci dirinya, ada yang butuh dirinya. Dosakah yang dia lakukan, sucikah mereka yang menghujat dirinya...

Mungkin kalimat -kalimat ini adalah sepenggal lirik dari sebuah lagu tapi sejatinya Mbak Rara adalah wajah kita, wajah masyarakat Indonesia. 

Saya jadi ingat salah satu nasabah di kantor yang sudah dianggap orang tua sendiri. Pada 2017 silam, pasangan suami istri yang keduanya sudah di atas 55 tahun ini pergi berangkat haji. Pulang -ke Indonesia sudah dipanggil Pak Haji dan Bu Hajah. 

" Saat di sana, kami juga mendoakan anak cowok yang saat ini masih terus ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) agar bisa sembuh. Capek sudah 20 tahun," kata Si Ibu saat duduk dengan saya di teras rumah mereka. 

Anak laki-lakinya yang usianya sepantaran saya, sudah sakit ingatan dari tahun 2002. Menariknya pasangan suami istri percaya kuasa Tuhan tapi percaya juga kekuatan magis. 

Selama hampir dua dekade, harta dan tabungan terkuras demi membayar para dukun dan orang pintar demi menyembuhkan satu-satunya anak cowok penerus keluarga. 

Mulai dari ritual keris, tanah kuburan, sesajen, ritual wali songo dan eyang-eyangan semua dicoba. 

Meski demikian tetap rajin sholat, rajin bersedekah, tidak pernah punya masalah cicilan dan utang, serta selalu menyebut nama Allah dan selalu bersyukur atas ridho-Nya. 

Apakah banyak orang Indonesia seperti ini? Tentu saja. Ngga hanya muslim seperti mereka, tapi ada juga saya mengenal secara pribadi yang protestan, katolik, budha dan hindu. Karena keyakinan adalah ranah pribadi, tentu itu menjadi pilihan seseorang. 

Kita masih ingat bagaimana Dimas Kanjeng dan ritual penggandaan uangnya yang bahkan para pengguna jasa kleniknya adalah sejumlah profesi mentereng dan berpendidikan tinggi. 

Ternyata di atas S2 dan S3 masih ada "orang pintar"  yang dilabeli warga lebih pintar dari profesor dan para pakar. 

Dalam catatan media, sejumlah orang pintar juga mewarnai opini masyarakat terkait kemampuan dimensional di luar logika Sebut saja nama-nama seperti Mama Loren, Mbak You, Roy Kiyoshi dan lainnya. 

Kehadiran orang-orang dengan kemampuan khusus ini menjadi dua sisi budaya dalam persepsi sosial di masyarakat. 

Di satu sisi oleh sebagian kaum beragama tegas menolak. Menganggap itu dosa ato musryk. Namun di sisi lain, ada warga kita yang menerima itu sebagai sebuah kesaktian yang dikaruniakan Sang Ilahi secara khusus pada orang-orang tertentu. 

Irisan dari kedua pandangan ini adalah seperti yang dipahami contoh nasabah saya di atas. Tidak memihak salah satu tapi netral. Justru dengan kenetralannya menjadi mendua hati. Seperti meminjam judul film warkop, kiri kanan ok atau depan bisa belakang bisa. 

Adanya tiga pola persepsi sosial masyarakat terkait klenik dan religius ini justru tumbuh subur dengan adanya peninggalan kepercayaan animisme dan dinamisme yang sudah dari sononya ada di bumi nusantara. 

Sebagian berbalut kearifan lokal dan dilestarikan.Menjadi budaya yang bisa diterima dan awet dalam lintasan jaman. Sebagian lagi diubah jadi beraneka mitos, dongeng, legenda dan cerita rakyat hingga diangkat ke layar lebar dan serial di layar kaca. 

Mengapa film dan tayangan -tayangan berbau horor, klenik dan mistis laris manis ditonton warga. Bisa jadi karena kedekatan dengan budaya dan pola pikir di masyarakat kita. 

Fenomena pawang hujan seperti Mbak Rara dengan ritual khususnya dan kejujuran apa adanya pada media yang meliputnya di gelaran MotoGP 2022, bisa jadi adalah sebuah realita dari fakta yang sebenarnya di masyarakat kita. 

Orang Indonesia percaya kuasa Tuhan semesta alam. Tapi orang Indonesia juga percaya kemampuan " orang pintar" dalam tanda petik. Itulah wajah Indonesia, ya wajah kita semua dalam dimensi sosial. 

Menghujat Mbak Rara sama saja menghujat bangsa dalam dimensi sosial dengan budaya yang tumbuh di masyarakat. 

Menerima apa yang dilakukan Mbak Rara rasanya sama saja mengijinkan kehadiran "orang pintar" tumbuh dan berkembang di Indonesia meski dibenci tapi dirindukan. 

Inilah Indonesia yang " Indonesia". 

Salam

Brader Yefta

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun