Pernahkah kita berpikir, mengapa artis -artis yang menjual sensualitas, selalu punya pasar sendiri sehingga media yang dalam tanda petik malu malu mau, akan tetap meliput dan memberitakan dengan redaksional bombastis dan menarik pembaca atau penonton?Â
Belum lama ini jurnalis Ridho Permana si Mr NGILU jadi sorotan warga, namun sebelum dia, sudah banyak juga jurnalis mencari peruntungan dengan menayangkan karya jurnalistik ala ala semi porno berbau seksualitas.Â
Ironisnya, banyak warga menolak karena Indonesia itu adab timur, namun tak bisa dipungkiri banyak yang suka.Â
Lihat saja tayangan semacam Lucinta Luna, meski dia transgender yang mengaku tidur dengan 300 an lebih pria dalam testimoninya pada Youtuber Denny Sumargo, sampai hari ini tayangan 28 Juli 2021 ini sudah ditonton 982 ribu orang dan di like 24 ribu orang.Â
Kira -kira yang memberi like dan jumlah penonton sebanyak itu orang mana? Tanpa ditranslate ke dalam bahasa inggris, sudah bisa ditebak mayoritas warga Indonesia. Sekalipun mencibir dalam sejumlah komentar, tapi mereka diam diam kepoo banget.Â
Para artis milenial dan dari generasi Z, bahkan generasi Y, secara demografi penduduk adalah pasar terbesar komoditi media saat ini.Â
Mereka akrab dengan medsos, sehingga lewat IG, Youtube dan lainnya,lebih mudah selebriti semacam DC dan lain-lainnya, berjualan dalam tanda petik. Jalan pintas menjadi terkenal dan populer.Â
Mungkin karena itu tak terlalu dikenal warga angkatan lawas karena mereka memang makin menjauh dari teknologi komunikasi modern, yang dulunya lebih mengenal dari media cetak yang kini makin mati suri.Â
Bagaimana pun, DC tetap salah. Mau jualan tapi caranya salah, seharusnya lebih bijak dengan cara yang elegan.Â
Salam,Â
Referensi :Â