Just Sharing.....
Siang ini buka -buka koleksi buku lama, yakni koleksi jadul jaman SMA dan kuliah. Saya temukan sejumlah tulisan tangan milik sendiri. Tepatnya di balik sampul halaman depan atau halaman belakang.Â
Saya tidak tau, apa cuman saya yang punya kebiasaan menuliskan dengan spidol warna hitam atau biru. Seuntai kalimat yang biasanya ditulis lokasi tempat dimana dibeli, atau dapat (hadiah) dari siapa beserta tanggal menerimanya.Â
Tak lupa sejumlah quote atau curahan jiwa..hehe. Biasalah anak muda dulu update status ato lagi jiwanya lagi ngerasain apa, nulisnya di buku pribadi ato buku harian...wkwk.Â
Kadang pake bahasa Indonesia atau di inggris -inggrisin. Secara waktu itu juga sedang dalan proses belajar Bahasa Inggris secara otodidak.Â
Tanpa disadari, dari kebiasaan ekspresikan rasa, dan jiwa via coretan tangan di buku- buku pribadi, akhirnya suatu saat di panggil seorang yang dihormati di tempat saya beribadah. Beliau seorang pebisnis juga. Waktu itu saya masih kuliah semester 2.Â
" Tulisan mu bagus. Kamu mau ngga kerja (melayani) sebagai penulis surat -surat penting yang dikeluarkan kantor peribadatan?" terkenang saat itu beliau bertanya.
Saya iyakan ajaa. Lagian waktu mahasiswa juga banyak waktu luang di luar kuliah. Cuman kepikiran darimana mereka bisa tau.Â
Ternyata dari salah satu buku bacaan yang tertinggal kursi ibadah. Mereka menemukan coretan-coretan tangan di sampul nya. Dan seorang teman mengatakan itu milik saya.
Udahan nya, selama hampir 3 tahun saya menjadi penulis dokumen surat  yang dikeluarkan gereja. Mulai sertifikat pernikahan, surat baptis, sertifikat kelas pengajaran, akte pendidikan pra pernikahan, hingga ucapan selamat ulang tahun dan anniversary pernikahan.Â
Di tahun - tahun segitu, memang lebih banyak dokumen -dokumen tersebut menggunakan tulisan tangan. Sekian tahun kemudian, sudah banyak aplikasi tulisan dengan program komputer yang bisa sebagai pilihan.Â
Awal nya ada rasa sungkan, tak PD juga. Namun sejumlah teman-teman dalam komunitas, termasuk yang senior, memberi dukungan untuk menggunakan talenta (punya tulisan tangan) untuk melayani sesama di tempat peribadatan.Â
" Tak semua orang bisa menulis manual dengan tulisan yang tak hanya mudah dibaca orang lain, tapi juga terlihat bagus...," demikian kata mereka.Â
Saya biasa aja. Mungkin sama dengan pembaca lain yang juga punya tulisan tangan yang dianggap bagus dan indah, rasanya pengakuan dan konfirmasi itu datang dari orang lain. Bukan dari diri sendiri.Â
Sejumlah kenangan di bawah ini, bisa jadi kita alami hal yang sama bila dikatakan memiliki coretan tangan yang bagus di atas kertas atau di buku :Â
1. Saat sekolah, suka di suruh nulis di papan tulis.Â
Saya mengalami dari SD hingga SMA. Orang pertama adalah guru kelas III Â di Sekolah Dasar. Beliau lalu meminta saya untuk mencoba menulis di papan.Â
Seterusnya berlanjut hingga Sekolah Menengah Atas dengan memberikan sebagian materi untuk dituliskan bila dia ijin ( jaman dulu yaa...belum ada WAG dan email belum populer seperti sekarang).Â
2. Buku catatan keseringan dipinjam .Â
Resiko punya tulisan tangan yang dibilang bagus, bakalan ada teman yang akan pinjam catatan. Ini tak terbatas pada catatan pelajaran srkolah ato kuliah, tapi juga bila ikutan di organisasi ato ekstra kurikuler.Â
Bila ada rapat, paling sering ditunjuk jadi notulen atau bagian sektetariat. Alasan nya sederhana, tulisan nya mudah dibaca oleh bermacam orang...hehe.Â
3. Sejumlah orang dan profesi, menggunakan jasa tulisan tangan mu.Â
Saat kelaa 6 di SD, wali kelas  meminta untuk membantu menulis kolom bio data nama para siswa di buku rapor. Jadi lucunya pas terima raport, semua teman pada ngomong : kok tulisan mu ada di sini? Haha....
Saat di SMU, para kakak sepupu meminta untuk nenulis surat lanaran kerja mereka. Salah satunya malah diterima di sebuah bank milik pemerintah. Dan saya kebagian angpao dari gaji pertamanya...wkwk.Â
Saat kuliah, kadang dimintai tolong menulis untuk brosur atau pamflet secara manual lalu digandakan (copy) peebanyak ubtuk dibagikan.Â
Senang juga sih kalo tulisan nya nampang di papan informasi atau dibawa orang lain. Lagian bagi orang lain, yang penting bisa terbaca pesan dan tujuan nya. Mereka juga toh tak kepoin ini tulisan manual ato cetakan komputer...wkwk.Â
Masalah bagus tidak nya relatif ya. Namun bila banyak yang meminta tolong, ya dibantu aja.Â
Sepintas terlihat seperti di cetak dari PC dengan font dan karakter tertentu. Padahal aslinya hasil dari gerakan jari di atas kertas dengan spidol hitam beraneka ukuran...wkwk.Â
Apa yang bikin tulisan tangan manual dulu dibutuhkan? Â
Tanpa membaca banyak referensi, sederhananya mungkin karena keterbatasan mesin ketik yang dulu populer di era 80 an hingga 2000 an awal.Â
Teringat dulu ada kursus 10 jari. Malah orang janan dulu, mau cari kerja wajib punya sertifikat ketrampilan ini.Â
Kekurangan mesin ini, sudah pasti ngga bisa bermacam font dan karakter. Satu model saja, kecuali huruf besar atau huruf kecil.Â
Penggunaan PC belum merakyat, bahkan di awal tahun 2000 an pun belum banyak yang gunakan laptop. Jasa pengetikan (kadang merangkap sebagai warnet juga), masih kedai laris yang diburu banyak orang dan mudah ditemui.Â
Dengan dua mesin ini (mesik ketik ato PC), sangatlah sulit mencetak dokumen semacam surat surat penting seperti ijazah,sertifikat dan lainnya, yang dulunya tak tak di cetak by sostem seperti sekarang.Â
Mau tak mau harus manual. Agar mudah terbaca dan punya nilai estetik bagi yang membaca atau melihat, digunakanlah orang -orang yang dianggap punya kelebihan itu.Â
Sebenarnya dibilang kelebihan juga ngga sih. Mungkin kebetulan aja sudah dari sono nya, emang tulisan nya begitu.Â
Bagaimana sekarang?Â
Ketika HP sudah jadi kebutuhan pokok dan ada dalam genggaman orang per orang, bisa jadi kebiasaan menulis tangan secaea manual akan berkurang.Â
Pengajaran dan pendidikan, baik formal maupun non formal, sudah kian canggih lewat aplikasi atau di bagikan via WAG atau grup komunitaa.Â
Bukan lagi buku catatan yang dipinjam, tapi beralih copas ( copy paste), send  and capture gambar dan tulisan, hingga berbagi link.Â
Sejunlah dokumen penting seperti sertifikat, akte dan lainnya pun bisa di cetak secara sistem dan tidak membutuhkan stempel basah atau tanda tangan basah. Kian praktis, efisien dan mudah.Â
Dampak yang bakalan terjadi bisa jadi orang jadi malas menulis manual. Debgan demikian, tak lagj bisa dibedakan siapa yang tulisan manualnya terkatagori mudah dibaca dan bagus, dan mana yang kurang. Meski ini ukurannya relatif dan subyektif.Â
Apalagi di satu dekade terakhir, sepertinya tak antusias lagi pelajaran menulis tegak bersambung seperti janan dahulu. Bahkan anak SD era dulu mesti punya buka tulis khusus  untuk pelajaran ini agar bisa meliuk - liuk tapi indah...hehe. Kalo sekarang mah mungkin tidak wajib.Â
Cuman yang dikuatirkan, seperti peribahasa alah bisa katena biasa, kelamaan tidak menulis dengan jari dan pena di kertas bisa berpotensi tulisan makin ndak jelas, terutama deretan huruf - huruf nya.Â
" Jangankan orang lain yang baca, saya sendiri pun kadang bngung, Â ini kok makin jelek tulisan saya," kata seorang teman.Â
Haha...sontak kami pun tertawa. Kalo kamu, kapan terakhir kali menulis dengan jari dan bolpen?Â
Semoga tulisan mu tetap terbaca dengan baik....dan tak harus indah kok
Salam,Â
Baca juga "Ketika "Keluarga" Ingin Berutang pada Perusahaan Pembiayaan, Edukasi Apa yang Harus Diberikan?"Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H