Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mbak Rara dan MotoGP Mandalika, Dialah "Indonesia" dalam Dimensi Sosial

21 Maret 2022   11:35 Diperbarui: 21 Maret 2022   11:48 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase foto sumber foto dari instagram Mbak Rara (Intagram/rara_cahayatarotindigo)

Saya jadi ingat salah satu nasabah di kantor yang sudah dianggap orang tua sendiri. Pada 2017 silam, pasangan suami istri yang keduanya sudah di atas 55 tahun ini pergi berangkat haji. Pulang -ke Indonesia sudah dipanggil Pak Haji dan Bu Hajah. 

" Saat di sana, kami juga mendoakan anak cowok yang saat ini masih terus ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) agar bisa sembuh. Capek sudah 20 tahun," kata Si Ibu saat duduk dengan saya di teras rumah mereka. 

Anak laki-lakinya yang usianya sepantaran saya, sudah sakit ingatan dari tahun 2002. Menariknya pasangan suami istri percaya kuasa Tuhan tapi percaya juga kekuatan magis. 

Selama hampir dua dekade, harta dan tabungan terkuras demi membayar para dukun dan orang pintar demi menyembuhkan satu-satunya anak cowok penerus keluarga. 

Mulai dari ritual keris, tanah kuburan, sesajen, ritual wali songo dan eyang-eyangan semua dicoba. 

Meski demikian tetap rajin sholat, rajin bersedekah, tidak pernah punya masalah cicilan dan utang, serta selalu menyebut nama Allah dan selalu bersyukur atas ridho-Nya. 

Apakah banyak orang Indonesia seperti ini? Tentu saja. Ngga hanya muslim seperti mereka, tapi ada juga saya mengenal secara pribadi yang protestan, katolik, budha dan hindu. Karena keyakinan adalah ranah pribadi, tentu itu menjadi pilihan seseorang. 

Kita masih ingat bagaimana Dimas Kanjeng dan ritual penggandaan uangnya yang bahkan para pengguna jasa kleniknya adalah sejumlah profesi mentereng dan berpendidikan tinggi. 

Ternyata di atas S2 dan S3 masih ada "orang pintar"  yang dilabeli warga lebih pintar dari profesor dan para pakar. 

Dalam catatan media, sejumlah orang pintar juga mewarnai opini masyarakat terkait kemampuan dimensional di luar logika Sebut saja nama-nama seperti Mama Loren, Mbak You, Roy Kiyoshi dan lainnya. 

Kehadiran orang-orang dengan kemampuan khusus ini menjadi dua sisi budaya dalam persepsi sosial di masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun