Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Artis Anwar Fuady dan Keluarga Lain di Indonesia, Kehilangan Berturut-turut Karena Covid

22 Juli 2021   23:10 Diperbarui: 23 Juli 2021   00:53 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto kiri dokpri, foto kanan instagram Anwar Fuady

Hanya coretan ringan dari warung kopi di tepi sawah....

Sedih membaca salah satu berita hari ini. Bapak Anwar Fuady, artis senior Indonesia yang ditinggal mati sang istri dan anaknya karena Covid hanya dalam selang 3 hari. 

Tanggal 18 Juli pasangan hidupnya Ibu Farida Cosim dan di tanggal 21 Juli kemarin putra sulungnya Ferry Senopati Fuady. 

Mirisnya itu karena satu minggu sebelumnya, kejadian memilukan serupa terjadi juga pada salah satu keluarga anggota gereja di Jawa Timur. 

Lewat grup WA, kami mendapat kabar duka bahwa seorang Bapak bersama istrinya dan juga anaknya, meninggal berturut-turut dalam 3 hari berurutan. Tak bisa dilukiskan bagaimana rasanya kehilangan 3 anggota sekaligus tak lebih dari satu minggu. Sementara itu menantunya masih dalam perawatan juga. 

Mendengar ada yang meninggal karena Covid itu mungkin berita harian yang kita baca. Tapi mendengar bila yang berpulang itu masih dalam satu ikatan darah atau satu keluarga ditambah rentang waktunya berdekatan, itu sedikit bikin nyesek. 

Apalagi bila transmisi yang menyebabkan duka itu asalnya dari klaster keluarga. 

Belum kering tanah kuburan, belum layu banget bunga di makam, sudah akan digali lagi lubang pemakaman baru. Dua jasad bahkan tiga jasad bakal berbaring dalam tidur abadi meninggalkan berjuta kenangan. 

Menggenapi ungkapan yang mungkin pernah kita baca : "Setiap orang akan meninggalkan kita tapi tidak dengan kenangannya..."

Minggu lalu,masih dari WAG jemaat, kami mendapat info bahwa peribadatan dan kegiatan gereja dihentikan dan ditiadakan hingga nanti diinformasikan kembali. 

Penyebabnya karena ada anggota gereja seorang Ibu yang dirawat karena Covid. Tak sampai seminggu, Ibu terkasih yang biasanya kerap salaman sama saya sehabis ibadah, berpulang kepada Sang Pencipta. 

Dalam 3 bulan terakhir, saya hanya mengikuti ibadah minggu secara online. Sehingga tak berkontak secara langsung dengan anggota jemaat lain. Itu sih sedikit bikin bersyukur. 

PPKM Mikro yang diterapkan di daerah, memang membatasi jumlah kehadiran anggota. Meski usia masih tergolong muda dan boleh hadir secara offline, namun saya memilih lebih baik hadir secara virtual. 

Dengan terpaparnya salah seorang jemaat, menyebabkan sejumlah anggota lain mesti melakukan isoman di rumah masing-masing. Terutama mereka yang berkontak dengan Ibu almarhumah di satu dua minggu terakhir. Dengan terpaksa agenda dan rutinitas pelayanan kepada umat, di stop hingga waktu yang akan ditentukan kemudian. 

dokpri_capture WAG
dokpri_capture WAG

Beberapa bulan lalu, di seberang pulau lain, saya juga kehilangan kakak ipar laki -laki dari sepupu wanita yang seorang PNS di Pemprov. Status di WA nya yang menuliskan :Separuh Jiwaku Pergi disertai video singkat pelepasan peti jenazah suaminya dalam protokoler Covid. Jadi saya tak perlu lagi menanyakan apa sakitnya. 

Minggu lalu, saya juga mendapat kabar yang tak enak. Salah seorang sahabat baik di Bali, teman seperjuangan kala kuliah dulu, terpapar Covid bersama istri dan kedua anaknya. 

Istrinya yang juga adalah kakak tingkat beda fakultas, menulis : " Ngga tau terpapar dimana, padahal sudah berusaha menjaga sesuai prokes,". 

Di komplek perumahan mereka, memang ada tetangga yang meninggal karena Covid. Mereka berusaha agar tak terinfeksi, namun manakala sejumlah gejala khas pilek menyerang, mereka sekeluarga yakin itu Covid karena mendadak mengalami anosmia alias ngga bisa mencium dan membaui apapun. Hasil PCR istrinya pun positip. 

Lain lagi yang dikisahkan seorang nasabah yang saya temui kemarin. Dia berkisah soal temannya yang setelah terjatuh dan dibawa ke Rumah Sakit, kemudian divonis Covid. Memang temannya menderita tekanan darah tinggi. Akhirnya meninggal, padahal beberapa hari sebelumnya, ibu si temannya itu baru saja dimakamkan. 

Selama bicara dengan nasabah itu, saya menjaga jarak dan tetap mengenakan masker. Hidangan ringan yang disediakan,saya hanya mencicip satu dua, demi menghormati beliau. Memang sih agak ngga enak, kalo ngobrol sama ngunyah makanan atau minuman sambil masker tetap terpasang...hehe. 

" Saya ngga nengokin (temannya) ke Rumah Sakit sampai pemakamannya, karena takut terpapar...Saya takut Covid tapi saya heran, kenapa waktu masuk Rumah Sakit bukan karena Covid tapi akhirnya saat meninggal dibilang Covid ," kata beliau. 

Saya mendengar nasabah itu bertutur kemudian membatin dalam jiwa..Mengapa dalam minggu -minggu ini banyak yang terpapar Covid. Meski banyak yang sembuh, namun tak sedikit yang berpulang. Itu bikin banyak warga dihantui ketakutan, tapi ada juga yang mempertanyakan lonjakan pasien. 

Apakah salah nasabah saya itu berpikir seperti itu? Ngga juga...Karena yang seperti dia juga banyak di luar sana. Nasabah itu profesinya bukan nakes. Bukan dokter jaga di UGD yang menjalani seluk beluk dan proses penanganan di Rumah Sakit sehingga menyimpulkan sendiri. 

Ketakutan dan kepenasarannya bisa dikata mewakili berjuta warga lain. Ada yang kehilangan orang terkasih karena terinfeksi Covid sehingga banyak yang cemas. Meski demikian, ada juga yang masih tak percaya Covid dan penasaran soal fluktuasi angka dan jumlah yang terpapar. 

Saya pamit pulang kemudian mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Melepaskan masker dan menggantinya dengan masker baru. Sembari bercermin di kaca kendaraan, sebuah mobil ambulanz lewat dengan kecepatan tinggi dan raungan sirene. 

"Semoga itu bukan karena Covid" 

Baca juga : https://www.kompasiana.com/adolfdeda/60e6a4d406310e329c456953/cemas-itu-manusiawi-mengatasi-rasa-cemas-itu-pilihan

Salam, 

Referensi : 

1. https://www.kompas.com/hype/read/2021/07/22/085318266/dalam-hitungan-hari-anwar-fuady-kehilangan-istri-dan-anak-karena-covid-19?page=all

2. https://id.wikipedia.org/wiki/Anwar_Fuady

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun