Udara, darat dan laut dilewati semua. Tapi saya sudah terbiasa semenjak tugas di Sumbawa.Â
Toh sebelum-sebelumnya juga  seperti ini perjalanan dinasnya. Bila tak ada pesawat ke Sumbawa dari Lombok, ya naik travel aja 6 jam lewat darat dan lewat laut juga.Â
Kapal tiba di Pelabuhan Lembar jam 7 malam, saya lanjut ke Sumbawa. Gas tipis-tipis. Satu jam sebelum Pelabuhan penyeberangan Kayangan, hujan lebat mengguyur. Meski bawa mantel, namun tetap melaju pelan -pelan agar Koteka ndak basah.Â
Usai dihajar hujan, setelah nyebrang ke Pototano, menuju Sumbawa Besar ban motor pecah di tengah jalan. Itu sudah jam 12 malam.Â
Hanya sekian persen berharap ada tambal ban buka jam segitu. Bersyukur ada seorang warga melintas dan memberi alamat penambal.Â
"Ngga tau, mau ngga orangnya, karena sudah malam begini," demikian katanya.Â
Berbekal keyakinan, meski agak jauh saya paksakan aja motornya di gas. Kalo robek ban dalam, biar sekalian ganti ban dalam. Ngga mungkin kan, saya dorong mana nenteng Koteka dan ransel di bahu.Â
Puji syukur, meski harus diketuk pintunya dan memohon maaf karena sudah mengganggu, si penambal mau bantuin.
Sambil ngobrol, ternyata dia juga salah satu nasabah di kantor. Cuman karena banyak, saya juga ndak kenal per orang.Â
Besok pagi, jam 9 sudah di kantor. Sorenya paket kiriman oleh-oleh dari Bali sudah diterima. Saya kemudian membagikan kepada yang mesan. Bagaimana dengan koteka ?Â
"Makasih ya sudah dibawakan. Ini akan saya simpan sebagai kenangan," demikian katanya, ketika diserahkan langsung.Â