PPKM Mikro yang diterapkan di daerah, memang membatasi jumlah kehadiran anggota. Meski usia masih tergolong muda dan boleh hadir secara offline, namun saya memilih lebih baik hadir secara virtual.Â
Dengan terpaparnya salah seorang jemaat, menyebabkan sejumlah anggota lain mesti melakukan isoman di rumah masing-masing. Terutama mereka yang berkontak dengan Ibu almarhumah di satu dua minggu terakhir. Dengan terpaksa agenda dan rutinitas pelayanan kepada umat, di stop hingga waktu yang akan ditentukan kemudian.Â
Beberapa bulan lalu, di seberang pulau lain, saya juga kehilangan kakak ipar laki -laki dari sepupu wanita yang seorang PNS di Pemprov. Status di WA nya yang menuliskan :Separuh Jiwaku Pergi disertai video singkat pelepasan peti jenazah suaminya dalam protokoler Covid. Jadi saya tak perlu lagi menanyakan apa sakitnya.Â
Minggu lalu, saya juga mendapat kabar yang tak enak. Salah seorang sahabat baik di Bali, teman seperjuangan kala kuliah dulu, terpapar Covid bersama istri dan kedua anaknya.Â
Istrinya yang juga adalah kakak tingkat beda fakultas, menulis : " Ngga tau terpapar dimana, padahal sudah berusaha menjaga sesuai prokes,".Â
Di komplek perumahan mereka, memang ada tetangga yang meninggal karena Covid. Mereka berusaha agar tak terinfeksi, namun manakala sejumlah gejala khas pilek menyerang, mereka sekeluarga yakin itu Covid karena mendadak mengalami anosmia alias ngga bisa mencium dan membaui apapun. Hasil PCR istrinya pun positip.Â
Lain lagi yang dikisahkan seorang nasabah yang saya temui kemarin. Dia berkisah soal temannya yang setelah terjatuh dan dibawa ke Rumah Sakit, kemudian divonis Covid. Memang temannya menderita tekanan darah tinggi. Akhirnya meninggal, padahal beberapa hari sebelumnya, ibu si temannya itu baru saja dimakamkan.Â
Selama bicara dengan nasabah itu, saya menjaga jarak dan tetap mengenakan masker. Hidangan ringan yang disediakan,saya hanya mencicip satu dua, demi menghormati beliau. Memang sih agak ngga enak, kalo ngobrol sama ngunyah makanan atau minuman sambil masker tetap terpasang...hehe.Â
" Saya ngga nengokin (temannya) ke Rumah Sakit sampai pemakamannya, karena takut terpapar...Saya takut Covid tapi saya heran, kenapa waktu masuk Rumah Sakit bukan karena Covid tapi akhirnya saat meninggal dibilang Covid ," kata beliau.Â
Saya mendengar nasabah itu bertutur kemudian membatin dalam jiwa..Mengapa dalam minggu -minggu ini banyak yang terpapar Covid. Meski banyak yang sembuh, namun tak sedikit yang berpulang. Itu bikin banyak warga dihantui ketakutan, tapi ada juga yang mempertanyakan lonjakan pasien.Â