Dari dunia olahraga dalam negeri, ada Yolla Yuliana. Pebolavoli dengan body bak model dan paras cantik namun berstatus janda muda.  Yolla menjadi magnet bagi  penggemar voli Indonesia apalagi saat di arena dengan kostum yang serba terbuka.Â
Tentu ada banyak pria baik yang sudah beristri atau masih bujang mendekati para janda muda nan bening bening ini. Itulah yang diangkat dalam Film Kabut Sutra Ungu dari Novel Ike Soepomo.Â
Meencoba mengurai lika-liku bagaimana menjadi janda muda dan hidup di tengah kota besar. Bak dua sisi mata uang, seorang perempuan berstatus seperti ini harus menolak godaan para pria padahal janda juga perlu BPJS alias Butuh Pelukan Juga Sentuhan.Â
Dahaga lahir dan batin termasuk kebutuhan biologis adalah pergulatan sisi terdalam seorang janda yang kadang dipendam sendiri. Â
Bukan pilihan mudah antara jatuh dalam pelukan banyak pria yang tertarik demi alasan seksual atau alasan ekonomi, ataukah tetap menjaga martabat seorang ibu demi anak-anak dari mantan suami dan demi nama baik keluarga besar.Â
Tokoh utama dari film yang menjadi nominasi di Festival Film Indonesia tahun 1980 Ini adalah Miranti, seorang wanita muda beranak dua. Miranti yang diperankan Jenny Rachman muda saat itu masih berusia 20 tahun, terasa pas dengan wajah ayu khas indonesia dan dari suku Jawa keluarga menengah.
Suaminya seorang pilot muda di maskapai Garuda. Pasangan keluarga muda ini ibarat di jaman sekarang nenjadi cita-cita para jomblowan dan jomblowati.Â
Pengen punya istri cantik atau punya suami ganteng dengan materi yang mapan. Lihat saja rumah mereka dalam film ini yang sudah ada telepon rumah, kamar mandi dengan shower pancuran dan toilet duduk. Padahal ini tahun 1979 lho, Â tentu hanya untuk kalangan mampu alias kaya.Â
Lika-liku godaan dan tantangan menjadi janda kembang dialami Miranti manakala Hermanto suaminya (yang diperankan Roy Marten muda di usia 27 tahun saat itu), meninggal dalam kecelakaan pesawat tujuan ke Bandara Polonia Medan dari Jakarta.Â
Setelah masa berkabung, hidup harus terus berlanjut. Bukan untuk diratapi tapi mesti dihadapi. Seperti pesan ayahnya saat di pemakaman. Mungkin ini adalah pesan universal.Â
" Kuatkan hatimu Nak, sebab bencana dan keberuntungan itu sama-sama anugrah Tuhan"Â
Ternyata dalam perjalanan hidup janda muda ini, rentetan cobaan menghampiri dirinya lantaran status dirinya. Takdir memang tak bisa ditolak.Â