Coretan ringan dari warung kopi...
Terkenang empat tahun silam. Seorang rekan di lingkungan kerja curhat kala duduk makan siang bersama. Betapa pusing punya dua dapur.Â
Ketika ditugaskan keluar pulau namun keluarga tak bisa diboyong. Sejumlah keberatan dan ketidaknyamanan jadi alasan.Â
Akhirnya mendua dapur. Tetap ngebul dapur keluarga nun jauh di sana, tapi dapur nya diperantauan juga berjalan. Di awal tak terasa sempoyongan. Namun jadi beban dengan berjalan nya waktu.Â
Bagaimana bila bukan mendua dapur tapi mendua hati? Jauh lebih complicated...Karena dalam laut dapat diukur, dalam hati tak ada yang bisa menyelami.Â
Bahkan pemiliknya pun bisa aja mempermainkan hati atau tak menggubris suara hatinya sendiri.
Di depan saya duduk Kevin, sebut saja namanya begitu. Usianya relatif muda, masih 37 tahun.Â
Meski belum mencapai 40 tahun yang kata orang puber kedua dimulai pada usia segitu, Kevin sudah menjemput bola dari 3 tahun silam.
Pada usia 34 tahun, dia mulai coba -coba bermain hati. Meski sudah menikah, dia nekad mendekati seorang janda rasa gadis.Â
Eh ini beneran lho. Janda kembang itu usianya masih sangat muda layaknya gadis -gadis belasan tahun namun sudah punya anak. Saya pun pernah dikenalkam olehnya....dan saya kira belum pernah turun mesin (melahirkan maksudnya).