Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Olvah Alhamid, Antara Rasisme, Papua, Indonesia dan Ajang Kecantikan

9 Desember 2021   13:07 Diperbarui: 9 Desember 2021   18:52 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Just Sharing....

Kaka cantik demikian kerap di sapa dalam media sosial miliknya. Dialah Syarifah Olvah Alhamid, mantan Finalis Putri Indonesia 2015 perwakilan Papua Barat yang beritanya viral beberapa hari ini 

Untuk standar orang Papua, Olvah memang terbilang mahal dalam tanda kutip. Jarang ada perempuan Papua atau peranakan dari perkawinan campuran antara ras Papua dan ras lain di Indonesia atau ras Bule yang punya paket komplet seperti dirinya.  

Setidaknya itu dari sisi pandang saya yang juga berasal dari sana. Paket komplet itu punya wajah menarik tanpa oplas, kulit coklat bersih, kecerdasan di atas rata- rata, menguasai 3 bahasa asing. 

Selain model, dia juga lulusan PTN top sekalian lulusan luar negeri. Olvah juga berasal dari keluarga berkecukupan. Itu mungkin faktor yang membuatnya bisa kuliah di Belanda yang sudah pasti mahal biaya. 

Ketika pertama kali melihat kiprahnya di ajang pemilihan Putri Indonesia 2015 yang tanpa sengaja saya ikut nonton juga, saya menduga bahwa Olvah adalah muslim Papua dan berasal dari Kabupaten Fak-Fak di Papua Barat. 

Dari dulu Fak-Fak memang dikenal sebagai kabupaten yang banyak muslim di Papua. Ini biasa bagi warga di sana. Sudah tau dan paham.

Teringat jaman masih bocah, kami punya tetangga rumah yang namanya Om Ibrahim. Anaknya seusia saya, namanya Ahmad. Om Ibrahim dan istrinya adalah orang Papua asli dari Kabupaten yang sama dengan Olvah. 

Meski muslim, fisik mereka tetaplah sama dengan orang Papua lainnya.Berkulit coklat gelap dan berambut keriting. 

Yang membedakan paling kentara adalah nama mereka yang berbau islami. Beda dengan mayoritas warga di sana beragama kristen dimana berciri khas nama - nama ala Eropa dan Amerika. 

Hanya saja bagi warga Indonesia lainnya yang belum pernah tinggal di sana atau awam soal Papua, mungkin melihat ini sebagai sebuah keunikkan. Kok bisa fisik muslim tapi dari Papua

Padahal warga di sana mah biasa aja karena memang sudah hari-harinya beriringan bersama.. Toh sama-sama orang Papua juga. Sama seperti suku batak di Sumatra Utara. Ada batak kristen ada juga batak muslim. Toh sama- sama batak juga.

Kembali ke soal Olvah Alhamid yang beritanya sedang viral terkait video rasis pada penumpang pesawat dari Cina di Bandara Soeta, jelas secara pribadi itu tak dibenarkan. 

Saya menyayangkan perilaku Olvah yang notabene media sudah melabeli sebagai publik figur muda dan baru di kalangan anak muda Indonesia. 

Dengan sudah beberapa kali tampil live di Kompas TV, bersanding  bersama Mantan Menteri Perikanan dan Kelautan Ibu Susi, berfoto bersama Gubermur DKI Pak Anis Baswedan hingga diwawancara Cokro TV oleh Ade Armando dan ditayangkan di channel Youtubenya. 

Olvah yang kini berusia 30 tahun dan kerap diundang ke daerah- daerah, adalah representasi milenial muda asal  Indonesia Timur dan datang dari Kabupaten kecil yang jarang diketahui publik. 

Fak- Fak itu kota kecil dan kalah populer dengan kota lain di Papua seperti Jayapura, Sorong, Timika atau Merauke yang gampang di ingat karena ada lagu nasional Dari Sabang sampai Merauke. 

Sekali dua kali saya juga sempat pantengin instagram Olvah sebelum berita viralnya. Penuh warna warni di dalamnya. 

Ada pro dan kontra terkait pemikiran dan pandangannya. Btw itu wajar dalam komunikasi media. Setiap orang menilai dan berkomentar dalam perspektif mereka. 

Satu hal yang cukup unik dari Olvah selain rambut keriting ikalnya yang menunjukkan asalnya, adalah keberanian dia meng speak up. Olvah seakan menjauh dari ewuh pakewuh dan tata krama layaknya 5 besar Putri Indonesia dari jaman ke jaman. 

Mana ada Putri Indonesia (PI) seberani dan sevokal Olvah menyuarakan opininya tanpa mempedulikan apakah nanti orang lain tersinggung atau tidak. Heii...tak pernah ada kawan. 

Lihat saja pemenang 5 besar ajang kecantikan paling populer di Indonesia ini, dari jaman dulu sampai tahun 2019 lalu.. Mereka adalah pilihan para juri yang seragam tipenya. . 

Cantik, cerdas, berpendidikan....dan tak ada yang vokal dan speak up ala- ala Olvah. Semuanya edisi kalem, lembut dan sangat menghindari pertikaian apalagi frontal. 

Berbeda sedikit dengan Olvah yang dipilih oleh daerah asal untuk merepresentasikan Papua Barat dalam ajang PPI 2015, memang membawa berkah untuk dirinya. 

Dia mungkin satu-satunya finalis berambut keriting yang sukses menembus barikade 5 besar PI yang dari tahun ke tahun selalu di isi perempuan cantik berambut lurus dan berkulit putih. Olvah mematahkan dominasi itu. 

Sebagai juara 5 dalam ajang tersebut di tahun 2015, Olvah ditunjuk oleh YPI mewakili Indonesia di ajang Miss Eco di Mesir. Dan tak sia- sia. Olvah mempersembahkan sejumlah gelar bagi Indonesia dan Propinsi Papua Barat yang mendukung penuh dirinya. 

Advokasi Olvah berlanjut dengan menyuarakan rasisme berdasarkan pengalaman pribadinya memang menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi dia ingin agar dirinya dan juga warga di daerahnya tidak mendapat perilaku rasis dari warga lain di Indonesia. 

Sejumlah pihak pun bersepakat dengan dirinya. Namun di satu sisi, jiwa dan pembawaan Olvah yang seperti keluar dari pakem Putri Indonesia yang cenderung kalem, lembut dan cari aman dengan beraneka orang, malah menjatuhkan dirinya. 

Seperti kisah viral video ucapan dan perilaku terhadap sejumlah penumpang dari Cina, jelas melukai warga dengan ras yang sama meski mereka lahir dan besar di Indonesia. 

Olvah seperti menjatuhkan apa yang dia bangun. Ketika sebagian pengguna medsos lain terkagum- kagum pada seorang mantan finalis ajang kecantikan dengan semua paket yang dia miliki, dia malah membuat mereka kecewa dengan perilaku tak pantas. 

Sayang sekali Ade Olvah yang cantik dan pintar. Pengaruh yang luas dan mulai dikenal oleh media dan ditayangkan secara luas, karena nila setitik rusak susu sebelanga. 

Meminjam ungkapan bijak Penulis Amerika Jhon C Maxwell, kemampuan bisa membawa engkau ke atas, tapi karakter membuat engkau tetap di atas. 

Olvah punya kemampuan fisik dan non fisik, namun yang membuat pengaruh positif itu tetap positip adalah karakter dan perilakunya. 

Ketika karakter runtuh oleh khilaf perbuatan, mungkin semua pencapaian positif yang di idolakan orang banyak, hanyalah masa lalu yang hanya dikenang namun bukan menginspirasi untuk kebaikan. 

Semoga Ade Olvah berubah dan menjadi lebih bijak. 

Baca juga : "Bagaimana Mengedukasi Masyarakat Soal Besaran Bunga Kredit?" https://www.kompasiana.com/adolfdeda/61a4c03606310e17cc3ec5f2/bagaimana-mengedukasi-masyarakat-soal-besaran-bunga-kredit

Salam, 

Referensi : 

1. https://www.kompas.com/hype/read/2021/12/07/194938666/video-viral-olvah-alhamid-eks-finalis-puteri-indonesia-diduga-rasis-ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun