Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dinar Candy Adalah Kita dalam Keresahan Sosial dan Kebutuhan Konten Popularitas

6 Agustus 2021   16:19 Diperbarui: 6 Agustus 2021   17:54 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber :news.detik.com

Pernahkah kita berpikir, mengapa artis -artis yang menjual sensualitas, selalu punya pasar sendiri sehingga media yang dalam tanda petik malu malu mau, akan tetap meliput dan memberitakan dengan redaksional bombastis dan menarik pembaca atau penonton? 

sumber:abatanews.com_DC berbikini di trotoar
sumber:abatanews.com_DC berbikini di trotoar

Belum lama ini jurnalis Ridho Permana si Mr NGILU jadi sorotan warga, namun sebelum dia, sudah banyak juga jurnalis mencari peruntungan dengan menayangkan karya jurnalistik ala ala semi porno berbau seksualitas. 

Ironisnya, banyak warga menolak karena Indonesia itu adab timur, namun tak bisa dipungkiri banyak yang suka. 

Lihat saja tayangan semacam Lucinta Luna, meski dia transgender yang mengaku tidur dengan 300 an lebih pria dalam testimoninya pada Youtuber Denny Sumargo, sampai hari ini tayangan 28 Juli 2021 ini sudah ditonton 982 ribu orang dan di like 24 ribu orang. 

Kira -kira yang memberi like dan jumlah penonton sebanyak itu orang mana? Tanpa ditranslate ke dalam bahasa inggris, sudah bisa ditebak mayoritas warga Indonesia. Sekalipun mencibir dalam sejumlah komentar, tapi mereka diam diam kepoo banget. 

Para artis milenial dan dari generasi Z, bahkan generasi Y, secara demografi penduduk adalah pasar terbesar komoditi media saat ini. 

Mereka akrab dengan medsos, sehingga lewat IG, Youtube dan lainnya,lebih mudah selebriti semacam DC dan lain-lainnya, berjualan dalam tanda petik. Jalan pintas menjadi terkenal dan populer. 

Mungkin karena itu tak terlalu dikenal warga angkatan lawas karena mereka memang makin menjauh dari teknologi komunikasi modern, yang dulunya lebih mengenal dari media cetak yang kini makin mati suri. 

Bagaimana pun, DC tetap salah. Mau jualan tapi caranya salah, seharusnya lebih bijak dengan cara yang elegan. 

Salam, 

Referensi : 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun